Mengerikan Jika Kekuatan Koalisi 'Pasukan Arab' Terjadi, Israel dan Sekutu Tak Sanggup Membayangkannya



Darirakyat.com -
Global Fire Power atau GFP menggabamrkan betapa mengerikannya jika terjadi koalisi "Pasukan Arab" yang bisa terwujud kapan saja.

Namun, dengan intesitas tinggi serangan Israel ke Palestina, bukan hal yang mustahil koalisi "Pasukan Arab" itu akan segera terbentuk.

Catatan Global Fire Power atau GFP melaporkan, negara-negara Arab memiliki posisi strategis dalam militer dunia.

Persatuan mereka bisa kapan saja terbentuk dengan dalih ancaman Israel yang terus membombardir Palestina akhir-akhir ini.

Jika koalisi "Pasukan Arab" terjadi maka mereka masuk daftar militer terkuat di dunia.

Kekuatan militer yang jika digabungkan akan terakumulasi akan menembus angka pasukan sekitar 4 juta personel.

Kemudian dipersenjatai 9 ribu jet tempur, 4 ribu helikopter, 19 ribu tank, 51 ribu kendaraan lapis baja.

Hal paling mengerikan adalah "Pasukan Arab" akan memiliki 2600 peluncur roket, 16 kapal selam, dan 9 ratus kapal perang.

Lalu secara finansial, "Pasukan Arab" akan memiliki kekuatan ekonomi $5,99 triliun atau sekitar Rp85 ribu triliun per tahun.

Secara kewilayahan, total luas kawasan Arab mencapai 13,5 kilometer persegi.

Angka luasan itu enempati urutan kedua setelah Federasi Rusia, dan total populasi 385 juta jiwa.

Tambahan Rusia

Sejumlah pengamat militer melihat, Rusia akan cenderung bersekutu dengan "Pasukan Arab".

Jika hal itu benar-benar terjadi, maka Israel dan sekutunya tak akan lagi sanggup membanyangkan nasib mereka di tengah perlawanan "Pasukan Arab".

Siapa "Pasukan Arab"


Pegiat media sosial, lembaga pemberitaan milik Rusia membuat skenario imajiner seandainya "Pasukan Arab" tersebut benar-benar terbentuk.

Mereka yang akan masuk koalisi "Pasukan Arab" adalah Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirate Arab (UEA), Qatar, dan masih banyak lagi.

Israel masih pamer kekuatan

Jet tempur Israel terus menghantam Jalur Gaza pada Rabu, 18 Mei 2021, serangan itu meratakan bangunan tempat tinggal dan meningkatkan korban tewas menjadi sedikitnya 227 orang.

Kementerian kesehatan Gaza menyebutkan korban tewas termasuk 64 anak-anak dan 38 wanita.

Pada hari ke-10 sejak konflik meningkat, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada PM Israel Benjamin Netanyahu, bahwa dia mengharapkan 'penurunan yang signifikan di jalan menuju gencatan senjata'.

Namun, setelah panggilan telepon dengan Biden, Benjamin Netanyahu 'bertekad' untuk terus membombardir Gaza sampai 'tujuan Israel tercapai', dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 20 Mei 2021.

Sementara itu, upaya diplomatik untuk gencatan senjata antara Israel dan pemerintah Hamas di Gaza juga gagal mencapai banyak kemajuan.

Amerika Serikat terus memblokir Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak diakhirinya permusuhan. Deplu AS mengatakan kepada para diplomat bahwa pernyataan publik tidak akan membantu menenangkan keteganga antara Israel-Hamas.

Peran China


Prancis menyatakan sedang bekerja dengan tetangga Israel, Mesir dan Yordania dalam resolusi gencatan senjata baru.

China mengatakan itu 'mendukung' proposal dari Prancis untuk gencatan senjata.

Kelompok hak asasi manusia Palestina Al-Haq menyerukan penyelidikan internasional atas serangan Israel terhadap jurnalis dan organisasi berita internasional di Gaza.

"Negara-negara anggota PBB harus mengutuk penargetan Israel yang tidak beralasan terhadap gedung media", kata Al-Haq.

Mereka menyatakan harus menekan Israel untuk segera dan segera memperlakukan personel media dan gedung media sebagai warga sipil dan objek sipil yang dilindungi, dan menghormati kekebalan kemanusiaan. (pikiranrakyat.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel