Mengejutkan,, Ini Fakta-Fakta Terbaru Tentang Alexis Yang Terus Eksis Di Era Anies, Jangan Kaget Yah…
Sunday 28 January 2018
Edit
Dua perempuan itu menarik tangan dua
laki-laki di pinggir sofa. Keempatnya berajojing sambil tertawa-tawa. Dua
wanita itu pun melepas satu per satu lembaran kain di badan hingga tinggal
bersisa kulit.
Hari itu belum genap tiga bulan setelah
pemerintah DKI Jakarta mengirim surat pemberitahuan tak memperpanjang izin
hotel dan griya pijat Alexis. Izin Alexis tak diperpanjang karena hotel itu
diduga menjadi sarang prostitusi.
Nyatanya,
prostitusi masih terjadi di Alexis meskipun tempat spa di lantai lima hingga
tujuh, yang disebut-sebut sebagai tempat transaksi jasa pelayanan seksual,
telah ditutup. Sejak awal, pengunjung bisa memilih lady companion atau LC yang
berderet di ruangan tertutup gorden tipis di belakang resepsionis lantai tiga.
Sekitar 40 perempuan duduk-duduk di sofa merah.
Dua perempuan itu rampung dengan tari
telanjang yang digelar selama satu jam.
Pihak Hotel Alexis beberapa waktu lalu, saat
izin Alexis tidak diperpanjang, Lina Novita dari Legal and Corporate Affairs
Group Alexis menyangkal ada praktik prostitusi di Hotel Alexis. kepada media
mengatakan bahwa tidak ada praktik prostitusi.
Ihwal LC yang berperan ganda sebagai penjaja
jasa seks, kepada Tempo Lina Novita membantah. Menurut Lina, Alexis menyediakan
LC sesuai dengan fungsi memandu tamu yang ingin berkaraoke.
Sementara
itu, di Classic Hotel, Jalan Samanhudi, No. 43-45, Pasar Baru, Sawah Besar,
Jakarta Pusat, juga terdapat tempat prostitusi. Setidaknya ada tiga arena besar
yang bisa dimasuki pengunjung untuk memilih wanita penghibur. Salah satunya di
lantai tiga yang disebut sebagai Terminal 2. Begitu pengunjung masuk, lebih
dari 50 perempuan dengan pakaian seksi duduk berderet di sofa-sofa yang
memanjang di pinggir ruangan. Tak ada perbedaan tarif di Classic. Jasa
pelayanan seks semua perempuan bertarif Rp 365 ribu.
Tempo mengajak berbicara lima pekerja seks
di Classic. Empat di antaranya mengaku awalnya bekerja tanpa paksaan di hotel
itu. Belakangan, bos mereka--semacam agen yang mempekerjakan perempuan
penghibur--menjerat para perempuan itu dengan pinjaman uang yang jumlahnya
terus berlipat.
Ada pula perempuan penghibur asal Jawa Barat
yang mengaku tertipu karena awalnya diiming-imingi bekerja sebagai pemandu
karaoke.
Bisnis
hiburan malam bagai gula yang selalu dikerubuti pelanggan. Itu sebabnya di
berbagai penjuru Ibu Kota tersedia tempat yang menawarkan one stop
entertainment.
Sumber: video.tempo.co