Ternyata ISIS Sudah Lama di Indonesia, Ini Bukti-buktinya! Simak
Thursday, 25 May 2017
Edit
Darirakyat.com -- Pusat rekrutmen ISIS di Asia Tenggara adalah Indonesia. Dan
mengapa kaum wanita lebih tertarik bergabung dengan ISIS sekarang? Beberapa pekan
terakhir menjadi waktu yang menyibukkan bagi negara-negara di dunia dalam
menganalisis pergerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ISIS, yang juga
dikenal sebagai Negara Islam, atau IS, ISIL, dan Da’esch (sebuah singkatan dari
bahasa Arab), adalah inkarnasi terbaru dari ideologi mematikan Al-Qaeda, yang
terbentuk saat proxy war di
Afghanistan akhir 1980-an.
Namun, penerus
Al-Qaeda ini dinilai lebih sukses dari induknya, karena berhasil menaklukkan
daerah seluas Inggris dan menguasainya seperti menjadikannya seperti sebuah
menara bagi semua simpatisan di seluruh dunia yang ingin bersama-sama membangun
Khilafah Islamiyah. ISIS mungkin adalah organisasi teroris terkaya sedunia,
menurut perhitungan Departemen Keuangan Amerika Serikat. Dananya sebagian
berasal dari ladang minyak yang dapat menghasilkan 40 juta USD per bulan.
ISIS mengklaim telah melakukan penembakan dan bom bunuh diri di
enam tempat yang berbeda di Paris, ibu kota Perancis. Mereka meningkatkan
eskalasi serangan menjadi perang, sekaligus memberikan sinyal bahwa ada
koordinasi dari ISIS pusat yang selama ini terlewatkan oleh negara-negara
Barat. Setelah insiden
itu, Kepala Center for Political Violence & Terrorist Research Rohan
Gunaratna mengatakan kepada Rappler, “Perancis akan memainkan peran penting
dalam upaya dunia internasional menstabilisasi zona konflik di Suriah, Irak,
Libya, negara Timur Tengah lainnya, dan Afrika”.
Konferensi Tingkat Tinggi pemimpin sedunia, mulai dari G20 di
Turki, APEC di Filipina, hingga KTT ASEAN di Malaysia pun bereaksi keras
terhadap serangan ISIS. Kepala pemerintahan negara-negara ini menyerukan
persatuan dan aksi kolektif untuk memerangi terorisme. “Kami sangat mengutuk semua aksi, metode, dan praktek terorisme
dalam segala bentuk dan manifestasi,” kata 21 pemimpin negara yang hadir di
APEC dalam deklarasinya pada Kamis, 19 November. “Kami tidak akan
mengizinkan terorisme mengancam nilai-nilai fundamental kebebasan dan ekonomi
terbuka kami.” Presiden AS
Barack Obama lebih tegas lagi. “ISIL adalah wajah setan,” kata Obama dalam
acara G20 di Turki. “Tujuan kami
adalah untuk mendegradasi dan tentu saja menghancurkan organisasi barbar ini.”
Lalu mengapa Asia Tenggara harus peduli?
Ancaman ISIS di
Asia Tenggara lebih kecil jika dibandingkan kawasan lain, tapi nyata, dan
berpotensi untuk menjadi lebih besar jika tidak ditangani dengan benar. Sangat nyata
bahwa ISIS telah menyegarkan kembali jaringan terorisme yang sudah tumbuh di
kawasan Asia Tenggara.
“Kita harus waspada menghadapi ancaman yang nyata di wilayah
kita,” kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat membuka KTT ASEAN di
Kuala Lumpur pada 21 November ini. “Militan lokal
dan grup seperti Abu Sayyaf telah bersumpah untuk bergabung dengan Negara
Islam. Mereka telah dengan keji membunuh warga negara kita Bernard Then pada
Selasa,” kata Najib, merujuk kepada seorang warga negara Malaysia yang
dipancung di Filipina pekan lalu.
“Solusi pasukan
militer tunggal tidak akan cukup untuk mengalahkan mereka yang menginginkan
perang,” Najib menambahkan. “Ini adalah
ideologi yang dipropagandakan oleh para ekstrimis yang menyebabkan kekejian
yang sadis. Kita tak seharusnya hilang pandangan bahwa faktanya ideologi itu sendiri
harus diekspos sebagai sebuah kebohongan yang tidak sesuai dengan Islam. Itu
tidak akan pernah sesuai,” katanya.
Diketahui
sekitar 600-800 warga asal Asia Tenggara, termasuk perempuan dan anak-anak,
telah melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah, dan gelombang pertama telah
pulang kembali ke Malaysia dan Indonesia. “Asia Tenggara
adalah pusat rekrutmen bagi ISIS,” kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien
Loong, Mei tahun ini.
Indonesia,
sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, negara dengan populasi lebih
dari 250 juta orang, adalah pusat rekrutmen ISIS di Asia Tenggara. Indonesia juga
merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan telah ikut
menderita karena serangan teroris yang mematikan setelah Bom Bali pada 2002. Mereka, teroris
Bom Bali, merupakan anggota-anggota Jemaah Islamiyah, sebuah kelompok teroris
lokal yang didanai, dilatih, dan terinspirasi dari Al-Qaeda.
Inkarnasi
terbarunya adalah ISIS.
Berikut adalah 4 hal yang
perlu kamu tahu tentang ISIS di Indonesia:
Jangan lihat namanya, lihat
ideologinya.
Sekitar 500-700
warga Indonesia telah bergabung dengan ISIS, termasuk perempuan dan anak-anak.
Angka ini terus bertambah, menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT). Pada Agustus
2014, mereka bersama warga negara Malaysia mendirikan sebuah perkumpulan
pejuang berbahasa Melayu di ISIS, yang disebut sebagai Katibah Nusantara. Seperti tragedi 9/11 di Amerika Serikat, Bom Bali pada 2002
mengungkap keterlibatan jaringan teror Jemaah Islamiyah (JI) yang dipimpin oleh
warga negara Indonesia.
Kejadian ini
adalah awal dari akhir JI, ketika pihak otoritas di Indonesia telah melumpuhkan
jaringan tersebut dengan menembak mati hingga menahan pemimpin mereka. Namun,
ideologi tersebut masih disebarkan melalui kelompok-kelompok lainnya dengan
nama-nama yang berbeda. Salah satu
anggota sempalan JI itu, mengeksekusi tiga gadis di sekolah Kristen pada 2006.
Aksi ini disebut untuk memprovokasi sebuah babak baru dari kekerasan sekte
mereka.
Tapi aksi itu
dinilai gagal karena kelompok ini kemudian berevolusi menjadi Mujahideen
Indonesia Timur (MIT). MIT mungkin adalah cabang paling mematikan dari JI.
Pemimpinnya, Santoso, berikrar kepada ISIS pada 2014 dan mungkin adalah
satu-satunya orang yang punya hubungan langsung dengan Suriah. Sementara itu,
pendiri dan pemimpin spiritual JI, Abu Bakar Ba’asyir, membubarkan diri dan
mendirikan grup lainnya, Jemaah Ansharut Tauhid (JAT). Dari penjara,
dia berikrar setia pada ISIS, dan pada pertengahan 2014, JAT melakukan protes
dan membawa bendera ISIS.
Sebagai catatan,
jihadis Indonesia pertama yang tewas di Suriah, pernah belajar di Pondok Ngruki,
yang didirikan Ba’asyir. Ngruki menjadi tempat sekolah bagi hampir setiap
pelaku Bom Bali 2002. Setidaknya 16
dari 26 pelaku Bom Bali 2002 yang memiliki hubungan dengan JI pernah bersekolah
di tiga tempat ini: Al-Mukmin di Pondok Ngruki, Lukmanul Hakim di Malaysia, dan
Al-Islam di Jawa Timur.
Mantan Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mengomentari gerakan para jihadis dan
kelompoknya ini dalam buku yang ditulis penulis yang berjudul From
Bin Laden to Facebook. “Mereka bergerak di bawah tanah
meskipun kita telah berupaya keras untuk menghentikan mereka,” kata SBY saat
diwawancara penulis pada 2011. “Mereka punya
kemampuan dalam mengonsolidasikan, mereorganisasi, dan mencari kesempatan untuk
menyerang kita lagi. Masih banyak organisasi-organisasi kecil lainnya. Banyak
cabang yang dikembangkan, dan sesungguhnya sisa-sisa dari gerakan ini masih
ada. Al-Qaeda adalah kakak tertua mereka,” katanya. Nama mungkin
bisa berubah, tapi jaringan sosial dan ideologi mematikan itu masih sama, dan
berlanjut untuk berevolusi. Kini mereka melengkapi diri dengan smarthphones dan media sosial.
ISIS sangat ahli di media sosial
dan kini bergeser ke aplikasi chat
Simpatisan ISIS
di Indonesia sangat aktif di media sosial, yang sangat membantu mereka untuk
memperluas basis dan menyebarkan faham radikalisme dan melakukan perekrutan. Sementara kita
bisa melihat dengan jelas bahwa beberapa dari mereka punya hubungan yang jelas
dengan jaringan JI, lainnya tak punya hubungan sama sekali. Itu karena ISIS
sedang mencari target demografik yang baru. ISIS pusat
diyakini adalah sebuah organisasi yang sangat ahli dalam menggunakan media sosial
untuk propaganda dan radikalisasi.
Video dan pesan
mereka secara konsisten diunggah untuk menarik simpati anak-anak muda yang
merasa terpinggirkan dan tersingkir. Caranya pun berbeda.
Otoritas di
seluruh dunia telah mengidentifiksikan empat tahapan radikalisasi yang
dilakukan ISIS:
- Agitasi, antara lain memainkan hal yang sangat personal, seperti kemiskinan, trauma, ketidakadilan tanpa harapan, dan ketakutan.
- · Identifikasi diri, kelompok atau grup yang menekankan bahwa pentingnya kita merasa memiliki ikatan, atau gratifikasi.
- · Indoktrinasi, meliputi peningkatan kapasitas, jaminan pribadi.
- · Ekstrimis keji, meliputi aksi, pengorbanan, dan menyerahkan diri secara utuh demi kepuasan diri.
Mereka yang
direkrut pun mulai terisolasi dari keluarga dan hilang ikatan dengan masyarakat
di sekitarnya. Ketika ikatan tersebut mulai terkikis, anak-anak muda ini akan
menjadi sangat mudah diajak bergabung dengan ISIS.
Pada pertengahan
2015, the Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menuliskan bahwa ada masa
penurunan penggunakan Facebook, Google Plus, dan Twitter oleh jihadis asal
Indonesia. Untuk alasan keamanan, mereka beralih ke WhatsApp, Telegram, dan
Zello.
Di luar
Indonesia, kini ISIS agresif mengambil alih hashtag agar
tak terdeteksi sensor di Twitter. (BACA: Twitter
Terror: How ISIS is using hashtags for propaganda)
Targetnya
sederhana, yaitu menyebarkan pesan sejauh dan seluas mungkin. Sekali lini masa
terikat, percakapan lebih intim pun terjadi, dan mereka mengenskripsi platform
serta lambang-lambang mereka.
Lebih banyak perempuan dan
pernikahan daring untuk ISIS di Indonesia
Secara global,
ISIS kini tidak lagi mengajak laki-laki bergabung, tapi lebih banyak perempuan
dibanding sebelumnya. Perempuan juga punya peran dalam proses radikalisasi,
meski media sosial menyamaratakannya.
