Putri Gus Dur Meradang Sesajen Gunung Semeru Ditendang dan Dibuang Pria Berjenggot
Sunday 9 January 2022
Edit
Darirakyat.com - Putri almarhum mantan presiden Gus Dur, Alissa Wahid ikut mengomentari kejadian pembuangan sesajen di kaki Gunung Semeru yang dilakukan oleh seorang pria berompi hitam di Desa Sumbersari, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Menurut Alissa, tindakan pria tersebut seharusnya tidak boleh dilakukan.
"Meyakini bahwa sesajen tidak boleh, monggo saja. Tapi memaksakan itu kepada yang meyakininya, itu yang tidak boleh," kata Alissa, dikutip dari pernyataannya di Twitter, Sabtu (9/1/2021).
Alissa menekankan pentingnya memahami bahwa dunia ini adalah milik bersama dan tidak seharusnya seseorang memaksakan keyakinannya kepada orang lain.
"Repot memang kalau ketemu yang model2 begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja," katanya.
Sebelumnya diberitakan, dalam video yang beredar di media sosial, pria tersebut membuang sesajen dengan menggunakan tangan dan kakinya sembari mengucapkan takbir.
Pria tersebut mengenakan sarung, rompi hitam dengan bendera Indonesia menempel di bagian dada sebelah kiri, dan memakai peci hitam.
Sebelum membuang sesajen, pria itu mengatakan kalau persembahan itu dapat mengundang kemurkaan Tuhan dan dia menilai bahwa pendapatnya itu jarang disadari oleh orang-orang.
"Ini yang membuat murka Allah. Jarang sekali disadari bahwa inilah (sesajen) yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya," katanya.
Setelah mengatakan itu, dia pun membuang sesajen berupa sesisir pisang dan makanan lainnya itu sambil mengucap 'Allahu akbar'.
Pria tersebut kini tengah diburu oleh pihak kepolisian setempat.
Sesajen Datangkan Azab?
Soal apakah sesajen dapat membuat Tuhan murka dan mendatangkan azab, itu pada prinsipnya hanyalah keyakinan sebagian kalangan. Begitu pula dengan keyakinan bahwa sesajen dapat menangkal bencana dan membawa rezeki; juga merupakan keyakinan sebagian kalangan.
Sejauh ini belum ada pembuktian empiris mengenai kebenaran dari dua keyakinan tersebut.
Yang jelas, semua agama maupun keyakinan spiritual yang tidak berbentuk agama di dunia, pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Tidak ada satupun yang justru mengajarkan keburukan, termasuk kebencian.
Adapun setiap agama dan penganutnya secara umum selalu berpijak pada kebenaran menurut keyakinan masing-masing. Poin itu cukup untuk dijadikan pegangan bahwa keyakinan tidaklah untuk dibentur-benturkan. (indozone.id)