Karena Orangtua Tidak Mengizinkan Anaknya Untuk Diimunisasi Dan Orangtua Anti-Vaksinasi, Ini Akibatnya


Darirakyat.com, Tangerang -- Berjangkitnya penyakit difteri di Tangerang mulai memakan korban.

Seorang pasien pengidap difteri dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (7/12) di RSUD Kabupaten Tangerang.

Sebelumnya, bocah tersebut sempat mendapatkan perawatan di ruang khusus.

"Ada satu orang yang meninggal dunia karena penyakit difteri. Pasien yang meninggal atas nama Rustam berusia 6 tahun," kata Staf Humas RSUD Kabupaten Tangerang, Lilik, kepada Warta Kota, Kamis (7/12).

Seperti diketahui wabah difteri ini sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB) di Tangerang.

Difteri merupakan penyakit yang menular dan berpotensi mengancam jiwa.

Rustam beralamatkan di Kampung Rawajati RT 01/RW 15 Rawa Rengas, Kosambi, Kabupaten Tangerang.

Lilik menyebut pihaknya sudah memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap pasien itu.

"Kami langsung memberikan pelayanan dan diisolasi di ruangan khusus. Tapi nyawanya tidak terselamatkan," kata Lilik.

Menurutnya, hingga kemarin, RSUD Kabupaten Tangerang sudah menampung sebanyak 34 pasien yang terjangkit difteri sejak medio Agustus lalu.

"Hari ini (kemarin --Red) ada tiga orang lagi yang masuk karena difteri," ungkap Lilik.

Pasien-pasien tersebut berasal dari berbagai daerah, mulai dari Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Depok, dan Bogor.

"Mereka yang terjangkit difteri dan dirawat di rumah sakit ini dari berbagai umur. Ada anak-anak, remaja, dewasa, dan orangtua," tutur Lilik.

Sebelumnya juga ada pasien difteri berusia 77 tahun yang meninggal dunia.

Dan saat ini yang masih dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang ada enam orang.

"Difteri ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejalanya ya batuk, pusing, dan mual. Umumnya bakteri itu menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan,

"Makanya kami dalam pemeriksaan benar-benar teliti, kalau dilihat di dalam tenggorokan sudah menjamur, itu sangat bahaya," ujar Lilik lagi....

Tak izinkan imunisasi

Khusus di Kota Tangerang, jumlah kasus difteri sampai dengan tanggal 5 Desember 2017 sebanyak 7 orang.

Semua pasien sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Lisa Puspadewi. Ia pun menjelaskan masalah utama yang menyebabkan seseorang terjangkit difteri.

"Masalahnya orangtua tidak mengizinkan anaknya untuk diimunisasi. Dan orangtua juga banyak yang anti-vaksinasi," ujar Lisa kepada Warta Kota, Kamis (7/12).

Padahal program imunisasi sudah diprioritaskan oleh Pemerintahan Kota Tangerang.

Semua anggaran juga dibebankan ke APBD.

"Jadi imunisasi ini kami berikan secara gratis," ucap Lisa.

Menurutnya, program imunisasi itu juga digelar secara rutin.

Pasien-pasien tersebut berasal dari berbagai daerah, mulai dari Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Depok, dan Bogor.

"Mereka yang terjangkit difteri dan dirawat di rumah sakit ini dari berbagai umur. Ada anak-anak, remaja, dewasa, dan orangtua," tutur Lilik.

Sebelumnya juga ada pasien difteri berusia 77 tahun yang meninggal dunia.

Dan saat ini yang masih dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang ada enam orang.

"Difteri ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejalanya ya batuk, pusing, dan mual. Umumnya bakteri itu menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan,

"Makanya kami dalam pemeriksaan benar-benar teliti, kalau dilihat di dalam tenggorokan sudah menjamur, itu sangat bahaya," ujar Lilik lagi....

Tak izinkan imunisasi

Khusus di Kota Tangerang, jumlah kasus difteri sampai dengan tanggal 5 Desember 2017 sebanyak 7 orang.

Semua pasien sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Lisa Puspadewi. 

Ia pun menjelaskan masalah utama yang menyebabkan seseorang terjangkit difteri.

"Masalahnya orangtua tidak mengizinkan anaknya untuk diimunisasi. Dan orangtua juga banyak yang anti-vaksinasi," ujar Lisa kepada Warta Kota, Kamis (7/12).

Padahal program imunisasi sudah diprioritaskan oleh Pemerintahan Kota Tangerang.

Semua anggaran juga dibebankan ke APBD.

"Jadi imunisasi ini kami berikan secara gratis," ucap Lisa.

Menurutnya, program imunisasi itu juga digelar secara rutin.

Salah satunya adalah karena lemahnya daya tahan tubuh.

Sementara untuk anak-anak, karena belum mendapat vaksin dasar yakni difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) dari tingkat I hingga III.

Menurut Dezi, bayi yang baru lahir pada umumnya menjalani vaksinasi DPT I hingga III secara bertahap. Tujuannya untuk memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit ini.

"Kita sering mengimbau kepada orangtua agar anaknya yang baru lahir segera divaksin DPT karena sangat penting untuk kekebalan tubuh," jelasnya.

Dia menyatakan, di daerah lain penyakit ini bisa mengakibatkan kematian. Gejala penyakit tersebut adalah demam tinggi, hilangnya nafsu makan dan hidung kerap mengeluarkan lendir.....

Sosialisasi

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Kusnanto Saidi menambahkan, sejak Maret lalu pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi terhadap ancaman penyakit difteri. Sosialisasi dilakukan mulai dari Posyandu, Puskesmas, sampai dengan rumah sakit baik milik swasta maupun pemerintah.

"Kemarin kami juga mendapatkan pengarahan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan," ujarnya.

Kusnanto mengatakan, telah menjadwalkan imunisasi massal untuk mencegah kasus difteri di wilayah setempat.

Menyusul adanya penetapan status kejadian luar biasa oleh Kementerian Kesehatan di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

"Untuk Kota Bekasi adalah salah satu bagian dari Jawa Barat yang menjadi sasaran imunisasi difteri," kata Kusnanto.

Sampai kemarin, Dinas Kesehatan Kota Bekasi masih mendata anak yang menjadi sasaran untuk diimunisasi ulang.

Namun, jika mengacu pada data imunisasi campak dan rubella, jumlah sasarannya adalah 658.000 dari usia 0-15 tahun.

"Untuk difteri akan lebih banyak lagi, karena sasarannya usia 0-19 tahun, sekarang kami masih mendata," jelasnya.

Ia menargetkan imunisasi massal difteri berlangsung pada Desember ini. Adapun logistik vaksin dijamin ketersediannya oleh Kementerian Kesehatan.


"Logistik vaksin belum dikirim, nanti setelah ada data sasarannya baru didistribusikan," katanya..... 


Sumber: wartakota.tribunnews.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel