Terpelatuk Lihat Aksi Kartu Kuning BEM UI pada Jokowi, Guru di Asmat Tulis Curhat Panjangnya, Simak,,!!
Thursday, 8 February 2018
Edit
Darirakyat.com - Nama Zaadit Taqwa, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas indonesia (BEM UI) sedang menjadi perbincangan hangat publik.
Baik
di dunia nyata ataupun di media sosial.
Nama
Zaadit sendiri pertama kali mencuat setelah dirinya meniup peluit sembari
menunjukkan kartu kuning layaknya wasit sepakbola pada Presiden Joko Widodo.
Peristiwa
itu terjadi saat keduanya menghadiri Diesnatalis kampus UI, Jumat (2/2/2018)
kemarin.
Aksi
tak biasa Zaadit berhasil terekam kamera dan beredar luas di media sosial.
Akhirnya,
video itu pun jadi viral.
Jika
sebelumnya aksi Zaadit ini menarik perhatian seorang dokter yang bertugas di
wilayah Asmat, dr Yafet Yanri Sirumpang.
Kini,
giliran guru bernama Sigit Arifian yang mengeluarkan curahat hatinya (curhat).
Diketahui
Sigit merupakan salah satu guru yang ditugaskan di Papua.
Tentunya,
dia juga pernah bertugas di daerah Asmat, salah satu daerah yang disebutkan
oleh Zaadit.
Melalui
akun Instagram @sigit.arifian, pria berkacamata itu menuliskan kalimat panjang.
Berikut
ini isi curhatan Sigit, guru yang bertugas di Papua.
"Biar aku saja yang ke Papua, kau tak akan kuat.
Pertama
aku ingin titip pesan buat adik2 mahasiswa jangan berkoar-koar secara
berlebihan tanpa mengetahui fakta di lapangan apalagi cara penyampaiannya tidak
pada tempatnya, ga beretika menurutku.
Oia, aku sudah setahun tinggal di pedalaman Papua, hidup menyatu
bersama masyarakat jadi bolehlah aku sedikit memberikan gambaran mengenai
kondisi sesungguhnya di pedalaman papua.
Salah satu persoalan yang sedang heboh saat ini adalah mengenai
gizi buruk di asmat.
Aku bukan orang kesehatan tapi aku meyakini gizi buruk itu bukan
semata masalah kurangnya tenaga kesehatan melainkan efek dari kemiskinan dan
pendidikan rendah.
Kenapa
sih masalah kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan masih belum teratasi
hingga saat ini, apa kendalanya.
Kendala pertama di papua adalah kondisi medan dan geografisnya.
Untuk menjangkau masyarakat di kampung-kampung sangat sulit
sekali, dimana harus melewati gunung-lembah, melintasi laut, sungai bahkan
rawa-rawa.
Makanya
pemerintah saat ini mengenjot pembangunan infrastruktur guna membuka akses
daerah sulit, bandara-bandara dan pelabuhan yang terus dibangun dan diperbesar,
harga bbm satu harga (udah jalan kebijakannya meski di lapangan ada “seseuatu”
yang mengganjal), hal yang langsung kurasakan adalah menyaksikan pembangunan di
distrik tempatku mengajar, distrikku berada di perbatasan Papua Nugini, saat
ini sudah di bangun puskesmas, tower telekomunikasi meski belum beroperasi dan
sedang dalam proses survey untuk pembangkit tenaga surya).
Namun itu semua hanyalah bangunan kosong tanpa SDM yang
menjalankan, Nah kendala kedua ya itu SDM, Papua sangat kurang SDM mulai dari
tenaga kesehatan, insinyur, guru. Mengabdi di Papua itu sulit jika tidak pake
hati apalagi hanya mengejar uang.
Bagi
tenaga medis yang melayani dipedalaman-pedalaman terpencil Papua, mereka harus
menempuh perjalanan yang jauh, harus berjalan kaki berjam-jam hingga
berhari-hari sambil memikul obat dan perlengkapan medis lainnya.
Bagi guru yang mengajar di pedalaman harus hidup dengan
ketiadaan akses sinyal, tanpa listrik PLN, transportasi ke kota yang sulit,
biaya hidup mahal karena bbm aja bisa 50-70rb
jadi jangan kaget di pedalaman papua, mata uang paling kecil itu
5rb, akses air bersih yang sulit karena di sebagian daerah hanya mengandalkan
air hujan, bisa tidak mandi berhari-hari saat kemarau, bahkan di beberapa
wilayah nyawa taruhannya.
Makanya
banyak pegawai-pegawai yang tidak betah untuk bekerja dan memilih untuk
secepatnya pulang,
Jadi pesanku yang kedua, kalau memang peduli dengan papua,
kuliah dulu lah yang benar jadilah orang yang ahli dibidangmu, pas udah lulus
ajak teman-temenmu ramai2 datang ke papua dan tunjukkan secara nyata kontribusi
kalian sesuai kompetensi yang dimiliki.
FYI, aku udah balik ke Jakarta barangkali ada yang mau ngobrol2
sharing pengalamanku satu tahun mengajar di papua, sambil liat foto"
Postingan
yang baru diunggah pada hari Rabu (7/2/2018) tersebut sudah disukai lebih dari
5.500 kali.
Berbagai
komentar juga muncul dari pihak warganet.
Berikut
beberapa di antaranya.
@heni_kafita
"Aq selalu menunggu postinganmu mas.... Dg begitu aq bisa melihat seperti
apa saudara saudara kita disana"
@marrintarina
"Masyaallah bang, aku berkaca-kaca bacanya"
@aditrocka
"tak perlu koar koar biar untuk di lihat orang banyak, seperti beliau ini
lah contoh generasi yg patut di contoh , semangat terus bang sigit"
@david.wp.khusairi
"mas @sigit.arifian itu tolong mas @zaaditt dibantu.. seperti.nya papua
tidak membutuh.kan kartu kuning untuk bangkit.. karna sebelum kartu.kuning
keluar.. papua.pun sudah mulai sdikit.demi sdikit bangkit.."
@bamsembiring
"Keren kak. Semangat terus. Btw aku terinspirasi jadi pengen kesana kak
hehe. @sigit.arifian"
Sumber: Tribunnews.com