Ternyata,,"Teman Sandiaga Uno diduga Timbun Ribuan TON Garam"
Saturday, 5 August 2017
Edit
Darirakyat.com -- Tim gabungan dari
Kepolisian Daerah Jambi dan Satuan Tugas Pangan Jambi memeriksa tiga perusahan
garam di Kota Jambi. Mereka diperiksa lantaran diduga menyelewengkan distribusi
garam dan melakukan penimbunan stok garam.
Di tengah-tengah
kelangkaan garam dan kenaikan harga garam, saya awal-awalnya pun curiga. Saya
berpikir seperti Sandiaga Uno, mengapa Indonesia yang begitu banyak pantai,
namun garam harus impor? Lantas keluhannya di Twitter tersebut direspons oleh
menteri perikanan dan kelautan, Susi Pudjiastuti dengan nyeleneh.
Sebelumnya, Wakil
Gubernur DKI terpilih Sandiaga Uno mengatakan bahwa pemerintah pusat harus
segera memikirkan solusi untuk mengatasi kelangkaan garam.
“Ini garam sangat
ironi, bagaimana bisa punya laut yang luas, garis pantai, bisa mengimpor garam.
Salahnya di mana? Makanya DKI dan Kadin harus harus memperbanyak pengusahanya.
Kadin ini banyak pengusaha papan atas yang fokus tidak menyentuh aspek ekonomi,
garam salah satunya” ujar Sandiaga saat menghadiri acara Pusat Koperasi
Pedagang Pasar DKI, di Jakarta Timur, Rabu (2/8/2017).
Masalah impor garam
memang kurang pantas dilakukan oleh Indonesia, lantaran memang hamparan pantai
yang begitu besar ada di sekeliling pulau-pulau Nusantara. Jika sudah berbicara
mengenai batas laut dan daratan, tentu kita ingat dengan sosok Srikandi Kabinet
Kerja, Susi Pudjiastuti. Susi dikenal sebagai menteri yang tidak tamat SMA
(bahkan SMP?) yang sangat mengerti betul apa yang ia kerjakan.
Perempuan ‘preman’
ini merupakan seorang menteri kabinet kerja yang dikenal dengan kalimat
‘tenggelamkan saja!’ Bagaimana respon Susi terhadap kalimat norak Sandiaga Uno
mengenai impor garam?
“Pak Sandi harusnya
tanya kawan-kawannya pengusaha atau importir garam yang sudah puluhan tahun
berdagang garam. Kenapa bisa begitu?” tulis Susi seperti dikutip dari akun
Twitter pribadinya, Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Sejak 2015, memang
kita tahu bahwa Susi pernah membongkar 7 perusahaan yang mengimpor garam
industri, namun bukan produsen-importir garam. Jika ingin saya sederhanakan,
Susi seperti mengungkap peternak kopi luwak yang kedapatan mengimpor babi ke
Indonesia.
Lantas ini akan
memukul harga garam lokal, karena kita tahu negara-negara importir garam
memiliki harga yang lebih murah. Tahu kan dari negara mana saja? Hahaha. Respon
Sandiaga terhadap cuitan menteri Susi pun sangat lucu.
“Jadi Bu Susi itu
maksudnya menyindir bahwa pengusaha selama ini, mana tuh, banyak kawan-kawan
saya, kenapa nggak dibangun industrinya,” kata Sandiaga saat ditemui di Yayasan
Putra Fatahillah Jalan Kramat Sentiong Gundul, Jakarta Pusat, Kamis.
Ternyata masalah
kelangkaan bukan masalah ‘tidak ada industrinya’, melainkan ada
permainan-permainan nakal dari (katanya) teman-teman Sandiaga untuk
mempermainkan harga garam. Cara permainan sangat mudah.
Para penguasa garam
membiarkan masalah kelangkaan garam terus ada, sembari menimbun garam di
gudang, bahkan sampai ratusan ton. Setelah harga garam terus-menerus naik,
mereka lantas melepaskan perlahan-lahan stok yang ditimbun untuk dijual dengan
harga tinggi.
Mereka tidak
memikirkan kemaslahatan hidup banyak orang, mereka hanya memikirkan bagaimana
mencari untung yang sebenarnya adalah tiket jalan tol menuju neraka haram
jadah! Dosa penyelewengan semacam ini, seharusnya didemo oleh jutaan laskar
nomor togel!. Namun mengapa mereka diam? Mungkin saja mulut mereka sudah
disumpal garam laut.
“Ketika tim
gabungan Polresta dan Polda melakukan penggerebekan ke gudang di Kelurahan
Talangbanjar, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, Kamis (3/8) ditemukan ratusan
ton garam industri yang dikemas menjadi garam konsumsi untuk masyarakat,” –
AKBP Kuswahyudi Tresnadi
Akhirnya Kabid
Humas Polda Jambi, AKBP Kuswahyudi menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang
(katanya) adalah teman Sandi, diperiksa karena dugaan penggelembungan harga
dengan cara menimbun dan melepas perlahan.
AKBP Guntur Saputro
pun mengatakan ada 2 perusahaan yang menimbun lebih dari seribu ton garam di
gudangnya.
“Kami menemukan
sekitar 650 ton garam di gudang PT Pelita dan PT Onoda, Kamis (3/8). Garam di
gudang PT Pelita ditemukan sekitar 500 ton dan di gudang PT Onoda sekitar 150
ton. Belum diketahui kenapa kedua perusahaan menyimpan garam cukup banyak,
padahal persediaan garam di pasaran langka,” – Kepala Penindakan Satgas Pangan
Jambi, Guntur Saputro.
Sandi, monggo ikuti
arahan Bu Susi. Tanya teman-temanmu!
Betul kan yang saya
katakan? (itusalah.com)