Terbukti! Anies ‘Gerah’ Setelah Dengar Pidato Obama Mengenai Toleransi
Saturday, 1 July 2017
Edit
Darirakyat.com -- Gubernur terpilih DKI
Jakarta Anies Baswedan mengatakan dari mulut bibirnya bahwa ia mengapresiasi
pidato Barack Obama dalam Kongres Diaspora Indonesia keempat. Anies dan Obama
sempat bertemu di salah satu ruangan untuk berpose bersama dan difoto, sembari berbicara
mengenai toleransi.
Untuk kita ketahui bersama,
Obama sempat mengatakan di dalam pidato yang dibawakannya, bahwa dunia harus
bersama-sama melawan aksi intoleransi. Ini hal yang sebenarnya sudah terjadi
pada Pilkada DKI Jakarta yang lalu.
“Dan ketika
melihat Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha, di tengah negara Muslim,
Candi Prambanan yang Hindu dan dilindungi negara Muslim, wayang kulit dan
Ramayana di negara Muslim, semangat Indonesia haruslah toleransi. Dan itu juga
terlihat dari gereja dan mesjid yang bersebelahan,” – Obama
Aksi
intoleransi begitu marak dilakukan oleh para pendukung Anies. Bahkan sempat
Haji Djarot Saiful Hidayat diusir dari sebuah masjid, karena pendukung Anies
kejang-kejang melihat kehadiran Djarot di masjid sebagai jemaah yang menunaikan
kewajiban ibadahnya.
Mungkin
Anies merasa tersindir dengan kalimat pidato Obama. Anies yang merasa
tersindir, lantas membawa empat anaknya untuk menghampiri Obama di sebuah
ruangan, dan dengan alasan berfoto, ia ingin mengklarifikasi hal yang
sebenarnya tidak perlu diklarifikasi. Biasa, percakapan dimulai dengan
apresiasi yang dilakukan oleh Anies kepada Obama.
“Tadi saya
berbicara dengan Pak Obama, saya sampaikan apresiasi pidatonya… Saya bilang
kepada beliau masalah toleransi, masalah ketimpangan, itu dua-duanya harus
selesai sama-sama dan ketimpangan inilah yang sering saya sampaikan dengan
membangun persatuan dengan membereskan ketidakadilan… Keadilan hadir karena
keadilan itu mengantarkan kita pada suasana yang damai, saling menghormati,
saling menghargai… Jadi sesudah selesai pidato di belakang, saya sempat ngobrol
dan sampaikan kepada beliau. Di Jakarta, insyaallah kita akan secara serius
memperjuangkan untuk menghadirkan kesejajaran, kesetaraan, keseimbangan, dan
keadilan. Dengan cara begitu, maka semangat untuk menjaga persatuan dalam
kebinekaan bisa dilakukan…Iya, beliau bilang betul. Dan, menurut Pak Obama, itu
nggak bisa sendiri-sendiri, dua-duanya harus bersamaan dan sekarang itu kita
nggak bisa berjalan satu saja, harus dua-duanya. Tadi tanggapan beliau begitu…”
– Anies
Setelah Obama selesai
berbicara mengenai perlawanan terhadap aksi intoleran, Anies menyambangi Obama
dan justru melakukan klarifikasi blunder yang semakin memperjelas posisinya di
dalam pengertian ceteknya mengenai toleransi. Ia mengatakan kepada Obama bahwa
harus ada satu elemen selain menjaga toleransi, yakni masalah saling
menghormati. Terlihat sekali di foto yang beredar, Anies terlihat mengajari
Obama tentang toleransi, bukan sebaliknya. Hahaha.
Alih-alih
ingin memojokkan Ahok – karena memang Ahok dikenal sebagai sosok yang kurang
santun dan kurang menghormati DPR – Anies justru sedang memojokkan dirinya
sendiri. Semakin ia bicara, justru semakin ia menunjukkan posisinya sebagai
seorang gubernur yang memiliki pendukung bermental ontaleran. Intoleransi yang
merajalela di Jakarta, tidak lain dan tidak bukan merupakan strategi pemenangan
yang dilakukan oleh pendukung Anies.
Anies
berada pada pusaran kelompok intoleran yang mulai bangun dari sel-sel tidurnya.
Sel-sel tidur para kaum intoleran khususnya para kelompok teroris sudah mulai
terlihat beraksi. Saya mengatakan hal ini bukan karena Anies sendiri merupakan
orang yang intoleran.
Sampai
saat ini memang masih belum ada statement Anies yang menyatakan bahwa dirinya
mendukung aksi intoleran. Namun melihat dari ormas-ormas yang mendukungnya, dan
partai PKS yang memiliki beberapa kader bermasalah mengenai aksi terorisme,
kita tahu bahwa Anies sedang dalam bahaya. Gubernur terpilih DKI Jakarta sedang
berada di dalam lingkaran kaum intoleran.
Bukan hanya FPI dan PKS, bahkan
Gerindra pun tidak lepas dari cengekaraman aksi intoleransi. FPI melalui
imam besarnya, Rizieq Shihab pernah mengatakan bahwa ISIS adalah saudara dari
mereka. Kader PKS pun pernah ditahan karena ada permainan dengan
terorisme. Lantas apa kaitan antar Gerindra dan kaum
intoleran?
Kita
tahu bahwa wakil ketua DPR, Fadli Zon merupakan orang yang secara tidak
langsung terlibat di dalamnya. Mengapa saya katakan seperti ini? Saya harus
memulainya dengan perlahan-lahan, agar terhindar dari fitnah. Saya akan
memberikan fakta mengenai hal ini.
Kata kuncinya adalah RUU
Anti Terorisme yang sampai sekarang belum rampung disahkan oleh DPR. RUU
Anti Terorisme sudah dikejar oleh Presiden Jokowi, bahkan melalui Menkopolhukam
Wiranto, sudah mewanti-wanti DPR untuk segera merampungkan dan mengesahkan RUU
Anti Terorisme.
Fadli
Zon, Fahri Hamzah, dan Setya Novanto, rasanya tiga orang ini tidak becus di
dalam mengurus hal ini. Apakah perlu tunggu sanak saudara mereka yang terkena
aksi teror, baru RUU segera disahkan? Inikah yang namanya keberpihakan?
Maka
sampai kapanpun, rasanya sulit bagi Anies untuk bergerak dan terlepas dari
jeratan kaum intoleran. Sebaik apapun perkataan Anies mengenai toleransi maupun
persatuan, rasanya hampir mustahil baginya untuk bisa menindak para kaum
radikal, karena merekalah yang memenangkan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta,
dengan menebarkan ‘ketakutan’ atau yang kita kenal akrab dengan istilah
‘teror’, bagi warga Jakarta.(seword.com)