Para Pembenci Sebarkan Hoax Vaksin Jokowi, Disebut Salah Suntik Hingga Tak Sampai Habis. Begini Faktanya




Darirakyat.com - Hoax seputar vaksin COVID-19 makin banyak beredar dan berpotensi memunculkan keraguan. Tidak tanggung-tanggung, penyuntikan perdana terhadap Presiden Joko Widodo juga dibayangi informasi sesat.

Deretan hoax yang beredar menjadi tantangan tersendiri terhadap kesuksesan program vaksinasi. Pada sebagian orang, vaksin dianggap tidak bermanfaat dan bahkan hanya menjadi akal-akalan pihak tertentu untuk meraup untung.

Faktanya, vaksin COVID-19 memang tidak semata ditujukan untuk membentuk imunitas individual melainkan juga untuk membentuk imunotas kelompok atau disebut herd immunity. Makin banyak yang menolak disuntuk vaksin, maka herd immunitty akan lebih sulit tercapai.

Karenanya, abaikan informasi yang tidak jelas sumbernya. Beberapa hoax seputar penyuntikan perdana vaksin COVID-19 pada Presiden Jokowi berikut ini tidak perlu disebarkan lagi.

1. Gagal dan harus diulang

Sebuah pesan viral menyebut penyuntikan vaksin COVID-19 terhadap Jokowi seharusnya disuntikkan tegak lurus atau 90 derajat. Dalam tayangan live, jarum terlihat tidak benar-benar membentuk sudut siku-sikut. Informasi yang beredar menyebut, cara penyuntikan ini salah sehingga vaksinasi gagal.

FAKTANYA

Faktanya, dokter yang menyuntikkan vaksin untuk Jokowi adalah Prof Abdul Muthalib, SpPD-KHOM. Bukan dokter sembarangan, Prof Muthalib adalah dokter senior yang juga wakil ketua dokter kepresidenan. Konsultan kanker dan kelainan darah ini juga seorang guru besar di fakultas kedokteran.

Soal cara penyuntikan yang tidak tegak lurus seperti yang tampak di tayangan live, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban angkat bicara. Menurutnya, anggapan yang menyebut penyuntukan 'intra muscular' harus 90 derajat adalah teori lama yang sudah banyak ditinggalkan.

"Apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar. Tidak diragukan," tegas Prof Zubairi.

Ahli jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay SpJP mengatakan, anggapan bahwa suntikan intra muscular harus 90 derajat memang banyak dianut oleh tenaga kesehatan untuk memastikan suntikan vaksin mencapai sasaran yakni jaringan otot.

Namun menurutnya, tenaga kesehatan yang menyuntik biasanya tahu apa yang dilakukan. Selama bisa dipastikan suntikannya mencapai otot, maka tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

"Kalau dilihat banget emang nggak 90 derajat banget sih ya, tapi siapa sih yang hitung?" jelasnya.

2. Vaksin tidak habis

Informasi viral berikutnya menyebut ada yang aneh pada spuit atau syringe penyuntikan vaksin Jokowi. Menurut video singkat yang beredar, spuit atau alat suntik dicabut dari lengan kiri Jokowi ketika vaksinnya belum habis.

"Lho, ijik wutuh. Ijik wutuh wis dicabut, heh!" demikian narasi yang menyertai rekaman video tersebut, yang artinya kurang lebih mengomentari bagian biru spuit terlihat masih utuh ketika dicabut.

FAKTANYA

Bagian biru yang disebut-sebut dalam rekaman video viral itu adalah plastik sambungan yang menghubungkan jarum dengan tabung suntikan. Bagian ini memang tidak akan mengalami perubahan apapun karena hanya berfungsi sebagai sambungan.

Sedangkan yang lebih bisa menggambarkan apakah vaksin sudah disuntikkan sampai habis atau belum adalah bagian berwarna hitam, yang merupakan karet pendorong pada bagian yang disebut plunger.

Dalam video live terlihat jelas, posisi karet berwarna hitam sudah mentok ketika spuit diangkat dari lengan kiri Jokowi. Untuk diketahui, volume penyuntikan vaksin sesuai dosis yang diatur dalam petunjuk teknis adalah 0,5 ml perdosis. (health.detik.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel