Sosok Putra Tifatul yang Kritik Ayahnya: Kuliah di China, Keluar dari PKS



Darirakyat.com - Anak dari anggota DPR Fraksi PKS Tifatul Sembiring, Fathan Sembiring, mengkritik ayahnya soal polemik 'jin buang anak'. Lalu, siapakah sebenarnya Fathan Sembiring?Dikutip dari laman profil Facebooknya, Fathan merupakan lulusan SMAIT Nurul Fikri, Depok. Usai lulus pada 2007, ia melanjutkan kuliah di Universitas Padjadjaran jurusan Kesejahteraan Sosial.

Dia kemudian mendapat beasiswa dan melanjutkan kuliah di Peking University jurusan bahasa China. Dia juga mengambil gelar master di University of International Business and Economics (UIBE).

Saat di China, dia juga pernah menjadi Secretary General di PPI Tiongkok, Youth Delegate di Pacific Economic Cooperation Council dan Youth Delegate di APEC Youth Week.

Setelah lulus, ia bekerja sebagai Investment, Marketing, and Human Resource di Tianjin Hoidi Group Co, Ltd. Ia juga sempat menjadi dosen di STT Terpadu Nurul Fikri. Ia pun pernah menjadi pengajar bahasa Mandarin UKM Bahasa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak hanya sampai di situ, ia juga merupakan bagian dari pendiri Gentala Institute, lembaga yang fokus pada pengembangan pengetahuan di bidang ekonomi dan bisnis. Ia juga aktif mengisi podcast di Ruang Ide Podcast.

Mengikuti jejak ayahnya, Fathan juga pernah menjadi politikus PKS. Namun per Januari, ia sudah mengundurkan diri. 

Kritik Fathan untuk Ayahnya

Anggota DPR Fraksi PKS Tifatul Sembiring sempat bicara soal polemik 'jin buang anak' dan kemudian mengklarifikasi pernyataannya. Meski sudah mengklarifikasi, pernyataan awal Tifatul tetap mendapat kritik keras dari anaknya sendiri, Fathan Sembiring.

Kritik itu dilontarkan Fathan melalui status Facebooknya. Dia meminta ayahnya diam dan tidak membuat keisengan-keisengan.

"Mingkem gitu Beh, mingkem..! Politik di Indonesia itu sudah tidak perlu keisengan-keisengan begini. What's the point?" tulis Fathan dalam statusnya, Kamis (27/1/2022). detikcom telah mendapatkan izin untuk mengutip tulisan ini.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa lontaran-lontaran seperti 'jin buang anak' memang tidak jadi masalah di era generasi ayahnya. Namun, menurutnya, Tifatul lupa bahwa sekarang sudah berbeda zaman.

"Untuk generasi beliau, memang lontaran-lontaran begitu dipandang tidak masalah. Beliau lupa kalau sudah bukan jamannya lagi begitu, ada media sosial--wong dia Menteri nya dulu, kok masih coba-coba," ungkapnya.

"Suasana kebatinan masyarakat Indonesia di tengah-tengah pandemi begini sedang tidak baik-baik saja. Janganlah dikasih minyak untuk mengguyur bara, apalagi spesifik soal kedaerahan, wajar kalau siapapun yang berasal dari Kalimantan makin tersinggung," lanjutnya.

Lebih lanjut, dia bercerita bahwa saat ini dirinya bekerja sebagai konsultan bisnis dan manajemen. Dia mengaku sering pulang-pergi Kalimantan. Dia menyebut Kalimantan sebagai masa depan Indonesia.

"Kegiatan saya sebagai konsultan bisnis dan manajemen banyak membuat saya pergi ke Kalimantan, paling sering ke Kalbar. Kalimantan adalah masa depan Indonesia. Terlepas dari ajaibnya UU IKN kemarin, fokuslah lontaran kritis ke soal itu, bukan soal keisengan dengan membela entah siapa itu eks Caleg, dan kemudian ini yang ditangkap, diingat, dan memiliki jejak digital oleh masyarakat luas," ujarnya.

Dia pun memungkasi statusnya dengan kata 'koplak'. Untuk diketahui, dalam bahasa Jawa, kata 'koplak' sering dipakai untuk menggambarkan kondisi kewarasan yang tidak sempurna.

"Koplak!" pungkasnya.

(detik.com)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel