20 Tahun Silam, Kejagung Pernah Dibom Usai Periksa Tommy Soeharto

Mengapa Kebakaran Gedung Kejaksaan Agung Cepat Membesar? Ini Kata ...


Darirakyat.com - Kebakaran di gedung utama Kejaksaan Agung (Kejagung) masih dalam penyelidikan polisi. Jaksa Agung ST Burhanuddin menegaskan bila tidak ada berkas perkara yang tersimpan dalam gedung yang terbakar.

Peristiwa ini menjadi catatan memprihatinkan untuk Korps Adhyaksa. Ada sorotan publik lantaran saat ini Kejagung tengah memproses perkara yang berkaitan dengan Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra yang menyeret seorang jaksa bernama Pinangki Sirna Malasari.

Burhanuddin sebelumnya mengatakan bila bagian gedung yang terbakar tidak menyimpan berkas perkara apapun. Namun ruang kerja Burhanuddin ikut hangus terbakar termasuk kantor Wakil Jaksa Agung, Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel) dan Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan (Jambin)

"Ini adalah gedung pembinaan, jadi di situ ada biro kepegawaian, biro keuangan dan perencanaan, dan biro umum," ujar Burhanuddin pada Sabtu (22/8) malam saat melihat langsung penanganan kebakaran di kantornya itu.

Diketahui sebelumnya Pinangki menjabat Kepala Subbagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan. Ruang kerja Pinangki berada di gedung utama yang saat ini sudah hangus terbakar.

Polda Metro Jaya saat ini tengah menyelidiki penyebab kebakaran itu. Polisi masih melakukan pemeriksaan saksi.

"Hari ini tim Labfor dengan Inafis yang sudah kita bentuk akan melakukan penyelidikan penyebab kebakaran tersebut," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana kepada wartawan di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (23/8/2020).

"Kami sudah sementara sudah mempetakan beberapa saksi dan nanti akan dimintai keterangan," imbuh Nana.

Namun menilik 20 tahun sebelumnya peristiwa mengerikan pernah terjadi di Kejagung. Dikutip dari Harian Kompas edisi Rabu, 5 Juli 2000, pernah terjadi ledakan di Gedung Bundar Kejagung yang merupakan kantor Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus).

BOM MELEDAK DI KEJAKSAAN AGUNG

Jakarta, Kompas

Sekitar pukul 18.05, Selasa (4/7), bom meledak di Gedung Bundar Kejaksaan Agung (Kejagung) yang terletak di Jalan Hasanuddin, Jakarta Selatan. Bom yang belum diketahui jenisnya ini meledak tepat di bagian belakang Gedung Bundar. Peristiwa ini terjadi hanya berselang sekitar satu jam setelah Hutomo Mandala Putera atau Tommy Soeharto meninggalkan Gedung Bundar, usai diperiksa sebagai saksi atas tersangka mantan Presiden Soeharto.

Tommy datang ke Gedung Bundar sekitar pukul 13.15 didampingi penasihat hukumnya, Juan Felix Tampubolon, dan selesai diperiksa sekitar pukul 17.00. Ia diperiksa berkaitan dengan pembelian tanah seluas 144 hektar di Desa Citeureup, Bogor, yang sekarang di atasnya dibangun Sirkuit Sentul. Tommy, melalui Yayasan Tirasa miliknya, membeli tanah tersebut dari Yayasan Supersemar seharga Rp 1,4 milyar. Sebagaimana biasa, usai diperiksa, Tommy tidak bersedia menjawab pertanyaan para wartawan dan bergegas masuk ke mobilnya.

Ledakan bom itu menimbulkan berbagai spekulasi. Jaksa Agung Marzuki Darusman kepada pers di sela-sela perayaan ulang tahun Kemerdekaan Amerika Serikat, Selasa malam, menyatakan prihatin atas pengeboman yang dilakukan pihak tertentu di saat Kejaksaan Agung sedang serius menuntaskan kasus KKN. Ia menduga pengeboman itu dilakukan oleh pihak yang tertekan.

Ledakan bom itu telah memorak-porandakan ruangan kamar kecil dan dapur yang ada di lantai dasar. Beberapa bagian dinding pada ruangan tersebut terlihat retak. Kaca pintu belakang dan kaca jendela ventilasi kamar kecil yang berada di lantai dasar juga hancur berantakan. Ledakan bom itu juga memorak-porandakan beberapa ruangan di lantai atasnya, terutama kamar kecil di lantai satu dan dua. Bahkan beberapa saat setelah terjadi ledakan, air mengucur dari kamar kecil di lantai satu.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Para petugas keamanan dalam sedang berada di bagian depan gedung. Ada seseorang yang sedang berada di kamar kecil pada saat bom itu meledak. "Saya enggak tahu dari mana arah ledakan itu, yang jelas suaranya di atas kepala saya. Saya langsung lari ke luar. Perasaan saya tadi sempat melayang dan pasrah saja. Untung tidak apa-apa, hanya memar di kepala," kata Benny, seorang sopir dari PT Bahana.

Sedang rapat

Saat terjadi ledakan, sebagian besar jaksa masih menyelesaikan tugas-tugasnya. Bahkan, saat itu, di sebuah ruangan di lantai lima sedang ada rapat untuk mengevaluasi suatu kasus yang dipimpin Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (JAM Pidsus) Ramelan. Karuan gelegar bunyi ledakan bom tersebut sempat mengagetkan para jaksa. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, listrik di Gedung Bundar langsung dimatikan.

"Saya dan beberapa orang staf sedang rapat di kamar saya di lantai lima. Kami sedang mengevaluasi suatu kasus. Di situ ada Kajari Jakarta Selatan (Jaksel), Direktur Penuntutan, Aspidsus Kajati DKI, Direktur Penuntutan, juga Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus Bank Bali Pak Antasari (Azhar). Tiba-tiba terdengar ledakan dan terasa getaran yang kuat. Kemudian saya minta Pak Antasari untuk mengeceknya," kata JAM Pidsus Ramelan ketika ditanya wartawan. Ramelan tidak bersedia mengatakan kasus apa yang sedang dievaluasi itu.

Ditanya apakah peristiwa tersebut terkait dengan pemeriksaan Tommy, untuk meneror para jaksa yang menangani kasus Soeharto, Ramelan mengatakan, "Enggak tahu kalau itu, mudah-mudahan tidak. Kami enggak akan gentar. Kami semua, kan, bagian dari menegakkan keadilan. Tekad kami kan, menegakkan, keadilan sekalipun langit akan runtuh. Kami tidak akan mundur," tandas Ramelan.

Ketika ditanya bagaimana pendapat pihak Kejagung atas peristiwa tersebut, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Yushar Yahya mengatakan, Kejagung menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada pihak kepolisian.

Masih diteliti

Hingga berita ini diturunkan, tim Gegana Polri masih meneliti dan memeriksa lokasi ledakan. Kepala Kepolisian Resor (Polres) Jakarta Selatan Senior Superintendent (Kolonel Polisi) Edward Aritonang yang langsung memimpin tim Gegana Polri mengatakan, pihaknya masih meneliti penyebab ledakan tersebut. Apakah itu bom, dan kalau bom, apa jenisnya dan di mana diletakkan.

Selain itu, pihaknya juga telah menanyai tiga orang saksi yang saat terjadi ledakan ada di sekitar lokasi tersebut, di antaranya Benny dan Rudi (sopir jaksa Nurdin Rachman). Jaksa yang sehari-hari bertugas di Kejaksaan Negeri Jaksel ini adalah jaksa pembantu JPU Kasus Bank Bali atas tersangka Joko Soegiarto Tjandra. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi mengamankan ketiga saksi tersebut ke Polres Jaksel.

"Sebab-sebab ledakan ini masih kami selidiki. Anda lihat kami masih bekerja. Jadi, belum diketahui apa itu bom atau apa. Jenisnya apa dan posisinya di mana sebelum meledak. Kami baru mencocokkan keterangan para saksi dan hasil pemeriksaan Gegana," kata Aritonang. Dikatakan, kasus ini ditangani Kepolisian Daerah Metro Jaya. (detik.com)



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel