Di Zaman Anies-Sandi. Rp 2,5 Milliar Lenyap Tanpa Bekas, Hasil Rehab Berat Sekolah 2017 Tambah Rusak, Begini Videonya…
Tuesday, 1 May 2018
Edit
BERANINEWS.COM
- Jadi
memalukan lantaran hasil rehab berat yang buruk dan asal-asalan. Salah satunya
terlihat di SDN 01 Pinangsia di Jakarta Barat.
Ketua Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia
(KP3I), Tom Pasaribu, yang mengatakan hal itu.
Menurut Tom, jadi tambah memalukan lantaran
kontraktor proyeknya, yakni PT Murni Konstruksi Indonesia (PT MKI) tak
dimasukkan daftar hitam (black list).
Ditambah lagi PT MKI kini
justru kembali ikut 2 paket lelang rehab total sekolah tahun 2018.
Bahkan PT MKI lolos sampai fase penawaran di 2 paket lelang
itu, dan kini tengah menunggu penetapan pemenang.
Berdasarkan data di laman LPSE, pengumuman penetapan pemenang
dijadwalkan pada 25 Mei 2018.
"Ini memalukan Anies-Sandi dong berarti. Ada perusahaan
yang dapat proyek rehab berat sekolah, lalu kerjanya nggak bener. Lalu nggak
disanksi. Padahal harusnya blaclist ini. Eh malah perusahaannya sekarang ikut
lelang lagi. Ini kan nggak beres berarti," kata Tom.
Menurut Tom, hal itu menunjukkan terjadi ketidakberesan di 5
instansi sekaligus.
Ke-5 instansi yang dinilai Tom tidak beres terkait kasus
rehab berat sekolah, antara lain DPRD DKI, inspektorat, KPK Anies-Sandi, Badan
Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa DKI (BPPBJ DKI), dan Dinas Pendidikan DKI
(Disdik DKI).
Tom menilai Komisi E DPRD DKI, inspektorat dan KPK
Anies-Sandi benar-benar lupa dengan fungsi pengawasan dan pencegahan korupsinya.
"Itu sedang tidur semua. KPK bentukan Anies-Sandi juga
tidur saja ini," kata Tom.
Sementara BPPBJ DKI, ucap Tom, sudah punya sikap aneh sejak
memenangkan PT MKI.
Bahkan kata Tom, proses pemenangan PT MKI menunjukkan ada
kekuatan besar di belakangnya.
Sebab ketika itu PT MKI memberi tawaran Rp 180 milliar, dan
PT Amarta Karya Rp 172 milliar.
Tapi PT Amarta Karya kemudian digugurkan karena alasan tak
lengkapnya dokumen.
Padahal semestinya PT Amarta Karya yang menang karena memberi
harga penawaran lebih rendah ketimbang PT MKI.
Jadi lebih aneh, kata Tom, gugurnya PT Amarta Karya dilakukan
jelang penetapan pemenang.
Bahkan saat digugurkan, PT Amarta Karya sudah menyampaikan
harga penawaran dan akhirnya namanya tak ikut diajukan ke Dinas Pendidikan DKI
sebagai pemegang anggaran.
Sedangkan Disdik DKI, ujar Tom, memiliki kesalahan dalam
pengawasan, penagihan, dan pemberian sanksi terhadap PT MKI
"Kalau ada yang belum beres, Disdik DKI harusnya menagih
dong. Ini kok sampai Mei 2018 begini dibiarkan saja. Harusnya disanksi dong.
Ini mana, nggak ada sama sekali sanksinya," ucap Tom.
Tom mempertanyakan kinerja pejabat pembuat komitmen Dinas Pendidikan
DKI Jakarta dalam proyek ini, yakni Ida Subaedah.
Tapi Ida membantah bahwa urusan pemberian sanksi dan
persetujuan hasil pekerjaan ada di tangannya.
Masalah pembayaran menjadi tanggungjawab masing-masing suku
dinas pendidikan sesuai DPA.
"Masa pemeliharaan sampai Juni masih tanggungjawab PT
MKI MKI dan jaminan pemeliharaan di pegang masing-masing Sudindik.
Masing-masing Sudindik bisa koordinasi koord langsung dengan PT MKI," kata
Ida ketika dihubungi Warta Kota.
PT Murni Konstruksi Indonesia (PT MKI), diketahui memenangkan
lelang rehab berat sekolah tahun 2017 dengan nilai kontrak Rp 180 milliar.
Total sekolah yang direhab berat PT MKI ada sebanyak 118
sekolah di seluruh wilayah suku dinas pendidikan dibawah Disdik DKI.
Pekerjaan Kacau
Tapi di beberapa sekolah pekerjaan berakhir berantakan.
Di SDN 01 Pinangsia, pihak sekolah tak puas dengan hasil
rehab berat PT Murni Konstruksi Indonesia.
Apalagi untuk di SDN 01 Pinangsia digelontorkan dana Rp 2,5
milliar.
"Kalau dibilang hasilnya bagus, ya kayak gini
hasilnya," kata Wakil Kepala SDN 01 Pinangsia, Subur, dengan muka masam
kepada Warta Kota, Senin (30/4/2018).
Subur mengatakan, banyak permintaan sekolah yang kemudian tak
dikerjakan kontraktor.
Subur mengaku kontraktor PT MKI bekerja mulai sekitar Oktober
2017.
"Mereka datang lalu bekerja, dan tak memberitahu ke kami
apa saja yang harus mereka ganti dan kerjakan. Jadi kami juga tak bisa
mencocokkan mana yang telah diganti dan mana yang belum," ujar Subur.
Proyek juga tak rampung tepat waktu pada Desember 2017. Tapi
baru rampung akhir Januari 2018.
Paling terlihat diganti hanyalah genteng dan keramik.
Sementara pintu kelas yang diminta diganti tak dikabulkan
kontraktor.
Kontraktor hanya mengganti seluruh pintu di kelas yang berada
di lantai 3, yakni sebanyak 7 kelas.
Sedangkan kelas lain di lantai 2 dan 1 tak diganti pintunya
oleh kontraktor.
Cat pintunya kusam, dan
lubang kuncinya rusak sehingga tak bisa dikunci.
Kondisi toilet lantai 1 lebih parah lagi. Sebuah sambungan
pipa justru rusak sehabis Rehab berat.
Akibatnya apabila toilet di lantai 2 digunakan, maka bagian
pipa yang lewat di toilet lantai 1 akan bocor.
Saksikan video bocor toilet di lantai 1 di tautan ini :
Yah gimana mau dibilang
puas dengan hasilnya. Seperti ini hasilnya," kata Subur.
Apalagi, beberapa bagian SDN 01 Pinangsia justru tambah rusak
usai Rehab berat dengan nilai total proyek Rp2,5 milliar pada 2017 lalu.
Subur mengungkapkan beberapa bagian yang tambah rusak adalah
pembatas kayu antara kelas IB dan IC.
Tadinya, ucap Subur, pembatas kayu itu bisa disingkirkan atau
dilepas ketika guru perlu ruang lebih besar untuk pertemuan atau acara.
Tapi setelah rehab berat Rp 2,5 milliar, pembatas kayu itu
jadi tak bisa dilepas lagi.
Penyebabnya, kata Subur, kontraktor memasang keramik terlalu
tinggi, sehingga pembatas kayu tak bias digeser untuk dilepas.
Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Bowo Irianto,
mengaku prihatin dengan temuan ini.
"Ini masukan bagus banget buat bahan Disdik," kata
Bowo ketika dihubungi Warta Kota, Senin (30/4/2018).
sumber: tribunnews.com