Roy Suryo Harus Baca nih! Ini Bedanya Kritikan dan Ejekan di Media Sosial



Darirakyat - Roy Suryo sudah minta maaf terkait meme stupa Borobudur berwajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan melaporkan pembuat kontennya. Namun, pengamat menilai, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu seharusnya bisa membedakan antara kritikan dan ejekan.

"Secara umum bahwa memang cara kita berinteraksi di media .com sosial lebih baik nggak perlu nyerempet-nyerempet yang berbahaya demi meraih kepopuleran, viral ataupun retweet. Yang positif-positif saja, tidak usah sok mengkritik tapi malah bisa jadi ada pihak yang tersinggung. Dalam kasus ini menurut saya bukan Jokowi yang tersinggung tapi umat Buddha," kata pengamat media sosial Enda Nasution, saat dihubungi detikINET, Jumat (17/6/2022).

Dalam negara demokrasi, semua orang berhak mengeluarkan pendapat dan memberikan kritikan. Tapi menurut Enda, ada batas yang jelas antara kritikan dan ejekan. Kritikan harus didukung dengan data dan semestinya menawarkan solusi yang bermanfaat.

"Mengkritik di medsos tentu boleh, tapi yang terjadi ini kan bukan kritik, hanya ejek-ejekan. Ya itu tadi, tolong dong apalagi kalau levelnya sudah pejabat masa ikut-ikutan seperti itu. Yang berkualitas lah, bisa di-support oleh data, apalagi kalau bisa memberikan saran, masukan yang lebih bermanfaat jadi nggak berhenti sekadar ejekan," tutupnya.

Menurutnya, sebagai tokoh publik, Roy seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakat. Dengan memposting ulang meme tersebut, Roy seolah memberi contoh bahwa tidak apa-apa me-retweet atau memposting ulang sebuah konten yang tidak baik

"Jadi menurut saya gimana masyarakatnya mau baik kalau tokoh sekelas mantan menteri memberi contoh yang tidak baik. Jangan ikut menyebarkan. Harusnya dari awal Pak Roy sudah langsung stop di dia saja tanpa harus ikut menyebarkan," jelas Enda. (detik.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel