Cara Indonesia Semprot Disinfektan WNI dari Wuhan jadi Sorotan Dunia, Ada yang Anggap Salah Namun Dipuji Media Inggris Begini


Video Orang-orang yang Pulang dari Wuhan Disemprot Saat Turun Pesawat Jadi Perdebatan Netizen
Capture video penyemprotan WNI dari Wuhan yang diunggah akun Twitter Russian Market, Minggu (2/2/2020).
Darirakyat.com - Sebuah video yang merekam penyemprotan para Warga Negara Indonesia (WNI) yang pulang dari Wuhan, menjadi topik bahasan di media sosial.

Video yang memperlihatkan orang-orang yang pulang dari Wuhan disemprot saat turun pesawat Batik Air, menjadi perdebatan netizen setelah diunggah akun Twitter @russian_market, Minggu (2/2/2020).

"They call it disinfection? Indonesia... no words. (Mereka menyebutnya desinfeksi? Indonesia ... tidak ada kata),” tulis akun bercentang biru yang berbasis di Moskow Rusia itu.


Hingga Senin (3/2/2020) malam, video berdurasi 54 detik itu telah ditonton lebih dari 3 juta kali, 12,9 ribu retweet, serta mendulang 2,8 ribu komentar netizen.

Para netizen memperdebatkan proses penyemprotan para penumpang pesawat tersebut.

“Ini SANGAT SALAH.

Saya telah melakukan diagnosa & perawatan penyakit Tropis & Infeksi. Virus itu hidup di dalam tubuh. Bukan pada pakaian atau koper.

Mereka hanya meracuni orang-orang ini.

Apa (isi) semprotannya?,” tulis pemilik akun @CorbeauxInvest.

Beberapa netizen Indonesia ikut memberikan komentarnya pada postingan itu.

“Ini hanya langkah pertama sebelum Otoritas Kesehatan Nasional mengkarantina orang-orang selama 14 hari di pangkalan militer, status kesehatan akan dipantau pada hari-hari itu. Lebih baik pikirkan negara Anda, 2 orang sudah terinfeksi sedangkan Indonesia untungnya masih bebas virus,” tulis pemilik akun @satriadn.

“Itu sterilisasi, disinfectant NOT disinfection.

******

ketika Anda tidak mengerti lebih baik tidak berbicara, karena itu akan menunjukkan kebodohan Anda,” timpal pemilik akun @vidka91.

Ada juga netizen yang menanggapinya dengan kalimat bernada lelucon.

“Yaaah, lu belom tau itu air bukan sembarang air. Itu air udah dicelup batu ponari, udah dijampi jampi, udah di doain berbagai macam elemen orang sakti di Indonesia. Russia mana punya air kaya gitu??,” tulis akun @utho_.

Amatan Serambinews.com, akun @russian_market terlihat rajin memosting sejumlah video yang memperlihatkan tentang penyebaran virus corona di Wuhan dan daerah-daerah lain di China, serta negara di belahan dunia.

Salah satunya adalah meneruskan video yang diposting pemilik akun @ankurfr yang memperlihatkan pengantar makanan siap saji yang menghindari kontak dengan pembeli.


"Pengiriman KFC tanpa kontak di Cina," tulis Ankur.

Cairan Alkohol

Dikutip dari Kompas.com, sebanyak 238 orang warga negara Indonesia (WNI) dari China yang tiba di Indonesia, Minggu (2/2/2020), mendapatkan perlakuan khusus saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Air.

Ketika turun dari pesawat, masing-masing disemprot menggunakan cairan alkohol oleh petugas berpakaian tertutup yang sudah berjejer persis di samping jalur keluar para WNI.

Para WNI terlihat berjalan perlahan, mereka merentangkan kedua tangannya, bahkan ada juga yang terlihat memutar-mutar badannya.

Tujuannya agar lebih banyak bagian tubuh yang terjangkau oleh cairan yang disemprotkan.

Di media sosial Twitter, banyak yang menanggapi video yang memperlihatkan tindakan penyemprotan ini.

Sebagian mempertanyakan soal penyemprotan yang dilakukan di ruangan terbuka.

Ada pula yang mempertanyakan karena penyemprotan ini dianggap tidak menjangkau seluruh bagian tubuh.

Tanggapan Kemenkes

Kementerian Kesehatan yang dikonfirmasi Kompas.com Senin (3/2/2020), memberikan penjelasan soal penyemprotan tersebut.

Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kemenkes, Busroni mengatakan, penyemprotan itu sudah dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Cairan yang digunakan merupakan disinfektan yang memiliki kemampuan untuk mengatasi virus semacam ini.

"Kita sangat patuh terhadap SOP dan juga standar. Penyemprotan itu sudah disesuaikan dengan standar kesehatan dunia (WHO). Dan itu bukan yang pertama, itu untuk mem-back up lagi, memastikan lagi," kata Busroni saat dihubungi Kompas.com, Senin pagi.

Busroni mengatakan, langkah sterilisasi dengan penyemprotan semacam ini sudah dilakukan sebelumnya, saat WNI masih ada di dalam pesawat.

"Itu sebenarnya itu untuk memastikan saja, ndobeli. Dan itu kan air, kalau kena partikel kan akan merambat, jadi enggak harus dicelup gitu, kan enggak seperti itu," ujar Busroni menanggapi banyak pertanyaan netizen soal penyemprotan cairan yang tidak merata di seluruh tubuh.

Selain itu, Busroni juga menyebutkan, jika ada virus yang menempel, maka ia akan menempel pada permukaan tubuh yang mudah dijangkau, bukan pada area lipatan-lipatan tertentu.

"Misalnya ada partikel virus yang nempel kan enggak langsung ke lipatan-lipatan, dia pasti ke permukaan-permukaan yang sangat mudah tertempel, di situlah sasarannya (penyemprotan) kita," ujar dia.

Dengan semua upaya yang telah dilakukan, Busroni yakin perlakuan yang diberikan kepada WNI dari China sudah sangat maksimal dan sesuai dengan standar.

"Secara standar WHO, itu sudah dilakukan secara maksimal, ketika mereka mau berangkat, waktu di pesawat juga, nah ketika turun juga diulang," kata Busroni.

Adapun penyemprotan yang dilakukan dengan posisi WNI sambil berjalan agar proses berjalan cepat.

"Maksudnya begini, supaya jalannya tidak menghambat, satu orang-satu orang kan lama. Jadi kepastian untuk dapat semprotan itu dapat. Coba satu orang-satu orang, 200 ini kan lama banget, itu sambil jalan saja dapat," jelas Busroni.

Dipuji Media Inggris


Meski mendapat banyak sorotan dari pengguna media sosial, ternyata penanganan kepulangan para WNI dari Wuhan ini mendapat pujian dari media Inggris, The Daily Mail.

Dikutip dari Tribun Solo, The Daily Mail membandingkan standar perlakuan mengevakuasi WNI dari Wuhan ke Natuna, dengan penanganan evakuasi warga Inggris oleh pemerintah mereka.

Media yang berdiri sejak 1896 ini memperlihatkan bagaimana pemerintah Indonesia sangat ketat dalam memberikan proteksi kepada setiap petugas evakuasi maupun WNI yang dibawa pulang.

The Daily Mail menyebut pemerintah Inggris longgar dalam melindungi petugas yang terlibat dalam proses evakuasi.

Satu hal yang jadi sorotan, adalah bagaimana pemerintah dianggap tidak melindungi sopir bus yang mengangkut warga, setelah turun dari pesawat.

Dalam proses evakuasi yang berlangsung Minggu (2/2/2020) itu, pemerintah tidak memberi sopir bus dengan pakaian pelindung.

Bahkan, mereka juga tidak diberi masker.

Proses evakuasi terhadap warga Inggris dari Wuhan jadi sorotan. Sopir bus yang mengevakuasi warga Inggris dari Wuhan, tak memakai masker maupun pakaian safety. ((dailymail.co.uk))

Para sopir bus itu mengangkut 11 warga dari pesawat militer Inggris, untuk bergabung bersama 83 warga lain yang sudah menjalani karantina di RS Arrowe Park, sebuah rumah sakit yang berada dekat Liverpool.

Mereka menerima standar berbeda dari petugas medis yang memakai pakaian pelindung lengkap.

Padahal, sopir bus itu harus membawa rombongan warga yang akan dikarantina, dalam perjalanan darat sejauh 276 kilometer.

Saat dikonfirmasi The Mail Online, juru bicara perusahan bus Horseman Coaches, yang dicarter oleh pemerintah, membenarkan bila sopir mereka tak mendapat pelindung apapun.


Proses evakuasi terhadap warga Inggris dari Wuhan jadi sorotan. Sopir bus yang mengevakuasi warga Inggris dari Wuhan, tak memakai masker maupun pakaian safety. (dailymail.co.uk)

Pasalnya, pemerintah memastikan warga yang dievakuasi, aman dari Virus Corona.

Jaminan itu diberikan pemerintah Ingris, karena mereka telah melalui proses filter yang ketat dari pihak Bandara di China.

Pihak Kementerian Kesehatan Inggris juga menyatakan alasan yang sama, mengingat mereka sangat minim bisa tertular virus.

Tak hanya sopir bus, para pilot pesawat yang mengangkut warga Inggris dari Wuhan, China, ini juga tak memakai masker dan pakaian pelindung.

Pakar keamanan mengakui, memakaikan alat pelindung kepada sopir bus, bisa membuat gerak mereka semakin terbatas.

Selain itu, pakaian pelindung ini bisa membuat mereka makin cepat lelah sehingga bisa menimbulkan resiko tak fokus.

The Daily Mail kemudian membandingkan standar perlakuan ini dengan cara Indonesia mengevakuasi WNI dari Wuhan ke Natuna.

Media yang berdiri sejak 1896 ini memperlihatkan bagaimana pemerintah Indonesia sangat ketat dalam memberikan proteksi kepada setiap petugas evakuasi maupun WNI yang dibawa pulang.

Dalam artikel tersebut, publik Inggris pun menyampaikan suara mereka dalam kolom komentar.

Banyak pembaca yang menyebut, standar perbedaan perlakuan antara sopir dan petugas medis ini sebagai hal yang memalukan.

"Tidak ada tindakan pencegahan yang tepat diambil di Inggris, dibandingkan dengan negara lain. Benar-benar aib," tulis seorang pembaca.

Pembaca lain menulis : "Pemilik perusahaan bus itu punya tanggung jawab menjaga kesehatan karyawan mereka. Memalukan,".(tribunnews.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel