Simak,,Janji Ahok di Pulau Seribu dan Kisah Sukses Eks Nelayan Yang Jadi Juragan Kerapu
Thursday, 25 May 2017
Edit
Darirakyat.com -- Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama datang ke
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016, untuk melihat secara
langsung hasil dari idenya ‘memberikan kail’ kepada nelayan untuk beralih
profesi menjadi pembudi daya ikan kerapu.
Ia memberikan
penawaran menggiurkan yang sulit ditolak para nelayan yang selama
bertahun-tahun dililit kemiskinan. “Ibu bapak harus semangat ternak ikan karena
kami Pemda akan terapkan sistem bagi hasil 20:80, 20% bagi kami, 80% buat bapak
ibu,” ujar Basuki kala itu.
Warga Pulau
Pramuka pun langsung memberondongnya dengan berbagai pertanyaan, mulai
peralatan beternak ikan hingga cara pemasarannya.
Sebagai
gubernur, Basuki mengatakan bakal memberikan bantuan modal mulai bibit,
peralatan, sampai panen.
Basuki juga mengeluarkan jurus ‘tauke’ nya dengan mengatakan
pemerintah memiliki program bagi hasil 20:80.
“Coba pedagang
yang mana yang bisa kasih pinjaman sistem seperti ini sama Bapak Ibu? Cuma
tauke seperti kami yang bisa,” kelakar Basuki yang disambut tepuk tangan riuh
para nelayan.
Di tempat itu,
ia tertawa riang bersama warga Pulau Pramuka. Di tempat itu pula, Basuki
memulai kasus hukum karena mengutip Surah Almaidah ayat 51.
Basuki pun dikenai vonis dua tahun penjara oleh Pengadilan
Negeri Jakarta Utara, Selasa (9/5) karena terbukti bersalah dalam kasus penodaan
agama.
Panen 5 tonLalu apa kabar program budi daya ikan kerapu itu?
Mansyur, 47,
salah satu petani keramba jaring apung (KJA) ikan kerapu, mengatakan ia dan
kawan-kawan seprofesi sedang menikmati masa-masa emas menjadi petani keramba.
Dengan berganti
profesi, hanya dalam waktu singkat, mereka sudah bisa menikmati ‘kelezatan’
usaha budi daya ikan kerapu yang ditawarkan Basuki.
“Saat jadi
nelayan, terus terang saya enggak punya rencana hidup selain berusaha keras
memberikan makan sehari-hari kepada keluarga.
Namun, sekarang
saya punya tabungan. Saya ingin menguliahkan anak saya di Jakarta,” ujar
Mansyur sambil tersenyum lebar.
Saat ditemui
pada Minggu (14/5), ia baru saja melayani rombongan wisatawan dari Tiongkok
yang memborong ikan kerapunya.
“Itu wisatawan
dari Tiongkok beli kerapu bebek Rp650 ribu per kilogram. Kerapu macannya Rp350
ribu, enggak pakai menawar,” ujar Mansyur sambil mengipas-ngipaskan lembaran
uang yang baru diterimanya itu.
Di kerambanya,
Mansyur membudidayakan jenis ikan kerapu cantik, cantang, macan, serta bebek. Untuk kerapu
cantik, cantang, dan macan, ia menjualnya kepada pengepul dengan harga Rp120
ribu per kilogram.
Sementara itu,
kerapu bebek dijual hingga Rp450 ribu per kilogram. Pada awal
memulai budi daya, Mansyur menerima bantuan benih ikan kerapu sebanyak 4.000
ekor. Dari benih bantuan, jumlahnya sudah berkembang pesat.
Tahun lalu saja,
ia berhasil menjual lebih dari 5 ton ikan kerapu dari berbagai jenis. “Sekarang
sudah ada 10 ribu bibit.
Maret 2017 lalu,
kita beli benih 1.500 ekor. Nanti Juni masuk
lagi 6.000 ekor. Pada 2017, targetnya punya 20 ribu benih,” kata dia. Penambahan
jumlah benih ikan itu secara bertahap meningkatkan masa panen.
Ia berencana
masa panen ikan kerapu bisa berjalan tiap bulan, dari empat bulan sekali
seperti yang terjadi saat ini. “Jadi orang kaya? Saya enggak mau muluk-muluk
bermimpi. Mimpi saya, anak
saya bisa kuliah. Jangan seperti bapaknya yang cuma tamatan SD,” ujarnya. (mediaindonesia/gerpol)