Damaikan Rusia Ukraina, Indonesia Disorot Dunia Bikin Malaysia Iri. Kuala Lumpur : Kita Butuh Sosok Seperti Jokowi


Darirakyat.com -
Turut serta menjaga perdamaian dunia, begitu bunyi UUD 1945 yang kini hendak diamanatkan Indonesia untuk melerai tikai Rusia dan Ukraina.

Indonesia sedari dulu memang acap dengan Non Blok, tak doyan aliansi walau dekat dengan Ukraina, Rusia, China hingga Amerika Serikat alias AS.

Bila diamati memang Indonesia tak pernah takut dengan kekuatan besar, maka Jakarta juga tak goyah kala AS mengancam tak hadir di KTT G20 lantaran sikap negeri ini menyikapi perang Ukraina dan Rusia tak sesuai dengan pandangan Sekutu.

Indonesia tak perlu khawatir akan ancaman AS, bila mereka tak hadir maka dunia malah memandang Washington tak pro perdamaian yang selama ini mereka gembar gemborkan.

Juga Indonesia masih punya daya tarik sendiri bagi AS, bila mereka tak hadir ada asumsi China bakal ambil kesempatan memepet Jakarta.

Jika Indonesia sudah condong ke China maka selesai sudah kisah AS di Asia Tenggara.

Yakin yang butuh G20 justru AS bukan Indonesia.

Kemudian untuk mewujudkan perdamaian itu, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah bertolak dari Jerman ke Ukraina.

Ia bertolak ke Ukraina usai bertemu dengan pimpinan negara-negara G7 di Jerman.

"Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu 26 Juni 2022 bertolak ke Jerman untuk memenuhi undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7.

Di mana forum KTT G7 ini setiap kepala Negara menyerukan upaya perdamaian dari konflik antara Rusia dan Ukraina.

Jokowi dalam agenda kenegaraannya juga akan mengunjungi negara Rusia dan Ukraina.
Kunjungan Presiden Jokowi ke dua negara tersebut merupakan wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan dan untuk terus mendorong perdamaian," dikutip dari Pikiran Rakyat pada 26 Juni 2022.

Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini sangat penting bagi perdamaian di Eropa dan dunia.

Dunia tengah menyorot langkah Indonesia mendamaikan keduanya.

Jika berhasil maka akan jadi bukti bahwa UUD 1945 diamanatkan oleh generasi penerus bangsa.

Pakar Ekonomi Politik Internasional dari Universitas Gadjah Mada melihat kunjungan Jokowi ke Ukraina sangat strategis.

Setidaknya kunjungan tersebut akan meredam konflik kedua negara.

Ia memprediksi setelah bertemu dengan Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky, akan ada pernyataan bersama.

"Kunjungan ini sangat strategis. Tapi ini hanya awal.

Setelah pertemuan tersebut berhasil dan menghasilkan pernyataan bersama,

Harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah diplomatik lewat G20 sebagai saluran utamanya," kata Riza dikutip dari Pikiran Rakyat.

Indonesia selain membawa misi perdamaian juga akan membahas mengenai kepentingan ekonomi dan pemulihan pasca pandemi Covid-19 di Rusia dan Ukraina.

Tema G20 di Indonesia yakni Recover Together, Recover Stronger juga akan disampaikan kepada Rusia dan Ukraina.

"Forum (G20) ini menjadi semacam katalis untuk negara-negara bisa keluar dari situasi guncangan," kata Riza.

Pasalnya dampak perang Ukraina bisa berakibat buruk ke ekonomi dunia.

"Perlu ditekankan kepada Presiden Ukraina maupun Rusia, perlu ada upaya untuk meminimalisir dampak perang terhadap pemulihan ekonomi global.

Presiden Jokowi mengungkapkan misi apa saja yang dibawanya ketika menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin," ujar Riza.

Presiden Jokowi sendiri mengaku bila ia memang tengah berusaha membuka ruang dialog agar perang Rusia-Ukraina berhenti.

"Saya akan mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang," kata Jokowi dikutip dari Antara.

Melihat Indonesia sedang berusaha menjaga perdamaian dunia bergaul dengan kekuatan besar, Malaysia menyorotinya.

Pengamat politik asal Malaysia, Joe Samad memuji langkah Indonesia melalui Jokowi menyelesaikan perang di Eropa itu.

"Perawakannya telah berkembang pesat di panggung internasional sehingga kementerian luar negeri telah mengumumkan bahwa Jokowi akan bertemu dengan para pemimpin Ukraina dan Rusia minggu depan untuk mengadvokasi perdamaian dan mencoba membantu meringankan krisis pangan global, perjalanan pertama yang dilakukan oleh seorang pemimpin Asia," jelas Samad dikutip dari freemalaysiatoday.com pada 25 Juni 2022.

Samad kemudian membandingkan peran Malaysia dan Indonesia dalam kancah pergaulan dunia.

Saat Indonesia sedang disorot dunia atas usaha mulianya, ia melihat Malaysia malah ribut sendiri di dalam negeri.

Ia mengkritik Menhan Malaysia Hishammuddin Hussein yang memerintahkan tentara negaranya menanam sayur.

"Menteri Pertahanan Hishammuddin Hussein sedang mempertimbangkan untuk mendirikan kebun sayur di kamp-kamp tentara di seluruh negeri di tengah kenaikan harga dan untuk memastikan keberlanjutan pangan.

Peran keamanan nasional kementerian pertahanan saat ini termasuk ketahanan pangan yang sangat mengagumkan.

Pangkalan tentara yang luas di setiap negara bagian sekarang dapat menanam makanan untuk memberi makan tentara.

Dengan tentara akan menjaga ketahanan pangan bangsa, siapa yang akan melindungi bangsa dari musuh-musuhnya?" sindir Samad.

Kemudian ada isu bahwa Sabah dan Sarawak akan keluar dari Malaysia.

Sebab ada kesenjangan ekonomi di Sabah dan Serawak dengan Semenanjung Malaysia.

"Menteri urusan Sabah dan Sarawak telah pergi ke Arsip London untuk memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Perjanjian Malaysia 1963.

Kritikus telah menyorot perjalanannya sebagai hari libur dengan biaya pembayar pajak.
Temuan apa pun hanya akan berguna jika Sabah berencana keluar dari Malaysia.

Jika tidak, kembalilah ke meja perundingan mengenai hak minyak Sabah, pendapatan pajak, dan otonomi," ungkapnya.

Joe Samad berat hati harus mengakui jika Malaysia saat ini dijauhi para pemimpin dunia, tak menarik di mata negara besar.

"Malaysia hampir menjadi negara paria, dijauhi oleh investor dan pemimpin dunia.
Setelah ekonomi harimau Asia, kita berada di anak tangga yang lebih rendah dari urutan kekuasaan," jelasnya.

Untuk mengambarkan keiriannya kepada Indonesia, Samad mengatakan Malaysia butuh sosok pemimpin seperti Jokowi.

"Malaysia sangat membutuhkan (sosok) Jokowi (versi) kita sendiri," tegasnya.

Negeri ini akan terus ikut menjaga perdamaian dunia dengan melerai pertikaian Ukraina dan Rusia, Malaysia cukup duduk manis saja melihat aksi Indonesia.(pikiranrakyat.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel