Halal bi Halal 212 di MK adalah Tindakan Manipulatif

Halal bi Halal 212 di MK adalah Tindakan Manipulatif

Darirakyat.com - Beredar selebaran akan adanya aksi akbar mulai tanggal 24 sampai 28 Juni 2019 di seluruh ruas jalan di sekitar Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Aksi itu bertajuk “Halal Bi Halal Akbar 212”.

Dalam selebaran itu juga ditulis bahwa aksi akan digelar selama tanggal tersebut dari jam 09.00 WIB hingga 18.00 WIB setiap hari. Aksi itu disebut akan super damai, berupa kegiatan berzikir, berdoa serta bersolawat.

Polda Metro Jaya sendiri sudah mengatakan kalau aksi itu tidak diperbolehkan. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono mengatakan seperti ini :

"Bahwa aksi di jalan protokol depan MK oleh pihak mana pun dilarang, karena melanggar Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Penyampaian Pendapat Dimuka Umum Pasal 6 yang bisa mengganggu ketertiban umum dan hak orang lain"

Saya kira kalau mereka masih mau nekat menggelar aksi di sekitaran MK dengan dalil acara halal bi halal maka hanya akan membuktikan betapa manipulatifnya kelompok ini.

Pertama, nggak masuk akal kalau halal bi halal dari tanggal 24-28 Juni. Apa itu acara halal bi halal kok berhari-hari? Dipikirnya pesta nikahan yang ngundang wayang dan segala macamnya itu sampai butuh berhari-hari? Halal bi halal itu ya satu tanggal saja sudah cukup untuk satu kumpulan.

Dan kenapa harus di sekitaran Mahkamah Konstitusi?

Apalagi niatnya kalau bukan untuk menekan MK. Pola yang sama mengingatkan saya jaman Ahok dulu mau divonis, dua tahun lalu. Ketika itu massa juga berkumpul sehari sebelumnya di lembaga peradilan. Ngomongnya sih hanya agar hakim bersikap bijak dan mencegah intervensi dari pihak lain, tanpa mereka sadari sebenarnya merekalah yang melakukan intervensi secara halus.

Mau melakukan pola yang sama? Oh mohon maaf, sidang MK kemarin live. Kita sudah melihat betapa dangkal dan ajaibnya kesaksian sejumlah orang yang dihadirkan oleh kubu Prabowo-Sandiaga. Jadi kalau malah hakim memenangkan Prabowo-Sandi rasanya kok malah mencurigakan sekali.

Trik mereka mengemas acara ini seolah sebagai aksi damai dengan berdzikir, berdoa, bersholawat ini menurut saya juga bukti kalau benar acara ini sampai ada (atau pernah diwacanakan oleh mereka) sungguh tindakan yang sangat amat manipulatif.

Buat apa berdzikir, berdoa, bersholawat harus berhari-hari di sekitaran gedung MK pula?

Dzikir, doa, sholawat itu memang kegiatan yang sangat bagus. Orang Islam kalau sedang punya hajat atau mungkin hatinya sedang gundah gulana memang disarankan memperbanyak dzikir, doa, dan solawat untuk mengetuk rahmat Allah. Tapi ya yang seperti ini ibadah yang sifatnya individu dan nggak harus dilakukan di sekitaran MK.

Kalau Anda sesayang dan secinta itu sampai ngarep banget Prabowo-Sandiaga menang, tentu saya nggak bisa mencegah Anda berdoa. Itu hak Anda. Tapi ya sudah doakan saja dari tempat Anda. Nggak usah dengan kumpul berhari-hari di sekitaran MK. Buat apa? Prabowo-Sandi saja nggak segitunya.

Mengusik psikologis masyarakat kita yang memang sangat senang kalau dianggap religius itu sungguh mudah. Pasti ketika ada pemberitaan kalau Polisi melarang acara seperti ini maka di kalangan bawah pendukung Prabowo-Sandi ada yang kasak kusuk "Ini kan acara damai, orang doa kok dilarang-larang.. wah rezim anti Islam nih..aparat berpihak nih.." dan sebagainya. Berkat strategi manipulatif jadi mudah membuat orang menghakimi aparat dan Pemerintah.

Padahal banyak pertimbangan kenapa acara seperti itu dilarang dan memang sebaiknya tidak dilakukan. Pertama, balik lagi ke alasan di atas. Terlalu mengada-ada soal halal bi halal berhari-hari itu. Serta tentu saja perkara berdoa, berdzikir, bersholawat itu kan nggak harus di sekitaran MK. Anda bisa melakukannya di mana saja kok. Kalau Anda seyakin itu Allah SWT bersama Prabowo ya doakan saja dari manapun pasti Dia mendengar. Jangan manipulatif.

Kedua, tentu saja ini soal alasan keamanan. Pendukung 212 dan Prabowo-Sandi itu sebenarnya banyak yang polos. Ghirah keagamaannya besar dan terpengaruh mendukung mereka. Masalahnya ada juga kelompok sesama pendukung yang hobinya main kasar, merusuh. Tujuannya untuk menjatuhkan Jokowi. Mengingat peristiwa 22 Mei kemarin memang sebaiknya acara di sekitaran MK dilarang. (rahmatika, seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel