Soal Gabion di Bundaran HI, Politikus PDIP Mengaku Gagal Paham: Kita Gak Ngerti

Soal Gabion di Bundaran HI, Politikus PDIP Mengaku Gagal Paham


Darirakyat.com -Anggota DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menyebut dirinya tidak habis pikir tentang pemasangan instalasi pertamanan gabion menggantikan instalasi seni Getah Getih di Bundaran HI.

Sebabnya, instalasi itu disebut terlalu sederhana untuk ditempatkan di lokasi yang sangat ikonik seperti Bundaran HI.

"Ya saya gagal paham memahami itu. Artinya dan maksudnya apa. Apakah untuk instalasi seni atau apa, kita enggak ngerti," kata Gembong pada awak media, Sabtu (24/8).

Gabion merupakan jenis instalasi taman berbentuk susunan batu di dalam susunan kawat besi. Di Jakarta umumnya gabion dibuat untuk menjadi pembatas antara sungai maupun waduk dengan bantaran untuk mencegah banjir serta bantaran sungai mengalami longsor. Umumnya warga Jakarta menyebutnya beronjong.

Ketika ditanya soal pemborosan untuk pengadaan gabion yang mencapai Rp150 juta, Gembong menyerahkan hal tersebut pada masyarakat.

"Nah, itu bisa masyarakat yang menilailah tapi maksud saya begini ketika itu barang seni kita bisa menilai. Tapi itu kan kita enggak bisa menilai. Itu tumpukan batu tu gitu lho. Itu yang saya maksud gagal paham ya seperti itu, maksud dari beronjong itu apa," ujarnya.

Gembong menegaskan sebelumnya tidak ada pembahasan pemasangan instalasi di Bundaran HI sebagai pengganti Getah Getih.

"Kalau ditanyain ke Dinas Pertamanan gak sih. Iya nanti bakal ditanyakan maksudnya apa artinya kan," tandas Ketua Fraksi PDIP itu.

Gembong menyebut setiap instalasi yang dipasang di lokasi-lokasi yang menjadi ikon kota harus dipertimbangkan dengan baik. Sebab, instalasi itu akan menjadi cerminan ibukota.

"Harus juga mencerminkan apa yang kita tampilkan di tengah-tengah masyarakat itu betul-betul apa yang merupakan ide gagasan yang brilian," tegasnya.

Sebelumnya, Dinas Kehutanan DKI memasang instalasi pertaman gabion di titik yang sebelumnya dipasang instalasi seni Getah Getih. Getah getih sebelumnya juga mendapat kritikan dari masyarakat karena dinilai pemborosan. (mediaindonesia.com)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel