TEGAS! Ambil Alih Sejumlah Perusahaan Asing, Jokowi: Jangan Jadi Tukang Gali dan Tukang Tangkap Ikan




Darirakyat.com
- Hadiri Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII Tahun 2021 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Presiden Jokowi paparkan sejumlah isu yang menjadi perhatian.

Salah satu yang menjadi perhatian Jokowi, yaitu terkait masalah pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA).

Ia menyayangkan adanya booming kayu lantaran Indonesia hanya menghasilkan kayu gelondongan, tetapi tidak memiliki industri perkayuan atau industri permebelan, sehingga kehilangan kesempatan.

Oleh karena itu, Jokowi menegaskan bahwa pelaku usaha harus menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi yang mengkombinasikan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan kearifan teknologi yang melestarikan.

"Industri kehutanan, perkebunan juga bisa kita lakukan tapi dilakukan dengan menjamin keberlanjutan dan menjaga kekayaan hayati kita," ucapnya.

Selain itu, Jokowi meminta pemanfaatan SDA di Tanah Air tidak hanya sebatas menjadi tukang gali dan tukang tangkap ikan.

"Kalau tambang, ya kita jangan jadi tukang gali saja. Anugerah yang diberikan Allah ke kita betul-betul luar biasa besarnya tapi kalau hanya tukang gali," katanya.

Menurutnya, penambangan bisa dilakukan secara terukur, terkendali dan dijamin pengelolaannya pasca penambangan.

Hadiri Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII Tahun 2021 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Presiden Jokowi paparkan sejumlah isu yang menjadi perhatian.

Salah satu yang menjadi perhatian Jokowi, yaitu terkait masalah pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA).

Ia menyayangkan adanya booming kayu lantaran Indonesia hanya menghasilkan kayu gelondongan, tetapi tidak memiliki industri perkayuan atau industri permebelan, sehingga kehilangan kesempatan.

Oleh karena itu, Jokowi menegaskan bahwa pelaku usaha harus menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi yang mengkombinasikan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan kearifan teknologi yang melestarikan.

"Industri kehutanan, perkebunan juga bisa kita lakukan tapi dilakukan dengan menjamin keberlanjutan dan menjaga kekayaan hayati kita," ucapnya.

Selain itu, Jokowi meminta pemanfaatan SDA di Tanah Air tidak hanya sebatas menjadi tukang gali dan tukang tangkap ikan.

"Kalau tambang, ya kita jangan jadi tukang gali saja. Anugerah yang diberikan Allah ke kita betul-betul luar biasa besarnya tapi kalau hanya tukang gali," katanya.

Menurutnya, penambangan bisa dilakukan secara terukur, terkendali dan dijamin pengelolaannya pasca penambangan.

Tidak hanya pertambangan, Jokowi turut menyinggung tentang pemanfaatan SDA pada sektor kelautan, terutama perikanan.

"Penangkapan ikan harus dilakukan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi juga harus terukur dan juga dijamin keberlanjutannya tidak hanya diambil, diambil terus tapi habis karena tidak terukur karena tidak terkalkulasi," katanya.

Jika pada sektor pertambangan masyarakat Indonesia diminta untuk tidak hanya menjadi tukang gali, maka pada sektor ini Jokowi mewanti-wanti rakyatnya untuk tidak hanya menjadi tukang tangkap ikan.

"Tidak boleh lagi kita jadi tukang tangkap ikan. Harus ada industri pengolahannya disini," ujarnya.

Tidak cukup dengan menjamin nilai tambah, Jokowi menyebutkan bahwa untuk menjaga kepentingan nasional, Pemerintah telah melakukan pengambilalihan beberapa perusahaan asing.

"Itulah mengapa kepemilikan beberapa perusahaan asing kita ambil alih, Freeport misalnya sudah 54 tahun dikelola Freeport McMoRan, dua tahun lalu mayoritas telah kita ambil sahamnya dari 9 persen menjadi mayoritas 51 persen," katanya yang dikutip dari Antara, Kamis, 14 Oktober 2021.

Selanjutnya, kepemilikan Blok Mahakam di Kalimantan Timur yang telah 43 tahun dikelola oleh Total dari Prancis berhasil diambil alih dan dikelola Pertamina.

"Yang terakhir Blok Rokan yang sudah dikelola 97 tahun oleh Chevron juga sudah 100 persen (dimiliki Pemerintah) dan kita berikan ke Pertamina. Sekarang tinggal kita melihat, kita bisa tidak melanjutkan, meningkatkan produksi dari yang telah kita ambil alih ini. Inilah yang masih jadi pertanyaan tapi kita lihat empat tahun ke depan apakah kita mampu," katanya. (pikiranrakyat.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel