50 Tahun Perjalanan PB Djarum, Sudah 11 Atlet Sumbang Medali Olimpiade untuk Indonesia





Kolase pebulu tangkis tunggal putra Alan Budikusuma (kiri) dan pemain tunggal putri Susy Susanti saat meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992.

Darirakyat.com - Pada 1969, didorong kecintaannya pada bulu tangkis, CEO PT Djarum, Budi Hartono, membuka brak (tempat melinting rokok) di Jalan Bitingan Lama No. 35, Kudus, sebagai tempat latihan bulu tangkis. Dari sanalah, peraih juara All England tiga kali (1978, 1979, 1981), Liem Swie King, memulai latihan bulu tangkis. Di usianya yang baru menginjak 13 tahun pada waktu itu, Liem Swie King sudah menekuni olahraga tepok bulu. 

Pada 1969, didorong kecintaannya pada bulu tangkis, CEO PT Djarum, Budi Hartono, membuka brak (tempat melinting rokok) di Jalan Bitingan Lama No. 35, Kudus, sebagai tempat latihan bulu tangkis. 

Dari sanalah, peraih juara All England tiga kali (1978, 1979, 1981), Liem Swie King, memulai latihan bulu tangkis. Di usianya yang baru menginjak 13 tahun pada waktu itu, Liem Swie King sudah menekuni olahraga tepok bulu. 

Gelar-gelar dunia seperti All England, Thomas dan Uber Cup, Sudirman Cup, sampai Kejuaraan Dunia, sukses direngkuh atlet-atlet PB Djarum. Namun, yang sulit dilupakan atau bahkan tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Indonesia pada khususnya, adalah kepiawaian atlet-atlet PB Djarum dalam menyumbang medali Olimpiade.

Total, 11 atlet PB Djarum berhasil mempersembahkan medali Olimpiade untuk Indonesia. 

Mereka adalah Alan Budikusuma (emas Olimpiade Barcelona 1992), Eddy Hartono, Gunawan, dan Ardy B. Wiranata (perak Olimpiade Barcelona 1992), Antonius B. Ariantho dan Denny Kantono (perunggu Olimpiade Atlanta 1996), Trikus Haryanto dan Minarti Timur (perak Olimpiade Sydney 2000), Maria Kristin Yulianti (perunggu Olimpiade Beijing 2008), Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016). 

PB Djarum kini berhenti 

Masyarakat, khususnya penggemar bulu tangkis Indonesia, tampaknya harus was-was jika idola anak muda sekarang, Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon, atau Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dengan segudang pengalaman mereka, tak muncul lagi di masa depan. 

Hal ini dipicu oleh keputusan PB Djarum menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis mulai tahun depan. 

Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis tahun 2019 menjadi ajang pencarian bakat terakhir yang digelar secara terbuka oleh PB Djarum. Keputusan itu disampaikan Direktur Program Bakti Olahraga Djarum, Yoppy Rasiman saat konferensi pers di Hotel Aston Imperium, Purwokerto, Sabtu (7/9/2019). 

"Tahun ini merupakan tahun perpisahan dari kami. Tahun depan event audisi ditiadakan," kata Yoppy. Penghentian Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis diakibatkan masalah PB Djarum dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). 

KPAI bersama Yayasan Lentera Anak, menuding PB Djarum "mengeksploitasi" anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok. "Perlu ditegaskan rekrutmen ini dalam bentuk audisi tidak kami larang. Yang dilarang adalah bentuk eksploitasi terselubungnya," ucap Komisioner KPAI, Sitti Hikmawaty. (kompas.com)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel