Ahok Kurban 55 Sapi dan Anies Kurban 1 Sapi, Ini Soal Iman dan Keberpihakan

Ahok Kurban 55 Sapi dan Anies Kurban 1 Sapi, Ini Soal Iman dan Keberpihakan
Darirakyat.com - Namanya pejabat publik apalagi terkenal, pasti akan menjadi sorotan terkait sepak terjangnya. Jadi gak usah baper ketika tokoh publik dibandingkan dengan tokoh publik lainnya. Justru adanya banding membandingkan juga membuat atau menuntut setiap tokoh publik atau pemimpin menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, membandingkan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini dengan Ahok sang mantan Gubernur DKI Jakarta yang lalu ada potensi kebaikannya, bukan nyinyir belaka, karena dengan membandingkan, maka Anies seharusnya bisa melakukan hal baik yang lebih dari yang pernah dilakukan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta sebelumnya.

Sebelumnya kita pernah membandingkan bagaiman seorang Ahok, Gubernur DKI yang pro reklamasi tetapi dibenci pengembang pulau reklamasi karena sedang berusaha memalak para pengembang dengan NJOP 15 persen dengan nilai ratusan triliun yang akan digunakan untuk waga. Sedangkan Anies yang menentang reklamasi tetapi sepertinya lebih dicintai dengan para pengembang, karena menerbitkan ribuan IMB tanpa kabar adanya NJOP 15 persen atau uang ratusan triliun masuk ke pemprov DKI Jakarta.

Saat ini, karena kemarin adalah momen Idul Adha, yang kerap disebut hari raya kurban, dimana banyak umat muslim yang mampu memberikan hewan kurban, maka tak salah kalau kita mencoba membandingkan bagaimana atau apa yang dilakaukan oleh Ahok sebagai Gubernur non Muslim terkait hewan kurban dengan Anies sebagai Gubernur Muslim.

Dalam berita yang dimuat oleh kompas dan media lain, pada hari raya kurban tahun 2016, ternyata Ahok berkurban sapi sebanyak 55 ekor untuk warga rusun. Ahok berkurban sebanyak itu karena pertimbangan seluruh warga rusun harus dapat daging sebanyak 1 kg per kepala keluarga.

Mungkin Ahok tak beriman sebagai orang muslim, tetapi Ahok punya hitungan kemanusiaan dan cinta yang bersifat universal dan nilai ini ada di setiap iman agama apapun, tak perduli itu muslim, Kristen, Hindu dan agama lainnya.

Soal keberpihakan, apa yang dilakukan Ahok berkurban bagi warga yang tinggal di rusun saya rasa sudah tepat, karena sudah jelas mereka termasuk orang yang membutuhkan atau dianggap berhak memperoleh hewan kurban tersebut.

Lalu bagaimana dengan Anies pada tahun ini, di berita dia mengurbankan 1 ekor sapi dengan kualitas terbaik. Di sini mungkin Anies berkurban berdasarkan hitungan iman karena dia dianggap mampu dan punya kewajiban dalam berkurban menurut iman. Meskipun jumlahnya 1 ekor, Anies adalah orang beriman yang sudah menjalankan kewajibannya. Sedangkan Ahok, meskipun dia berkorban 55 ekor, dia bukanlah orang yang menjalankan kurban tersebut dengan iman, tetapi dengan hitungan hak, kemanusiaan dan cinta.

Soal keberpihakan, Anies tentu saja sudah berpihak pada iman yang diyakininya, juga sudah menjalankan kewajibannya. Lalu bagi Ahok, juga semestinya sudah juga berpihak, meskipun itu tanpa iman kewajiban dalam berkurban. Semuanya sama-sama orang yang berpihak dalam berkurban.

Melihat hal tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hari raya kurban kemarin antara Ahok dan Anies sudah melakukan hal yang sama, jadi tak perlu dibanding-bandingkan lagi. Namun, meskipun sudah melakukan hal yang sama, kemenangan masih ada di tangan Anies, kemenangan tersebut terkait soal keimanan. Oleh sebab itu wajar pula jika Anies disebut Gubernur seiman hasil pilihan warga DKI Jakarta, dimana hal tersebut yang menjadi penentu kemenangan Anies pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu dalam melawan Ahok, sebagai Gubernur yang gak seiman dengan penduduk mayoritas.

Meskipun Indonesia sudah merdeka cukup lama dengan pengorbanan darah berbagai suku bangsa dan agama, bahkan tentara Jepang dan Belanda pun ada yang membelot serta berjuang bersama demi kemerdekaan Indonesia, tetapi masih ada pertentangan terkait pimpinan daerah yang berbeda suku dan agama. Hal ini membuktikan bahwa beberapa tahun terakhir negara kita tidak berfokus pada hal terkait kebangsaan. Sejarah-sejarah seperti dibuang dalam tong sampah, terkadang pun dibengkokkan ke arah salah. Hal ini membuat para generasi saat ini ada yang lupa pada sejarah, bagaimana Indonesia ini ada. Kemajemukan yang harus selalu dijaga, ideologi yang tak boleh diganggu gugat, karena itu pondasi yang sudah disepakati bersama dengan para tokoh pendiri bangsa, termasuk para tokoh-tokoh masyarakat dan agama. Udah ah, itu aja…

Cak Anton

(seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel