Pemerintah Bongkar Kecurangan Maknyuss, Kok Malah Disalahkan?
Thursday, 27 July 2017
Edit
Darirakyat.com -- Di Timeline FB saya beredar
gambar nasi hasil proses masak dari beras Maknyuss, lalu dikasih tulisan: Beras
begini enak dan pulen kok dibilang beras raskin oplosan sih? Komen-komennya
seolah menyalahkan pemerintah yang telah menyegel pabrik Maknyuss itu. Foto itu
kemudian dibagikan, mendapat like dari ribuan orang. Aneh, kok pabrik curang malah dibela?
Jadi
gini, saat Jokowi jadi Presiden, beliau mengambil suatu kebijakan, yaitu
mensubsidi pupuk, benih, dan menerapkan asuransi pertanian. Jika dulu pupuk harganya
selangit, maka sekarang tidak lagi. Dulu karena harga pupuk dan benih sangat
tinggi, tak jarang para petani kerja di sawah milik orang. Mereka hanya diberi
upah setelah penjualan, itupun tak banyak. Kasus seperti itu terjadi dari masa
penjajahan sampai dekade beberapa tahun lalu. Maka hidup petani dari tahun ke
tahun selalu nelangsa, miskin dan papa. Mereka lebih memilih kerja jadi kuli
bangunan atau lainnya.
Nah,
saat era Jokowi beliau menginginkan swasembada pangan, beras tak harus impor.
Masak iya, Indonesia begini luasnya berasnya masih impor? Ia pun mensubsidi
pupuk dan menerapkan asuransi pertanian. Jadi jika panen gagal, petani tidak
lantas rugi, karena diasuransikan. Pemerintah mengganti 6 juta/ hektar jika
panen gagal!!! WOW! Seumur-umur baru kali ini ada terobosan menguntungkan yang
memihak rakyat bawah. Diharapkan dengan kebijakan seperti ini, mereka yang
memiliki sawah mau kembali ke kampung mengelola tanah mereka. Jika menjelang
masa panen tiba-tiba sawah diguyur hujan deras yang membuat padi gagal total,
petani tidak akan takut lagi. Mereka masih berhak mengantongi uang jutaan
rupiah atas kompensasi kegagalan itu. Sungguh terobosan yang wajib
diapresiasikan bukan?
Tapi
tidak semua petani mendapat kenikmatan subsisi pupuk dan benih. Hanya beras
dengan kualitas tertentu, misalnya IR 64 atau Ramos. Pemerintah menetapkan
harga tertinggi untuk jenis beras ini. Mengapa? Agar masyarakat mampu membeli
beras dengan harga yang murah tapi kualitas tetap enak. Di pasaran biasanya
dibeli dengan harga 9000 hingga 10.000. Kurang baik apa coba pemerintah? Saya
masih ingat beberapa tahun yang lalu beras dengan kualitas yang sama dijual
harga 12.500/kg. Setelah era Jokowi turun jadi 10.000.
Yang
terjadi dengan maknyuss adalah : mereka memakai beras ramos itu lalu dipoles
sedemikian rupa hingga menjadi beras premium. Padahal untuk beras premium,
tidak mendapatkan subsidi, karena memang dikhususkan untuk kaum menengah ke
atas, seperti misalnya beras organik. Petani dan produsennya bebas mematok
harga, agar bisnis tetap kompetitif.
Pabrik
Maknyuss harus disegel dan dihentikan perdagangannya, karena jika tidak beras
ramos dengan harga 10 ribu akan naik jadi berkali-kali lipat. Beras yang
diharapkan mampu dibeli penduduk tak mampu, jadi tak bisa dibeli. Nah
pemerintah udah berusaha keras gitu kok masih dibilang dzolim? Bukan nya
bersyukur masih bisa beli beras murah dan enak? Kalau dibanding beras BMW,
beras maknyuss memang dibawah, rasanya menurut saya standar saja. Malah lebih
enak beras Soreang dari Bandung.
Namun
seperti biasa, kebijakan pemerintah ini malah diejek, dan yang paling
mengherankan dianggap bentuk kedzoliman. Hei, kau tau artinya dzolim ga sih?
Dzolim itu kalau menindas rakyat tak berdaya, bukannya perusahaan besar dengan
omset triliunan rupiah. Dzolim jika Jokowi membuat aturan : gabah dari petani
dibatasi harga tertinggi 7 ribu misalnya, tapi dijual oleh Bulog seharga 13
ribu. Itu bentuk kedzoliman. Tapi yang dilakukan Jokowi sebaliknya, ia ingin
melindungi petani dan masyarakat yang ber-ekonomian rendah, agar perut dan
mulut mereka tatap bisa mengecap nikmatnya nasi. Coba bandingkan dengan
pemerintah sebelumnya yang mencanangkan makan singkong dan ubi. Pak, bukannya
saya ragu akan kandungan karbohidrat yang terkandung dalam singkong, tapi
setiap hari makan singkong sungguh tak bisa masuk perut yang sejak kecil sudah
terbiasa dengan nasi. Lagian singkong tak bisa dikombinasikan dengan sayur
lodeh dan kangkung kesukaan saya. Haha. Percayalah, itu hanyalah akal-akalan
karena harga beras yang terlampau tinggi dan gagal total membuat rencana
swasembada pangan.
Pro-Kontra
terus berlanjut, dan seperti biasa pihak kontranya adalah simpatisan PKS yang
tidak terima kadernya dipanggil KPK . Setelah kasus sapi, kini kasus beras.
Anehnya meskipun berdosa, simpatisannya tidak terima. Jika tidak bisa dengan
dalil agama, mereka akan bilang itu Pitnah, pake P (hehe). Lihatlah apa yang
mereka sebarkan, seolah pemerintah lah yang berbuat jahat. Padahal dalam sebuah
media diberitakan karena kecurangan itu perusahaan Maknyuss mengantongi untung
hingga ratusan triliun rupiah. Seperti komentar teman saya: “Karena komisarinya
orang partai. . Kalau Pretty Asmara kader dari partai itu, kasusnya akan
dibela”. Haha.
Ingat
dakwah itu bukan cuma duduk dzikiran di masjid, tapi dakwah yang sesungguhnya
adalah memperjuangkan hak petani miskin. Itulah inti agama. Mari kita dukung
pemerintah, minimal dengan tulisan atau menyebarkannya.(seword.com)