Ragu Nyapres 2019, Prabowo Takut Dapat Gelar ‘Capres Abadi’ dari Rakyat Indonesia?
Monday 7 August 2017
Edit
Darirakyat.com -- Sekretaris
Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan bahwa Gerindra memang hampir
pasti mengusung Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto sebagai calon presiden
melawan Jokowi pada tahun 2019 nanti. Namun sampai pernyataan Ahmad Muzani
dilontarkan, Prabowo pun belum memastikan dan memberikan statement bahwa ia
berkeinginan untuk maju menjadi calon presiden, melawan Joko Widodo.
“Jawaban
beliau inilah yang kami tunggu sampai sekarang. Belum ada jawaban beliau, tapi
Insyaallah beliau tetap kuat dan sehat. Seluruh keluarga besar, kader dan
pengurus Partai Gerindra sama sekali tidak ada debat untuk kembali meminta
kesediaan beliau (maju pilpres).
Satu
sisi menjadi kehendak kuat arus kami di Gerindra, tapi di sisi lain juga
kehendak dari sejumlah elite di pimpinan partai-partai tersebut” ujar Muzani di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/7/2017).
Sebelumnya,
Prabowo sempat menyuarakan sesuatu di dalam memberikan kode ia akan maju
sebagai capres 2017. Ketika Prabowo turun gunung di dalam memenangkan Anies
Sandi, ia mengatakan sesuatu kalimat yang menunjukkan bahwa dirinya masih ada
ambisi untuk berkuasa menjadi panglima tertinggi, yakni Presiden Indonesia.
“Saudara-saudara,
kalau kalian ingin saya jadi presiden 2019, Anies-Sandi gubernur DKI, betul? Di
2019, kalian harus kerja keras, kalian juga harus kerja keras di Februari 2017,
jangan di sini teriak-teriak,” kata Prabowo dalam sambutannya ketika itu.
Statement
yang sebenarnya sangat memalukan. Mengapa? Statement lelucon yang dikeluarkan
oleh Prabowo, menunjukkan bahwa dirinya ingin menang, namun anehnya, malah ia
yang menyuruh orang lain untuk bekerja keras. Berbeda dengan Joko Widodo yang
suka bekerja keras, tanpa meminta orang-orang untuk bekerja untuknya.
Di
dalam pandangan saya yang awam ini, saya melihat Prabowo memiliki mental
seperti penguasa, bos besar, taipan, dan jiwa tamak. Berbeda sekali dengan Joko
Widodo yang memiliki mental pemimpin yang bekerja di depan. Jiwa mereka berdua
sangat berbeda.
Latar
belakang yang sangat berbeda, rasanya menjadi penentu. Bahkan saya sampai jatuh
ke dalam kesimpulan bahwa ‘Mayoritas orang yang lahir dari keluarga berada,
cenderung manja dan sulit menjalankan mandat’. Sebut saja Prabowo.
Ia
lahir dari keluarga yang berada, karir militernya sangat mulus, namun harus
berakhir di tahun 1998, karena banyak hal yang terlalu abu-abu dan terlalu
spekulatif jika ingin dibahas. Alih-alih ingin mengatakan yang sejujurnya, saya
agak khawatir karena adanya orang-orang pembela mantan jenderal yang
kejang-kejang.
Rasanya
sulit untuk tahun-tahun ini mengalahkan Jokowi. Sudah berkali-kali Jokowi ingin
dikalahkan dengan berbagai cara. Saya cukup percaya, bahwa sebagian yang Allan
Nairn katakan itu betul. Ia sempat mengatakan bahwa ‘Ahok hanya pintu masuk
untuk menggulingkan pemerintahan yang sah’, dan rasanya memang ada indikasi ke
sana.
Lihat
saja demo bela (katanya) agama (yang sebenarnya bukan agama), diisi oleh Fahri
Hamzah dan Fadli Zon, yang semobil dengan Rizieq, untuk melakukan tindakan di
luar parlemen atau cara jalanan. Siapa lagi yang mengatakan ini jikalau bukan
Fahri Hamzah?
Orang
ini adalah orang culas yang menganggap diri lebih tinggi dari orang lain, hanya
karena gelar wakil ketua DPR, yang sebenarnya tidak dipilih rakyat, melainkan
dipilih para begundal di DPR atas kesepakatan yang tidak jelas.
Jokowi
yang berhasil berkelit dari tudingan ‘pelindung Ahok’, membuat para laskar
sulit menyentuh sang Panglima Tertinggi TNI ini, bukan Gatot, melainkan Jokowi.
Pergerakan cantik Jokowi membuat para laskar ketar ketir. Mereka mau tidak mau
harus menerima kekalahan mereka, dengan kaburnya Rizieq ke negeri Jiran.
Ngomong-ngomong, sudah 100 hari Rizieq kabur, perlukah kita rayakan? Hahaha.
Prabowo
sekarang sudah jarang bersuara. Hal ini membuktikan bahwa dirinya sudah mulai
ragu. Ia takut menyandang gelar ‘capres abadi’, semacam kutukan yang diberikan
kepadanya oleh Rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia menginginkan pemimpin yang
bekerja mengayomi warganya, bukan menyuruh-nyuruh warganya, seperti Prabowo
yang pernah berkata ‘Jika kalian ingin saya jadi presiden, kalian harus kerja
keras’.
Sebaiknya memang Prabowo mundur
saja. Dari pada kalah lagi, kemudian mengadu dan mewek lagi ke MK… Sudah lah… Lupakan pilpres 2019. Anda bukan
siapa-siapa, dibandingkan Joko Widodo. Presiden terbaik di Indonesia!
Betul
kan yang saya katakan? (seword.com)