Anies Bongkar Graha Bhakti Budaya, Seniman Sampaikan Rasa Sedihnya. DKI: Bagian Revitalisasi


Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Kamis (6/2/2020). Proses revitalisasi TIM yang ditargetkan selesai pada tahun 2021 itu sudah memasuki tahap II yakni membongkar gedung Graha Bhakti Budaya dan Galeri Cipta I.


Darirakyat.com - Sejumlah gedung yang berada kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) dibongkar, Kamis (6/2/2020). Pembongkaran tersebut terkait dengan revitalitasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Akibat pembongkaran tersebut, sejumlah seniman mengenang sekaligus bersuara. "See you GBB (Graha Bhakti Budaya)," tulis sutradara film Fajar Nugros yang dikutip Kompas.com, Kamis.

Fajar juga mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan gedung GGB dibongkar dengan menggunakan alat berat.

Sedangkan, aktor sekaligus sutradara Teater Koma, Rangga Bhuana, yang merupakan anak dari sutradara teater Nano Riantiarno juga mengunggah foto serupa.

Hari Ini Rangga pun mengenang gedung GBB dengan cerita masa kecilnya, hingga menjadi sutradara dalam pertunjukkan terakhir Teater Koma di tempat tersebut. Bahkan, dia menyuarakan nasib GBB kini yang selama ini dikenal sebagai pusat kesenian di Jakarta.

"Semoga dibangun gantinya yang lebih bagus. Kalaupun di sampingnya dibangun hotel yang per malamnya 2 juta juga nggak apa-apa. Lebih bagus lagi kalau 10 juta per malam," tulis Rangga pada akunnya, @rangamaru. "Biar lebih terjangkau oleh kami para seniman yang hobi berendam di bak mandi berlapis emas 24 karat dengan air bertaburkan serpihan intan manikam. #Harapan," tulisnya lagi.

Penyair Nissa Rengganis juga menyampaikan kesedihan dengan dibongkarnya gedung GBB. "Sebagai anak teater perasaan gw nangis liat foto ini, graha bhakti budaya TIM dirobohkan tadi pagi krn mau dibangun hotel. GBB TIM itu seperti Istiqlalnya anak teater, penuh khidmat jika berada di situ," tulis Ninis lewat akun Twitter-nya, @Rengganis33.

Adapun, revitalisasi dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan niatan menjadikan lokasi tersebut sebagai pusat kebudayaan dunia. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, pada Rabu (3/7/2019) malam.

Hal ini bukanlah kali pertama revitalisasi TIM dilakukan. Pada 12 Oktober 2017, Gubernur DKI Jakarta kala itu, Djarot Saiful Hidayat, meresmikan TIM yang selesai direvitalisasi. Revitalisasi waktu itu disebut Djarot sebagai warisan yang dia tinggalkan di ujung pemerintahannya.

Kegiatan revitalisasi saat itu berfokus pada sejumlah perbaikan gedung seperti gedung teater yang sebelumnya sering bocor, gedung Graha Bakti Budaya dengan perbaikan pada plafon dan toilet.


Graha Bhakti Budaya Dibongkar, DKI: Bagian Revitalisasi



Foto pembongkaran Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki viral di media sosial. Dalam foto itu tampak alat berat mulai membongkar bagian depan gedung teater tersebut.

Sekretaris Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Imam Hadi Purnomo mengatakan pembongkaran itu merupakan bagian dari revitalisasi TIM. "Akan diperbaiki fasilitasnya prasarana dan sarananya diganti dengan standar internasional," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis 6 Februari 2020.

Menurut Imam, pembongkaran itu tak akan mengubah fungsi Graha Bhakti Budaya setelah selesai direnovasi. "Tetap gedung teater, hanya saja lebih modern," ujar Imam.

Sebelumnya dalam diskusi yang digelar di Tempo, Imam mengatakan bahwa TIM memiliki banyak sekali aktivitas seperti Institut Kesenian Jakarta, teater, dan galeri. Selain itu ada juga kegiatan sains seperti planetarium. Hal ini perlu diperbarui dari segi sarana dan prasarananya.

Revitalisasi TIM sempat mengundang polemik dari para seniman. Namun PT Jakarta Propertindo atau Jakpro menyatakan sudah mengakomodir masukan dari seniman untuk merancang ulang proyek revitalisasi TIM atau Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta Pusat.

"Konsepnya sudah kami terima lama, saat ini sedang didiskusikan dengan arsitek untuk redesign. Banyak masukan seniman juga yang dipertimbangkan," kata Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryoto di Balai Kota DKI, Senin, 23 Desember 2019.

Menurut Wahyu, masukan dari seniman tersebut, termasuk pengadaan amphiteater, kineforum serta Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang naik dari 11 persen jadi 27 persen. "Adapun masalah hotel itu misinfo, mudah-mudahan jika revisi final, bisa terwujud itu semua. Tapi bagaimanapun kami fasilitasi wisma untuk para seniman," kata dia.

Setelah revitalisasi usai, kata Wahyu, Jakpro akan menjadi pengelola untuk melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana yang saat ini ada di Subbidang pemeliharaan sarana dan prasarana Unit Pelaksana Teknis (UPT) TIM. "Jadi ini memang usulan kami bahwa setelah ini jadi, Jakpro akan mengelola khusus pemeliharaan dan maintenance," ujarnya.

Sedangkan untuk program kesenian akan melalui Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai kurator. Nantinya dari hasil kurasi itu akan ditampilkan di TIM. "Jadi Jakpro enggak ambil pengelolaan keseniannya, tapi hanya bidang pemeliharaan sarpras. Jadi sebetulnya ini klop," kata Wahyu. (kompas dan tempo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel