7 Humor Gus Dur Paling Nyelekit yang Pernah Diceritakan, Santai Saja! Jangan Dimasukkan ke Hati

Humor Gus Dur: Tiga Jenis Orang NU : Okezone Muslim

Darirakyat.com - Humor Gus Dur terkadang nyelekit lantaran karena bernuansa kritik sosial. Kasus pemeriksaan seorang warga di Maluku Utara gara-gara mengunggah guyonan Gus Dur di akun Facebooknya disayangkan banyak pihak.

Putri Gus Dur sendiri, Anita Wahid, bahkan terheran-heran bagaimana bisa polisi memeriksa motif warganet yang mengutip humor ayahnya itu.

“Jadi yang bikin joke nggak dipertanyakan mens rhea-nya, tapi yg unggah quote joke tsb dipertanyakan. Jadi apakah mulai skrg tiap kita mau unggah quote joke hrs disertai woro-woro tentan mens rhea kita biar gak diperiksa?” ujarnya lewat akun Twitternya, Rabu (17/6/2020).

“Polisi yang baik itu cuma tiga: patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng (mantan Kapolri)” begitu bunyi humor Gus Dur yang bikin merah polisi di Malukut Utara itu.

Presiden Ke-4 RI itu memang terkenal dengan guyonannya yang bernas dan cerdas.

Terkadang banyak dari cerita-cerita, celetukan, maupun ucapannya bernada satir, namun karena dibungkus dengan humor menjadi ringan diterima.

Tapi tidak sedikit juga memang ada yang tersinggung meskipun akhirnya mengakui semua itu disampaikan dengan berdasarkan keilmuan Gus Dur yang dalam dan luas.

Jadi, bukan soal polisi Hoegeng saja guyonan Gus Dur yang mesti kita ketahui, ada beberapa guyonan mantan Ketum PBNU itu yang patut dikenang.

Berikut 7 humor Gus Dur seperti diolah Pojoksatu.id dari buku “Gitu Aja Kok Repot! Ger-geran Gaya Gus Dur” susunan Hamid Basyaib & Fajar W. Hermawan (Alvabet, 2000).

1. Demo Gus Dur


Baru beberapa pekan menjabat sebagai presiden, Gus Dur didemo sekelompok orang. Gus Dur pun segera keluar menemui demonstran walau sempat dilarang.

“Presiden Gus Dur mundur saja! Mundur!” teriak demonstran.

“Mundur?” sahut Gus Dur. “Sampeyan ini bagaimana, wong saya ini maju aja susah mesti dituntun, kok disuruh mundur!”

2. Menyindir Uskup

Gus Dur pernah mengundang tokoh agama ke rumahnya di Ciganjur. Gayanya yang rileks dan santai terkadang membuat ia diterima banyak kalangan. Gus Dur duduk di dekat Uskup Jakarta, Kardinal Darmaatmaja. Pembawa acaranya Fajrul Falaakh, Tokoh Muda NU asal Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu Gus Dur pun sempat-sempatnya memperkenalkan sang pembawa acara kepada hadirin.

“Ini Fajrul Falaakh,” kata Gus Dur. “Dia ini belum kawin. Saya heran, kok dia belum kawin juga, padahal kawin itu enak…”

Tiba-tiba Gus Dur seperti tersadar. Dia menoleh kepada Kardinal Darmaatmaja, dengan kedua tangan bersikap minta maaf.

Wah, sorry Romo. Saya bukan bermaksud menyindir Romo…”

3. Amien Rais

Ketika Amien Rais terpilih jadi Ketua Umum Muhammadiyah pada 1995, Gus Dur berkomentar bahwa sekarang NU dan Muhammadiyah sudah sejajar dan makin mirip. Mengapa?

“NU punya Rais Am (Ketua Umum), Muhammadiyah punya Amien Rais.”

4. Presiden Baca Buku

Gus Dur berbincang dengan Jaya Suprana dalam satu acara.

Gus Dur bercerita suatu hari Kennedy mengajak rombongan wartawan ke ruangan kerja Presiden AS. Di salah satu dindingnya ada lubang kecil tempat presiden Dwight Eisenhower menaruh peralatan golfnya.

“Ini loh perpustakaannya Eisenhower,” kata Kennedy mengejek pendahulunya itu. Clinton tertawa.

Darimana Gus Dur mendapat cerita itu? tanya Jaya Suprana

“Saya baca di buku Ted Sorrensen,” jawab Gus Dur.

“Loh Bill Clinton sendiri tidak tahu cerita itu?” tanya Jaya Suprana.

“Ya mungkin enggak tahu, sebab dia enggak baca. Sebab mana mungkin presiden Amerika (sempat) baca buku? Kalau dia baca buku berarti kelihatan nggak punya kerjaan. Nah kalau presiden Indonesia, jusru harus baca buku, sebab nggak ada kerjaan…” kelakarnya diiringi tawa lebar.

5. Tiga Pemuka Agama

Gus Dur pernah guyon soal tiga pemuka agama. Seorang pendeta Hindu, pastur Katolik, dan seorang Kiai. Topiknya siapa yang paling dekat dengan Tuhan.

Nah, siapa yang paling dekat dengan Yang Maha Kuasa?

“Kami dong,” kata Pendeta Hindu.

“Kok bisa?” tanya Kiai.

“Lha iya, lihat saja kami manggil-Nya saja Om,” jawab pendeta merujuk pada ucapan Om, Shanti, Shanti Om.

“Oh kalau alasannya itu sih, kami yang paling dekat,” kata Pastur Katolik. “Lihat saja kami memangil-Nya Bapa. Bapa kami yang ada di surga…”

Sang kiai diam saja. Lalu kedua teman bicaranya bertanya. “Kalau pak Kiai sedekat apa hubungannya dengan Tuhan?”

“Duh, boro-boro dekat,” jawabnya. “Manggil-Nya aja dari menara…”

6. Pasangan ideal


Mengejek diri sendiri atau self-mockery itu pula yang dilakukan Gus Dur dalam pertemuan bisnis internasional di Bali pada akhir 1999. Di hadapan ratusan peserta dari berbagai negara, dengan rileks Gus Dur bicara dalam bahasa inggris yang fasih.

“Presiden dan Wakil Presiden kali ini adalah tim yang ideal.” katanya. “Presidennya tidak bisa melihat, dan Wakilnya tidak bisa ngomong…”

7. Harap semua tertawa


Dalam pidato resmi di Qatar, Gus Dur bicara panjang lebar dalam bahasa Inggris. Tapi sang penerjemah cuma menerjemahkannya dengan satu-dua kata, lalu hadirin tertawa terbahak-bahak.

“Lho kok cuma sedikit saja terjemahannya?” tanya Gus Dur. “Apa sih yang anda katakan?”

“Ya saya cuma bilang, Presiden Abdurrahman Wahid sedang melucu. Lalu saya bilang, harap semua hadirin tertawa.”

(pojoksatu.id)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel