Simak,,Inilah Bukti Bahwa Jokowi Layak Disebut Sebagai Sosok Pemberani
Wednesday, 26 July 2017
Edit
Darirakyat.com -- Jokowi memang fenomenal. Kehadirannya dalam jagad politik nasional
sungguh di luar dugaan. Ada beberapa kalangan yang menganggap bahwa Jokowi
besar karena besutan media massa. Media lah yang berkontribusi besar mengangkat
Jokowi ke pentas nasional, begitu kata mereka. Jokowi adalah seorang media
darling. Benarkah demikian ?
Namun, Jokowi memang
seorang anomali di jagad politik nasional. Kariernya melesat tajam karena
memang kinerjanya yang luar biasa. Hal ini bisa kita lihat rekam jejaknya
semenjak Ia menjadi Walikota Surakarta (Solo) hampir dua periode. Solo
mengalami perubahan signifikan. Begitu pula ketika Ia menjabat sebagai Gubernur
DKI, meski hanya menjabat singkat, Jokowi berhasil menorehkan
perubahan-perubahan yang besar untuk ibukota negeri ini.
Semasa menjadi walikota,
gubernur hingga menjabat Presiden, politik nasional memiliki kosakata baru yang
mau tidak mau dilekatkan dengan nama Jokowi. Kosakata tersebut adalah
“blusukan” dan “rapopo.” Demikianlah, kosakata tersebut menjadi simbol seorang
Jokowi. Dalam setiap kunjungannya ke seantero Nusantara, pasti Jokowi
menyempatkan blusukan untuk memantau kinerja aparat bawahannya atau menengok
kondisi masyarakat kekinian. Sedangkan kata “rapopo” memerlihatkan ketegaran
Jokowi menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Ia seolah tak peduli
seberapa berat masalah dan fitnah yang sering ditujukan pada dirinya.
Meski fisiknya nampak
biasa, bahkan sebagian kalangan menyebutnya “krempeng” namun tidak dengan
semangat dan keberaniannya. Berikut daftar atau list keberanian yang berhasil
ditorehkan Jokowi selama Ia memimpin, baik sebagai Gubernur DKI hingga duduk di
kursi Presiden selama 3 tahun lebih.
1.
Jokowi Sosok yang Tidak Mau Tinggal Diam Di Belakang Meja
Selama menjabat jadi Wailkota
Solo hingga Gubernur DKI, Jokowi sering melakukan kunjungan mendadak ke
instansi-instansi untuk melihat kinerja mereka. Ia tak segan melakukan
perombakan, mencopot pejabat atau aparat bawahannya yang malas, tidak mampu
mengikuti arus Jokowi yang rajin kerja hingga bawahan yang menilep anggaran.
2.
Jokowi Memerkenalkan “Lelang Jabatan” dan mendobrak senioritas di
Lingkungan Pemda DKI
Ketika memperkenalkan
“lelang jabatan”, Jokowi dituduh melanggar azas senioritas dan kebiasaan dalam
hierarki pegawai negeri di lingkungan Pemda DKI. Jokowi mendobrak kebiasaan
yang sudah berurat dan berakar dikalangan pegawai Pemda, dan kebijakan Jokowi
ini menimbulkan kegaduhan pada awalnya. Tapi, Jokowi tak bergeming dengan
kegaduhan ini dan meneruskan kebijakannya.
3.
Jokowi Berani Menggusur Warga Yang Tidak berhak Dan Merelokasi
Mereka
Ketika sebagian pejabat
merasa nyaman dan tidak mau diganggu kursi jabatannya, lain dengan Jokowi. Ia
tidak mau tinggal dalam “zona nyaman.” Keberanian dan ketegasannya
diperlihatkan ketika memindahkan ratusan keluarga dari waduk Pluit ke rumah
susun, supaya luas waduk Pluit dapat dikembalikan ke luas semula. Selain itu,
dengan tegas dan berani Jokowi merubah kampung kumuh menjadi kampung deret.
Awalnya warga menolak bahkan curiga bahwa tanah mereka akan diambil Pemda,
namun pada akhirnya mereka berebut minta dijadikan kampung deret.
4.
Berani memutuskan proyek MRT
Ibukota negara tidak
lama lagi akan punya ikon baru transportasi massal selain Trans Jakarta,
ya, Jakarta akan punya moda transportasi baru. Moda transportasi itu bernama
Mass Rapid Transit atau kita kenal dengan sebutan MRT. Proyek ini mulai dikebut
sejak era Jokowi jadi gubernur Jakarta. Sekarang proyek tersebut mulai
menunjukkan hasilnya.
5.
Luran Susan Dan Komitmen Kebhinekaan Jokowi.
Lurah Susan sempat
ditolak warga Lenteng Agung saat lolos lelang jabatan dan ditempatkan di
wilayah di Jakarta Selatan tersebut.
Kasus Lurah Susan
tersebut terjadi pada masa awal Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan
menggulirkan sistem lelang jabatan untuk pengisian jabatan pemerintahan. Jokowi
menegaskan dia tak akan menempatkan seseorang terkait urusan pekerjaan
berdasarkan suku atau agama.
Menurut Jokowi, ketegasannya pada akhirnya membuat Lurah Susan
sampai sekarang masih menjabat di Lenteng Agung. “Saya keras saat itu. Saya
tidak utak-atik itu lagi. Sampai detik ini tidak ada masalah. Ini soal
ketegasan,” ujar dia
(nasional.kompas.com, 27/6/2014).
6.
Jokowi Berani Menghadapi Ilegal Fishing, Narkoba dan Petral
Pada Pilpres 2014 lalu,
Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto – Hatta Rajasa identik dengan “tegas
dan berani “. Sementara Joko Widodo diberi label “tidak tegas dan tidak
berani”. Kenyataannya, apakah label itu benar ?
Dalam pembukaan Rakernas I PDIP di JI Expo Kemayoran, Jakarta,
Minggu (10/1/2016). Jokowi berpidato menyampaikan keberhasilan-keberhasilannya
memimpin Indonesia. “Banyak yang bilang Presiden Jokowi tidak tegas
dan tidak berani. Mana ada tidak tegas dan tidak berani, menenggelamkan 107
kapal (illegal fishing). Soal narkoba, faktanya dalam setahun sudah 14 (bandar)
dihukum mati, dan tahun kemarin sudah dibekukan yang namanya Petral,” ungkap Jokowi.
“Kalau tidak diperintah (presiden), mana
menterinya berani,” imbuh Jokowi
disambut tawa Fadli Zon yang berada di hadapannya (news.liputan6.com).
7.
Meneruskan Proyek-proyek mangkrak
Seperti dilansir
merdeka.com, Jokowi dipusingkan banyaknya proyek-proyek yang belum selesai
digarap. Bahkan, proyek mangkrak tersebut hampir bertahun-tahun tak ada
penyelesaiannya. Salah satunya, infrastruktur jalan dan pembangunan proyek
kelistrikan.
Luhut yang saat itu
masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan melaporkan adanya temuan
beberapa proyek mangkrak senilai Rp 143 triliun sejak lima tahun lalu. Sebagian
besar proyek tersebut adalah jalan tol dan pembangunan jalur kereta api.
Selain itu, Menteri
Sekretaris Negara Pramono Anung juga menemukan proyek listrik mangkrak
peninggalan SBY. Proyek mangkrak ini diduga merugikan negara hingga triliunan
Rupiah. Dugaan kerugian negara ini muncul berdasarkan temuan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Proyek yang diduga merugikan keuangan negara
itu adalah proyek pengadaan 7.000 megawatt yang didasari Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010. BPKP juga
menemukan penggunaan uang negara untuk pembayaran 34 proyek dari 7.000 megawatt
itu, yakni sebesar Rp 4,94 triliun (29/12/16).
8.
Jokowi Berani Menghadapi Freeport
PT.Freeport, Perusahaan
tambang milik Amerika Serikat (AS) yang sudah beroperasi sejak tahun 1967,
melalui kontrak karya, dengan pembagian saham tidak lebih dari 9,36 persen
kepada Bangsa Indonesia, diancam segera meninggalkan Indonesia.
Langkah meninggalkan
Indonesia, ujar Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta, Selasa, 21 Februari 2017,
apabila PT Freeport Indonesia, kalah dalam sidang arbitrase internasional,
karena tidak mau memberikan saham 51% kepada Indonesia, sebagaimana diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, tentang Mineral dan Batubara (Minerba).
Berita terakhir yang dilansir dari tribunnews.com, PT Freeport
Indonesia setuju akan melaukan penawaran saham (divestasi) 51 persen kepada
pemerintah. “Mereka (Freeport Indonesia) menerima,”ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Ignasius Jonan di rapat kerja dengan Komisi VII, Jakarta, Kamis
(30/3/2017).
9.
Jokowi Berani Membangun dan Mempercantik Kawasan Terluar Indonesia
Presiden Jokowi bertekad
mengubah wajah kawasan perbatasan. Selain memperbaiki akses jalan ke
perbatasan, Jokowi juga melakukan perbaikan kawasan terluar dengan membangun
ulang 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang bersebelahan langsung dengan negara
tetangga. Menurut Jokowi, puluhan tahun, bahkan sejak Indonesia merdeka, wajah
perbatasan seakan tak di lirik negara. Ia contohkan, pos lintas batas di
perbatasan, selama puluhan tahun wajahnya begitu-begitu saja. Bahkan
menyedihkan. Sementara wajah tapal batas negara tetangga dipoles terus menerus.
Namun, dalam era kepemimpinannya, perbatasan-perbatasan ini dibangun dan
dipercantik kembali.
10.
Membangun Trans Papua dan Penyeragaman Harga BBM
Pemerintah gencar
membangun infrastrukur di luar Pulau Jawa, salah satunya adalah jalan Trans
Papua sepanjang 4.330,07 kilometer (km). Jalan Trans Papua merupakan proyek
yang sudah lama dijalankan, namun gencar dilakukan pengerjaannya saat
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) (finance.detik.com).
Ketidakadilan di tanah
Papua sudah berlangsung puluhan tahun, tanpa seorang pun peduli. Padahal, Papua
adalah Provinsi di Indonesia yang luas dan besar. Provinsi ini juga kaya akan
sumber daya, salah satunya adalah tambang emas dan tembaga di Freeport. Tak
banyak akses darat yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya di Papua.
Yang diandalkan hanya transportasi udara yang mahal. Akibatnya harga-harga
kebutuhan bahan pokok di Papua tak masuk akal. Bensin misalnya, per liter bisa
mencapai puluhan bahkan ratusan ribu. Apalagi semen serta bahan pokok lainnya.
Ketidakadilan di tanah
Papua membuat Jokowi tergerak. Sejumlah kebijakan ia tempuh, mulai dari
penyeragaman harga BBM, sampai dengan proyek pembangunan jalan tembus atau
jalan trans Papua. Dan Jokowi tidak sedang berwacana. Proyek itu langsung
dikebut. Fisiknya kini mulai kelihatan. Jalan tembus Papua, sedikit demi
sedikit mulai tersambung. Padahal, ada ribuan kilometer yang ditargetkan. Kata
Jokowi, siang malam jalan itu dikerjakan. Semua demi Papua yang lebih
sejahtera.
11.
Penerbitan Perppu Ormas
Dan tentu saja
keberanian Jokowi teruji dengan terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Organisasi Kemasyarakatan. Dengan hadirnya Perppu tersebut, pemerintah melalui
Kementerian Hukum dan HAM, serta Kementerian Dalam Negeri lebih mudah
membubarkan organisasi kemasyarakatan yang dinilai anti-Pancasila.
Kehadiran Perppu yang
baru saja diterbitkan ini menjadi relevan dan urgent di tengah menyeruaknya
ormas-ormas yang ideologinya tidak jelas dan dapat merongrong ideologi
Pancasila.
Inilah sekelumit
kebijakan serta langkah-langkah yang sudah dilakukan Jokowi, semasa ia menjabat
sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI dan 3 tahun menjabat sebagai Presiden.
Langkah-langkahnya membuktikan bahwa ia seorang sosok pemberani. Puisi Gus Mus
yang saya kutip di awal paragraf sesungguhnya dialamatkan pada Gus Dur, namun
nilai-nilainya dapat kita terapkan kepada siapa saja, termasuk kepada Jokowi.
“Dalam hidup kita cuma satu yang kita punya,
yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini.” (Pramoedya Ananta Toer). (seword.com)