Pedih! Anies-Sandi Memimpin Jakarta, Jokowi Pindahkan Ibukota Mulai 2018


Darirakyat.com -- Kita hanya bisa geleng-geleng kepala, meniru rumput yang bergoyang, kalau melihat bagaimana sibuknya pasangan Anies-Sandi mempersiapkan diri untuk memimpin Jakarta. Bagaimana tidak, Pemprov DKI yang sedang sibuk bekerja diganggu oleh mereka dengan mengadakan pertemuan-pertemuan mempersiapkan APBD 2018.
Seperti khawatir kalau APBD 2018 tidak bisa maksimal digunakan untuk program-program mereka, tim Anies-Sandi bahkan mau menyasar APBD-P 2017 yang masih menjadi jatahnya pasangan Jokowi -Ahok pasangan terpilih Pilkada 2012 yang kini dilanjutkan oleh Djarot. Padahal, saat Jokowi-Ahok akan memimpin Jakarta gaduhnya masa transisi tidak seperti ini.
Memang masa transisi dari Gubernur Foke ke Jokowi tidak seperti saat ini bisa berbulan-bulan, tetapi Jokowi juga tidak mau terlalu grasak grusuk memikirkan APBD 2013 dan mengganggu pemerintahan Foke meski diberikan kesempatan untuk melakukannya. Jokowi sepertinya menyadari bahwa pemerintahan itu bukan mulai dari nol, tetapi melanjutkan pemerintahan yang ada.
Itulah mengapa saat mendapatkan tapuk kepemimpinan Jakarta, Jokowi dengan pelan dan sangat mulus berhasil melakukan transisi pemerintahan dengan baik yang hasilnya bisa kita nikmati bersama saat ini. Karena itu, kalau melihat bagaimana sibuknya Anies-Sandi saat ini, maka menjadi wajar kita bertanya-tanya ada apa dengan mereka.
Parahnya lagi, usul-usul yang masuk kepada mereka malah terkesan janggal dan aneh-aneh. Bagaimana tidak aneh, lah yang dimintai pendapat saja orang semodel Ahmad Dhani. Bahkan ada usul yang sangat aneh kalau reklamasi akan dijadikan tempat hiburan malam. Aneh-aneh saja.
Ketika Anies-Sandi sibuk mempersiapkan diri untuk memimpin Jakarta yang adalah Ibukota negara kita, sebuah kenyataan pahit dan pedih harus mereka hadapi. Ya, rencana pemindahan Ibukota yang sudah lama dicanangkan tahun ini akan diselesaikan kajiannya, termasuk skema pendanaan.
Dengan selesai kajiannya tahun ini, maka rencana pemindahan ini akan mulai dilakukan tahun 2018. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengaku telah membahas rencana detail pemindahan ibu kota ini bersama Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Negara, Senin (3/7/2017).
Ya, Bambang mendadak dipanggil Jokowi pada Pkl. 09.30 WIB untuk membahas hal tersebut. Karena panggilan itu, halal bihalal di kantor Bappenas terlambat 1 jam. Acara halal bihalal yang awalnya dimulai Pkl 10.00 WIB akhirnya baru bisa dimulai Pkl. 11.00 WIB.
“Maka tahun 2018 atau 2019 sudah mulai ada kegiatan terkait dengan pemindahan pusat administrasi pemerintahan,” kata Bambang, di kantor Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat.
“Utamanya Bappenas yang lead bersama Kementerian Pekerjaan Umum. Tentunya dengan kementerian lainnya,” kata Bambang.
“Mungkin butuh waktu 3-4 tahun untuk menyelesaikan seluruh infrastruktur dasar maupun gedung-gedung pemerintahnnya,” kata Bambang.
Kenyataan akan berpindahnya Ibukota di masa kepemimpinan pasangan Anies-Sandi menjadi sebuah hal yang tidak mengenakkan bagi pasangan Anies-Sandi. Kebanggan memimpin Jakarta sebagai Ibukota tidak akan ada lagi. Status sebagai Gubernur Ibukota negara pun akan hilang kalau Ibukota jadi pindah. Fakta ini akan membuat tidak ada lagi keistimewaan seorang Gubernur Jakarta.
Pemindahan Ibukota saat Anies-Sandi memimpin Jakarta ini ibarat kelakuan seseorang yang tahu kita datang lalu dengan sengaja dan membuat alasan yang masuk akal atau tidak masuk akal supaya tidak berjumpa dengan kita. Kita merasa bingung dan merasa seperti ada yang salah.
Tetapi saya yakin, pemindahan Ibukota ini bukan karena Jokowi tidak suka dengan Jakarta. Melainkan karena Jokowi sangat percaya kepada pasangan Anies-Sandi untuk memimpin Jakarta sendirian. Apalagi kehadiran pemerintahan pusat sepertinya hanya jadi penghambat bagi mereka.
Contoh paling nyata adalah keberadaan reklamasi dan tanggul raksasa. Pasangan Anies-Sandi sudah ancang-ancang melakukan penolakan dan melakukan kajian untuk mendukung sikap mereka. Hal ini tentu saja hanya akan membuat perseteruan tidak ada ujung antara pemprov DKI dan pemerintahan pusat.
Nah, dengan perginya pemerintahan pusat, maka suka-suka mereka lah sekarang. Tetapi kalau Jakarta tenggelam jangan lepas tanggung jawab dan kabur umrah ke Arab Saudi. Saya sendiri berharap reklamasi dan tanggul raksasa tetap dijalankan, mau jadi hiburan malam terserah, asal Jakarta tidak tenggelam.
Saya sendiri setuju dengan pemindahan Ibukota ini. Apalagi alasannya adalah fakta bahwa pembangunan ekonomi antara di Pulau Jawa dengan pulau lainnya tidak seimbang. Pembangunan di Pulau Jawa lebih tinggi daripada di pulau lainnya di Indonesia.
Semoga dengan pindahnya Ibukota negara, maka akan bertambah 1 daerah maju dan berkembang. Sehingga pemerataan pembangunan bisa dipercepat. Lalu di mana rencana Ibukotanya?? Sampai saat ini masih dirahasiakan. Alasannya apalagi kalau menghindari para spekulan tanah.

Akhir kata, Selamat memimpin Ibukota temporer Anies-Sandi. Nikmatilah selagi masih jadi Ibukota. (seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel