Walau Diharamkan MUI Jatim, Siswa SDN 01 Nambangan Lor Ucapkan Selamat Natal & Bawa Tumpeng Ke SDK Santa Maria Kota Madiun

Abaikan Fatwa MUI, Siswa SDN 01 Nambangan Lor Ucapkan Selamat Natal & Bawa Tumpeng Ke SDK Santa Maria Kota Madiun Jatim



Darirakyat.com -  Tumpeng dan jeruk nambangan menjadi perlambang indahnya perbedaan. 

Dipersembahkan siswa SDN 01 Nambangan Lor kepada siswa Sekolah Dasar Katolik (SDK) Santa Maria Jumat (20/12/19).

Kejutan istimewa itu dilakukan puluhan siswa SDN 01 Nambangan Lor dengan berjalan kaki menyusuri Jalan Agus Salim ke Jalan Barito, berlanjut ke Jalan Cokroaminoto. 

Tiga siswa di barisan depan membawa nampan berisikan tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya. 

Diikuti barisan siswa di belakangnya sembari bernyanyi riang. 

‘’Baru pertama ini. Senang sekali bisa mengucapkan Natal kepada sahabat yang merayakan. Jadi bertambah saudara,’’ kata Maharani Ayuning Ratri, siswa kelas IV SDN 01 Nambangan Lor.

Kedatangan siswa SDN 01 Nambangan Lor disambut nyanyian tembang Madiun Nyaman dan Damai ciptaan Wido Setyasmoro yang dilantunkan siswa SDK Santa Maria. 

Paling mengharukan dari momentum itu saat Maharani menyerahkan tumpeng kepada Dominique Flamenca Violize Fatlolon, siswa kelas VI SDK Santa Maria.  

Setelah tumpeng dipotong, Maharani pun saling suap dengan Dominique. 

Berlanjut penyerahan pohon jeruk yang disebut sebagai lambang persatuan. 

‘’Terkejut sekali. Sama sekali tidak menyangka,’’ ujar Dominique.

Ajar Putro Dewantoro, pegiat Historia van Madioen (HvM), menerangkan bahwa tumpeng merupakan bagian dari warisan budaya leluhur. 

Bentuknya yang kerucut melambangkan pertemuan pada satu titik persembahan kepada Tuhan. 

‘’Sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur,’’ kata Ajar.

Dalam tradisi Jawa, tumpeng merupakan akronim dari yen metu kudu sing mempeng. Artinya, kalau keluar harus rajin. 

Dalam konteks persatuan, tumpeng dimaknai sebagai semangat menjunjung toleransi dalam kehidupan nyata. 

‘’Kegiatan seperti ini dapat memupuk jiwa nasionalisme,’’ lanjutnya.

Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya Ayu Miko Saputri meluangkan waktunya mendatangi momen istimewa tersebut. 

Dia pun berbaur bersama siswa mencicipi tumpeng yang dibawakan. ‘’Suatu langkah yang keren,’’ sanjung Inda.

Inda sependapat bahwa kegiatan seperti ini penting untuk memupuk toleransi sejak dini.

Siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu diajari filosofi hidup saling berdampingan dan menghargai perbedaan. 

Sekaligus mengimplementasikan keluhuran budi pekerti yang kerap disampaikan di dalam kelas. 

‘’Kami pun berharap masyarakat terus menjaga kerukunan,’’ ucapnya.

Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, pada Jumat (20/12/2019), mengimbau umat Muslim untuk tidak mengucapkan selamat bagi mereka yang melakukan perayaan Natal. 

Uniknya imbauan itu tak berlaku untuk Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin.

Sekretaris MUI Jatim, Mochammad Yunus mengatakan ketika seorang Muslim mengucapkan selamat Natal maka akidahnya akan rusak.

"Ucapan Natal itu kan perayaan lahirnya anak Tuhan, karena itu masuk wilayah akidah. Ketika kita mengucapkan selamat kepada peringatan itu, sama saja kita memberi selamat atas lahirnya putra Tuhan," kata Yunus, Jumat (20/12/2019).

Meski demikian, lanjut Yunus, imbauan itu tak berlaku untuk pemimpin negara, termasuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang masih menjabat sebagai Ketua Umum MUI.

"Nah kalau urusan itu, mungkin Pak Wapres punya pertimbangan sebagai pemimpin negara, sehingga diharuskan mengucapkan selamat Natal," terangnya.

Yunus pun menyarankan kepada pemerintah untuk menunjuk pejabat yang seiman ketika mengucapkan selamat kepada umat Kristen yang merayakan Natal.

"Kepemimpinan itu tidak tunggal, tidak perseorangan, ada sekretaris, ada strukturalnya. Kemenag misalnya, ada Binmas agama-agama lain. Kalau misal dia (Menag) hati-hati, dia akan memerintahkan Binmas agama lain yang merayakan Natal untuk mengucapkan selamat," tuturnya.

Yunus juga mengingatkan kepada umat Muslim untuk memahami makna toleransi secara baik dan benar. Bentuk toleransi adalah saling menghormati dan saling setuju terhadap perbedaan beragama.

"Sehingga ketika orang tidak mengucapkan selamat Natal dan tidak menggunakan atribut perayaan, itu tidak bisa disebut intoleran. Jadi kalau itu dipahami dengan baik, tidak akan kita jumpai sweeping," tutup dia. (radarmadiun.co.id dan suara.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel