Pendiri Drone Emprit Bongkar Kejanggalan Isu Aisha Wedding
Darirakyat.com - Masyarakat Indonesia pada Rabu (11/2), tiba-tiba dihebohkan oleh kabar ajakan menikah muda. Aisha Wedding adalah pihak yang menyerukan ajakan untuk menikah pada usia 12 tahun. Warganet (netizen) pun ikut merespon dengan mengecam ajakan nikah di bawah umur tersebut.
Namun, ada kejanggalan yang terjadi dengan Aisha Wedding, lantaran alamat dan situs yang tidak jelas. Ada juga warnaget yang menduga kasus Aisha Wedding mirip dengan viral klepon tidak islami.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi pun membuat analisis percakapan Aisha Wedding. Dia membongkar keanehan Aisha Wedding yang tiba-tiba menyedot pembicaraan semua kalangan. Pun dengan laman Aisha Wedding ternyata baru dibuat pada Selasa (9/1), atau sehari sebelum media ramai memberitakan pernikahan di bawah umur.
"Kalau situs http://aishaweddings.com ini pada tahun 2018 dan sebelumnya, semua redirect ke http://aishaevents.com. Lalu lompat di-update pada 2021. Konten baru (dibuat) 9 Februari 2021. Di tahun 2021, konten baru diupdate tanggal 9 Feb (kemaren banget), dan 10 Februari. Tampak landing page-nya baru dibandingkan dengan last update tahun 2018 lalu," kata Ismail lewat akun Twitter, @ismailfahmi.
Saat dikonfirmasi Republika, Kamis (11/2) pagi WIB, konten laman Aisha Wedding belum lengkap dan baru beberapa halaman yang terisi. Meski begitu, isi provokatif. "Seperti keyakinan tentang poligami untuk kaum muda. Sedangkan bagian layanan, Covid-19, kontak belum diisi. Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," kata Ismail.
Dia pun menyinggung kalimat provokatif bertuliskan 'manfaat poligami yang bisa dinikmati umat Islam'. "Duh.. haha. Umat Islam yang beneran mau poligami, juga ndak akan menulis seperti itu. Sepertinya terburu-buru bikin kontennya," ucap Ismail.
Ismail juga curiga dengan tiba-tiba ada spanduk beredar terkait promosi Aisha Wedding. Menurut dia, promosi layanan menikah tersebut terasa aneh karena laman belum beres.
"Kecepetan launching. Spanduk sudah dibikin di beberapa titik. Kalau spanduk ada, artinya sudah siap terima layanan. Apalagi ada email dengan domain. Saran: web dilengkapi dulu, yang profesional. Baru spanduk disebar, biar lebih meyakinkan," kata alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Ismail pun menandai mereka yang pertama kali merespon konten Aisha Wedding di Twitter maupun Facebook. Benar saja, konten itu muncul di Twitter pada Selasa, dan di Facebook mulai Rabu.
"Isu berangkatnya dari Facebook. Di Twitter postingan awal yang tercatat DE dari @SwetaKartika (10:27 pm 9 Feb) dan @representatif (12:10 am 10 Feb) berasal dari netizen biasa yang merespons berita isu dari Facebook tersebut," ujarnya.
Karena terus dibincangkan, akhirnya misi menyebarkan isu Aisha Wedding cukup berhasil. Kehebohan di lini masa terjadi. Hal itu lantaran banyak pengguna Twitter yang berkomentar sinis terhadap pernikahan di bawah umur. Bahkan ada secara tidak langsung membidik 'Islam' terkait praktik poligami.
"Kalau melihat komentar-komentar yang paling populer di Twitter, sebagian curiga ini bisnis betulan. Tapi banyak yang isinya percaya bahwa 'Aisha Weddings' ini betul-betul ada, sehingga menuding: ada penggunaan agama untuk trafficking, bisnis esek-esek, agenda pedofilia, poligami," kata Ismail.
Dia pun menyimpulkan, Aisha Weddings sebagai wedding organization resmi tidak jelas keberadaannya, baik secara online maupun offline. Pun dengan laman Aisha Wedding yang kontennya baru berusia sehari atau diisi pada 9 Februari 2021, dan sebelumnya terakhir diperbarui pada 2018, menimbulkan kecurigaan.
Ismail menambahkan, disinformasi yang meresahkan tersebut serius dibuat oleh pihak tertentu. Hal itu mengacu pada spanduk (offline) yang disebar di beberapa titik.
"Banyak pihak sudah menyatakan keberatan atas iklan nikah muda, poligami, penyimpangan pemahaman agama dan UU yang dibuat oleh akun tidak jelas ini. Jika tujuannya untuk membangun keresahan, misi ini cukup berhasil, karena narasinya berhasil menarik komentar dari berbagai organisasi besar, dan juga diliput media mainstream dan TV," kata Ismail.
Dia pun menyarankan agar kehebohan publik itu tak perlu dilanjutkan. Karena memang tidak jelas siapa yang membuat, dan tujuannya sepertinya bukan sungguh-sungguh sebagai iklan wedding profesional. "Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang," ucap Ismail. (republika.co.id)