Suara Peringatan Banjir Jakarta di Bidara Cina yang Tak Pernah Terdengar, Warga: Tidak Efektif

Image result for toa banjir

Darirakyat.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan telah memasang pelantang suara peringatan dini banjir di sejumlah titik rawan banjir di wilayah ibu kota RI tersebut.

Kini, pengadaannya akan ditambah di sejumlah lokasi yang anggarannya masuk dalam Program Pengelolaan Risiko Bencana dengan total anggaran hingga Rp4,3 miliar.

Namun, sejumlah warga korban banjir di Jakarta mengaku tak mendengar peringatan banjir dari Toa yang dikelola langsung BPBD DKI Jakarta tersebut. Beberapa warga yang ditemui mengaku tahu kabar banjir dari sesamanya, media massa, dan media sosial.


Sahuri (66), warga RT 5 RW 7 Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, mengaku tak mendengar suara peringatan banjir yang merendam rumahnya sehari setelam malam pergantian tahun 2019 ke 2020 lalu. Kabar banjir justru ia dengar dari anaknya lewat berita di internet.

"Nggak terdengar," kata Sahuri kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/1).

Berdasarkan pantauan, lokasi Toa peringatan dini banjir untuk warga Bidara Cina berada di Sekretariat RW 7. Lokasinya berjarak lebih dari 200 meter dari rumah Sahuri.

Pelantang suara itu dipancang dengan tiang dengan tinggi sekitar 5 meter, dan terdiri atas empat toa yang mengarah ke berbagai arah mata angin.

Warga Kelurahan Bidara Cina lain, Nur Hidayat juga mengaku tak mendengar suara pengumuman dini banjir di kelurahannya. Padahal, rumah Hidayat berada di samping Sekretariat RW 07, tempat toa itu berada.

Hidayat mengaku memang sempat mendengar suara lewat toa itu. Menurutnya, bunyinya mirip suara sirine yang dibunyikan satu sampai tiga kali sesuai peringatan level siaga prediksi banjir akan datang. Tapi, katanya, itu sudah lama.

"Suara sirine. Oooeeeeettt gitu," ujar Hidayat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/1), dengan menirukan suara sirine yang pernah ia dengar

"Saya juga nggak ngerti rusak atau gimana. Cuma emang dari tahun kemaren juga nggak bunyi. Pas banjir nggak bunyi" sambungnya.

Salah satu warga di kelurahan Bidara Cina yang rumahnya terkena banjir, TIas, mengaku tak menghiraukan apapun saat air bah merendam rumahnya tahun baru lalu. Ia juga menilai keberadaan toa untuk peringatan dini banjir juga tak efektif.

"Masa kita mau pantengin toa. Udah nggak mikirin apa-apa dah," imbuhnya.

Peringatan Banjir Jakarta yang Tak Terdengar di ToaToa DWS di depan Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Thohirin)
Di tempat terpisah, Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan pun ada warga yang mengaku tak mendengar keluar bunyi peringatan dari toa yang terpasang.

Uum (49 tahun) warga Kelurahan Pengadegan mengaku sempat mendengar suara sirine dari kantor Kelurahan Pengadegan, lokasi toa peringatan banjir berada. Namun, suara yang ia dengar itu adalah saat waktu sedang diuji coba saja.

"Waktu tes denger. Waktu banjir nggak tahu," katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/1).

Warga lain di Kelurahan Pengadegan Zulkarnain (42) mengaku juga tak mendengar pengumuman banjir lewat pengeras suara. Ia justru tahu kabar banjir langsung dari aparat kelurahan yang turun ke rumah warga. Hal itu menurut Zulkarnain cukup membantu.

"Lumayan. Ngebantu. Cuma kadang warga dikasih tahu sama lurah, nanti warga ngeliat kondisi kali," katanya.

Saat dikonfirmasi Lurah Pengadegan, Azhari, mengatakan toa yang dipancang di depan kantor Kelurahan Pengadegan memang dipasang belum lama, awal Desember 2019. Namun, ia tak mengetahui detail cara kerjanya.

"Terkait Early Warning System (EWS) bisa ditanyakan ke BPPD DKI," ujar Azhari lewat pesan singkat, Kamis (16/1).




Berbeda dengan toa pada umumnya, toa ini dinamai Disaster Warning System (DWS) dan tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI Jakarta. Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI M Ridwan menjelaskan alat DWS adalah pengeras suara berskala besar yang dapat didengar dari radius 500 meter.

Setidaknya ada empat pengeras suara yang dipasang di tiang tinggi dan terhubung dengan sistem di kantor pusat BPBD DKI Jakarta.

Selain itu DWS juga dipasang di lokasi rawan banjir. Peringatan dini yang diberikan ialah soal ketinggian muka air sungai dan perkiraan datangnya air kiriman dari hulu. Sehingga warga yang tinggal di bantaran sungai bisa mempersiapkan diri datangnya banjir.

"DWS kami gunakan untuk melengkapi info peringatan yang kami kirim melalui WAG grup camat dan lurah," kata Ridwan.

Adapun kawasan yang sudah dipasang toa pada 2019 lalu adalah:

1. Ulujami, Jakarta Selatan

2. Petogogan, Jakarta Selatan

3. Cipulir, Jakarta Selatan

4. Pengadegan, Jakarta Selatan

5. Cilandak Timur, Jakarta Selatan

6. Pejaten Timur, Jakarta Selatan

7. Rawa Buaya, Jakarta Barat


8. Kapuk, Jakarta Barat

9. Kembangan Utara, Jakarta Barat

10. Kampung Melayu, Jakarta Timur

11. Bidara Cina, Jakarta Timur

12. Cawang, Jakarta Timur

13. Cipinang Melayu, Jakarta Timur

14. Kebon Pala, Jakarta Timur

Sementara enam kawasan yang rencananya akan dipasang toa, yakni Tegal alur, Rawajati, Makasar, Jati Padang, Kedoya selatan, dan Cililitan. Kawasan ini dalam pemetaan BPBD termasuk dalam daerah rawan bencana banjir. (cnnindonesia.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel