Pedih! Anies-Sandi Memimpin Jakarta, Jokowi Pindahkan Ibukota Mulai 2018
Monday, 3 July 2017
Edit
Darirakyat.com -- Kita
hanya bisa geleng-geleng kepala, meniru rumput yang bergoyang, kalau melihat
bagaimana sibuknya pasangan Anies-Sandi mempersiapkan diri untuk memimpin
Jakarta. Bagaimana tidak, Pemprov DKI yang sedang sibuk bekerja diganggu oleh
mereka dengan mengadakan pertemuan-pertemuan mempersiapkan APBD 2018.
Seperti
khawatir kalau APBD 2018 tidak bisa maksimal digunakan untuk program-program
mereka, tim Anies-Sandi bahkan mau menyasar APBD-P 2017 yang masih menjadi
jatahnya pasangan Jokowi -Ahok pasangan terpilih Pilkada 2012 yang kini
dilanjutkan oleh Djarot. Padahal, saat Jokowi-Ahok akan memimpin Jakarta
gaduhnya masa transisi tidak seperti ini.
Memang
masa transisi dari Gubernur Foke ke Jokowi tidak seperti saat ini bisa
berbulan-bulan, tetapi Jokowi juga tidak mau terlalu grasak grusuk memikirkan
APBD 2013 dan mengganggu pemerintahan Foke meski diberikan kesempatan untuk
melakukannya. Jokowi sepertinya menyadari bahwa pemerintahan itu bukan mulai
dari nol, tetapi melanjutkan pemerintahan yang ada.
Itulah
mengapa saat mendapatkan tapuk kepemimpinan Jakarta, Jokowi dengan pelan dan
sangat mulus berhasil melakukan transisi pemerintahan dengan baik yang hasilnya
bisa kita nikmati bersama saat ini. Karena itu, kalau melihat bagaimana
sibuknya Anies-Sandi saat ini, maka menjadi wajar kita bertanya-tanya ada apa
dengan mereka.
Parahnya
lagi, usul-usul yang masuk kepada mereka malah terkesan janggal dan aneh-aneh.
Bagaimana tidak aneh, lah yang dimintai pendapat saja orang semodel Ahmad
Dhani. Bahkan ada usul yang sangat aneh kalau reklamasi akan dijadikan tempat
hiburan malam. Aneh-aneh saja.
Ketika
Anies-Sandi sibuk mempersiapkan diri untuk memimpin Jakarta yang adalah Ibukota
negara kita, sebuah kenyataan pahit dan pedih harus mereka hadapi. Ya, rencana
pemindahan Ibukota yang sudah lama dicanangkan tahun ini akan diselesaikan
kajiannya, termasuk skema pendanaan.
Dengan
selesai kajiannya tahun ini, maka rencana pemindahan ini akan mulai dilakukan
tahun 2018. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas
Bambang Brodjonegoro mengaku telah membahas rencana detail pemindahan ibu kota
ini bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Negara, Senin
(3/7/2017).
Ya, Bambang mendadak dipanggil Jokowi pada Pkl. 09.30 WIB
untuk membahas hal tersebut. Karena panggilan itu, halal bihalal di kantor
Bappenas terlambat 1 jam. Acara halal bihalal yang awalnya dimulai Pkl 10.00
WIB akhirnya baru bisa dimulai Pkl. 11.00 WIB.
“Maka tahun 2018 atau 2019 sudah
mulai ada kegiatan terkait dengan pemindahan pusat administrasi pemerintahan,”
kata Bambang, di kantor Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat.
“Utamanya Bappenas yang lead
bersama Kementerian Pekerjaan Umum. Tentunya dengan kementerian lainnya,” kata Bambang.
“Mungkin butuh waktu 3-4 tahun untuk menyelesaikan seluruh
infrastruktur dasar maupun gedung-gedung pemerintahnnya,” kata Bambang.
Kenyataan
akan berpindahnya Ibukota di masa kepemimpinan pasangan Anies-Sandi menjadi
sebuah hal yang tidak mengenakkan bagi pasangan Anies-Sandi. Kebanggan memimpin
Jakarta sebagai Ibukota tidak akan ada lagi. Status sebagai Gubernur Ibukota
negara pun akan hilang kalau Ibukota jadi pindah. Fakta ini akan membuat tidak
ada lagi keistimewaan seorang Gubernur Jakarta.
Pemindahan
Ibukota saat Anies-Sandi memimpin Jakarta ini ibarat kelakuan seseorang yang
tahu kita datang lalu dengan sengaja dan membuat alasan yang masuk akal atau
tidak masuk akal supaya tidak berjumpa dengan kita. Kita merasa bingung dan
merasa seperti ada yang salah.
Tetapi
saya yakin, pemindahan Ibukota ini bukan karena Jokowi tidak suka dengan
Jakarta. Melainkan karena Jokowi sangat percaya kepada pasangan Anies-Sandi
untuk memimpin Jakarta sendirian. Apalagi kehadiran pemerintahan pusat
sepertinya hanya jadi penghambat bagi mereka.
Contoh
paling nyata adalah keberadaan reklamasi dan tanggul raksasa. Pasangan
Anies-Sandi sudah ancang-ancang melakukan penolakan dan melakukan kajian untuk
mendukung sikap mereka. Hal ini tentu saja hanya akan membuat perseteruan tidak
ada ujung antara pemprov DKI dan pemerintahan pusat.
Nah,
dengan perginya pemerintahan pusat, maka suka-suka mereka lah sekarang. Tetapi
kalau Jakarta tenggelam jangan lepas tanggung jawab dan kabur umrah ke Arab
Saudi. Saya sendiri berharap reklamasi dan tanggul raksasa tetap dijalankan,
mau jadi hiburan malam terserah, asal Jakarta tidak tenggelam.
Saya
sendiri setuju dengan pemindahan Ibukota ini. Apalagi alasannya adalah fakta
bahwa pembangunan ekonomi antara di Pulau Jawa dengan pulau lainnya tidak
seimbang. Pembangunan di Pulau Jawa lebih tinggi daripada di pulau lainnya di
Indonesia.
Semoga
dengan pindahnya Ibukota negara, maka akan bertambah 1 daerah maju dan
berkembang. Sehingga pemerataan pembangunan bisa dipercepat. Lalu di mana
rencana Ibukotanya?? Sampai saat ini masih dirahasiakan. Alasannya apalagi
kalau menghindari para spekulan tanah.
Akhir
kata, Selamat memimpin Ibukota temporer Anies-Sandi. Nikmatilah selagi masih
jadi Ibukota. (seword.com)