Pernikahan telah
mempererat perserikatan sesama jihadi, dan perempuan memainkan peran kunci
dalam plot Jemaah Islamiyah, mulai dari jadi penerjemah hingga sebagai
pelengkap. Tapi teknologi telah meningkatkan frekuensi keterlibatan perempuan,
sama seperti dalam pernikahan daring (online). Perempuan asal
Indonesia, tergiur dengan iming-iming membesarkan anak-anak mereka di Negara
Islam, bergabung dengan suami mereka dan mengajak sesamanya untuk berangkat ke
Suriah.
Seperti Siti
Khadijah, yang mengunggah foto “hijrah” keluarganya ke Suriah. Ia menjelaskan
apartemennya yang lengkap dengan perabotan, gaji tetap setiap bulan, hingga
sekolah dan pelayanan kesehatan gratis, sebagai pancingan untuk pertanyaan di
Facebooknya bagi warga Indonesia lain yang ingin tahu bagaimana ia bisa tinggal
di Suriah.
IPAC juga menemukan bahwa jumlah
pasangan ekstrimis terus meningkat, termasuk narapidana dan pejuang di Susriah
yang bertemu di Facebook, kemudian saling mengenal lewat jaringan online,
dan menikah via telepon saja. Seperti yang
dialami oleh Najma, seorang perempuan pekerja domestik di Hong Kong, yang
menikahi Abu Arianto lewat telepon. Mereka pertama
kali bertatap muka setelah mereka menikah, ketika Abu Arianto datang ke Hong
Kong, dalam perjalanannya ke Suriah.
Najma kemudian
bergabung dengan Abu Arianto ke Suriah beberapa bulan kemudian, dan tak berapa
lama mengandung anak Abu Arianto. Namun nasib naas
menanti Abu Arianto yang tewas hanya beberapa minggu setelah Najma tiba di
Suriah.
Serangan tunggal di
Indonesia?
Analisis media
sosial adalah kerangka yang penulis gunakan untuk menganalisa jaringan sosial
fisik yang mendukung serangan teroris di Indonesia. Setelah Bali,
struktur komando Jemaah Islamiyah lumpuh, dan operasional mereka terdegradasi
karena anggota jaringannya telah tewas dan ditangkap aparat.
Namun pada
dasarnya, pimpinan pucuk dan tengah mereka yang melumpuhkan jaringan itu untuk
mempersiapkan operasi yang lebih canggih dalam skala besar. Nyatanya,
jaringan mereka masih tetap hidup dan menyebarkan ideologi tersebut. Mereka
melakukan perekrutan-perekrutan yang baru, lebih tidak teratur dan polanya
tidak terdesentralisasi.
Pada 2010 dan
2011, jaringan yang lebih kecil, lebih fokus pada satu tujuan, lebih
profesional muncul tanpa koordinasi dari pusat. Beberapa aksi
mereka, seperti aksi bunuh diri di stasiun kereta api pada 2011 atau dua
teroris mencegat seorang polisi di tengah malam dan membunuhnya di kantor
polisi, bisa diperkirakan sebagai serangan tunggal, meski IPAC mengatakan hanya dua serangan yang
bisa dikatakan sukses sejak 2006.
Otoritas mengaku
bahwa serangan tunggal seperti ini sangat tidak mungkin diprediksi dan dicegah.
Dan kini Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom di
Kampung Melayu, Jakarta Timur.
"Eksekutor serangan terhadap polisi Indonesia di Jakarta
adalah pejuang ISIS," demikian pernyataan ISIS melalui kantor berita Amaq, yang dikutip dari Reuters, Jumat (26/5/2017).Dan Rizeq pernah berorasi dan
berkata begini simak video nya.
Ada apakah hubungan Habib Rizieq Syihab dengan ISIS ????
(gerilyapolitik.com)