Viral,,, Tabungan Siswi SMP Rp 42 juta, Sekolah Hanya Akui Rp 135 Ribu
Thursday, 22 June 2017
Edit
Darirakyat.com -- Kasus
tabungan Rosita Asih, siswi MTs Negeri Tumpang, Kabupaten Malang bikin geger.
Rosita menabung setiap hari kepada salah satu gurunya. Keluarga yakin jumlah
tabungan mencapai Rp 42,7 juta. Namun pihak sekolah mengaku jumlahnya hanya Rp
135 ribu.
Keluarga
Rosita Asih yakin anaknya terus setor tabungan di sekolahnya. Terlebih giliran
uang itu akan dicairkan untuk sebuah keperluan, ternyata tidak diakui pihak
sekolah.
Wijayati,
ibunda Rosita mengatakan kalau anaknya pernah berusaha mencairkan uang
tersebut. Tetapi wali kelasnya, berjanji hendak mengantarkan ke rumah dengan
alasan keamanan.
"Janjinya
mau mengantarkan ke rumah. 'Kamu tidak boleh bawa uang banyak nanti akan saya
antar' tetapi tidak juga diantar," kata Wijiyati kepada merdeka.com kemarin.
Karena
hendak puasa dan Lebaran, orang tua Rosita akhirnya datang ke rumah wali kelas.
Namun sang wali kelas berdalih bahwa tabungannya tidak sejumlah angka tersebut.
Versi
orang tua Rosita, jumlah tabungan anaknya Rp 42,7 juta. Uang tersebut dikumpulkan
untuk waktu satu tahun atau selama kelas 9.
"Pihak
sekolah dan wali kelas mengelak semua dan mengatakan kalau kami awu-awu,
fitnah," katanya.
Mediasi
sudah beberapa kali dilakukan tetapi hasilnya tidak sesuai harapan. Pihak
sekolah tetap menganggap tidak pernah ada tabungan tersebut, sebaliknya
keluarga Rosita meyakini anaknya menabung setiap hari.
Sementara
pihak sekolah mengatakan bahwa tabungan Rosita hanya berjumlah Rp 139 Ribu.
Jumlah tersebut berdasarkan catatan yang ada di dalam buku tabungan.
"Kalau
menabung di wali kelasnya itu benar, tetapi jumlahnya hanya Rp 139 ribu. Tidak
sampai puluhan juta, kalau itu tidak benar dan fitnah," kata Pono, Kepala
Sekolah MTS Negeri Tumpang, Kabupaten Malang
Pihak
sekolah telah melakukan mediasi dengan difasilitasi perangkat desa dan polisi.
Tetapi tidak menemukan jalan keluar, dan keluarga Rosita tidak puas.
"Karena
itu disarankan untuk menempuh ke jalur hukum, tetapi keluarga menolak, dengan
alasan uangnya akan hilang jika dalam proses hukum," katanya.
Pono
juga menunjukkan sejumlah catatan buku tabungan yang menunjukkan angka akhir
tabungan tersebut. Setoran terakhir pada 8 November 2016 sejumlah Rp 50 ribu,
sehingga saldo yang sebelumnya Rp 85 ribu menjadi Rp 135 ribu.
"Kita memiliki
bukti dan catatannya. Sudah kita kumpulkan semua saat pertama masalah ini
muncul," katanya. (merdeka.com)