8 Pengakuan Mengejutkan Gus Nur Bikin Geleng Kepala: Kasus Hina NU Hingga Ilmu Debus




Darirakyat.com - Sugi Nur Rahardja atau yang dikenal dengan sebutan Gus Nur buka-bukaan seputar kasus ujaran kebencian terhadap Ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan kehidupannya. Gus Nur mengaku NU sejati yang mengawali karier sebagai penceramah berbekal ilmu debus.

detikcom mendapat kesempatan mewawancarai Gus Nur secara eksklusif di Bareskrim, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan pada Rabu (28/10/2020) kemarin.

Soal kasusnya, Gus Nur mengaku terpancing pertanyaan Refly Harun saat berbincang soal kondisi NU dan pemerintah saat ini. Gus Nur menilai dirinya tak mengujarkan kebencian kepada NU, tetapi dia mengkritik karena rasa sayangnya terhadap NU.

Gus Nur pun bercerita soal awal mula dirinya menekuni dunia dakwah. Gus Nur yang dahulu pemain debus, hijrah setelah ditinggal ayahandanya.

Dia pun melakukan dakwah yang tak biasa dengan memanfaatkan ilmu debus yang tersisa di dirinya, yaitu tetap hidup meski dikubur bak jenazah.

1. Sebut Refly Harun Pemicu Dirinya Lontarkan Kritik NU Ibarat Bus

Gus Nur menjelaskan awal mula melontarkan pernyataan NU ibarat bus yang disopiri orang mabuk, kondekturnya teler dan kernetnya ugaln-ugalan. Dia mengaku saat itu menanggapi pertanyaan Refly Harun.

"Ya itu kan saya kan kalau nggak diwawancara sama Refly, saya kan nggak ngomong gitu," kata Gus membuka perbincangan. Dia mengenakan rompi tahanan Bareskrim warna oranye dipadu peci warna putih.

Gus Nur mengatakan kritik terhadap NU itu tidak direncanakan dirinya untuk ada dalam video wawancara dengan Refly Harun. Namun Gus Nur mengaku memang akan menyampaikan hal serupa bila ditanya soal kondisi NU saat ini.

"Ya itulah saya, karena Pak Refly nanya itu (soal kondisi NU saat ini-red). Jadi itu bukan berarti diagendakan, saya itu orangnya ngalir aja. Coba sekarang tanya saya (soal) NU, saya akan jawab seperti itu lagi. Jadi itu sudah naluri," ucap Gus Nur.

Dalam video yang ditayangkan di akun YouTube MUNJIAT Channel, Gus Nur tampak sedang berbincang dengan Refly Harun. Video itu diunggah pada 16 Oktober 2020. Pada menit 3.45 di video tersebut, Gus Nur menyampaikan pendapatnya soal kondisi NU saat ini. Menurut Gus Nur, NU saat ini tidak seperti NU yang dulu.

"Sebelum rezim ini, ke mana jalan dikawal Banser. Saya adem ayem sama NU. Ndak pernah ada masalah. Nah, tapi setelah rezim ini lahir tiba-tiba 180 derajat itu berubah," ujar Gus Nur dalam video itu.

"Saya ibaratkan NU sekarang itu seperti bus umum. Supirnya mabuk, kondekturnya teler, kerneknya ugal-ugalan. Dan penumpangnya itu kurang ajar semua. Merokok, nyanyi juga, buka-buka aurat juga, dangdutan juga," lanjutnya.

Gus Nur lantas menyebut sejumlah nama. Dia menyebut nama pegiat media sosial Permadi Arya atau Abu Janda, Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas hingga Ketum PBNU Said Aqil Siroj.

"Jadi saya kok pusing dengerin di bus yang namanya NU ini. Ya tadi itu, bisa jadi keneknya Abu Janda. Bisa jadi kondekturnya Gus Yaqut. Dan sopirnya KH Aqil Siradj. Penumpangnya liberal, sekuler, PKI di situ numpuk," ungkapnya.

2. Gelar Gus Berawal dari Aksi Debus

Gus Nur mengikuti jejak ayahnya yang lebih dulu menjadi pemain debus. Dia menjelaskan dirinya meninggalkan karier sebagai pemain debus setelah ayahnya wafat

Gus Nur menceritakan, ayahnya dikenal dengan nama Tomjeg alias Tommy Jenggot karena jenggotnya yang panjang. Suatu masa dulu, ayahnya dan dirinya diundang main debus di sebuah acara. Menurutnya oleh si pengundang acara itu lah ayahnya diberi gelar 'gus' karena dinilai hebat atraksi debusnya.

Dari sejak itu ayahnya dipanggil dengan nama Gus Tomjeg. Karena Gus Nur selalu mendampingi ayahnya bermain debus, dia jadi ikut-ikutan dipanggil sebagai Gus Nur.

"Di situ itu saya ikut-ikutan dipanggil Gus Nur," jelas dia.

"Dari mana 'gus', nggak punya (garis keturunan) nama Kiai, oke saya luruskan jadi sejak saat itulah saya menikmati panggilan gus. Saya nggak minta, datang sendiri. Tetapi saya pertanggungjawabkan," sambungnya.

3. Hanya Sekolah Hingga SD, Enggan Kejar Paket C

Gus Nur mengaku memang tidak mengenyam pendidikan agama secara formal meski dia mengisi ceramah di berbagai lokasi dan aktif berdakwah lewat media sosial, seperti YouTube. Gus Nur mengatakan dirinya memang tidak mementingkan gelar pendidikan. Dia enggan ikut program penyetaraan pendidikan meski diakuinya pernah disarankan sejumlah orang.

"Saya sekarang sudah di titik 'nggak penting gelar'. Saya sudah nggak butuh gelar, sebenarnya gitu kan. Berapa kali orang nawari saya untuk Kejar Paket C, apalah, sudah punya gelar minimal S.Ag (sarjana agama), nggak, saya nggak butuh. Kan saya lulus SD saja," ucap Gus Nur.

Gus Nur mengaku masa kecil dan remajanya memang serba sulit. Dia sibuk mengikuti sang ayah yang berprofesi sebagai pemain debus. Saking rutinnya mengikuti ke mana sang ayah pergi atraksi debus, dia tak sempat melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Meski hanya mengenyam bangku pendidikan SD, Gus Nur menyebut dirinya bukannya tidak belajar. Dia mengklaim banyak belajar secara otodidak, termasuk mempelajari agama. Gus Nur mengaku telah menulis 13 buku, bahkan menciptakan lagu.

"Tapi saya nulis buku. Sudah 13 judul saya tulis. Saya ciptakan lagu, makanya jangan batasi imajinasi saya," sambung dia.

4. Yakin Lebih Kuasai Ilmu Kehidupan Dibanding Lulusan Pesantren

Gus Nur mengatakan dirinya memang tidak pernah menimba ilmu di pondok pesantren. Dia mempelajari ilmu agama Islam secara otodidak.

"Nggak (mondok di pesantren, red). Kan di dalam ilmu di dunia ini, kan ada namanya otodidak," kata Gus Nur saat wawancara eksklusif dengan detikcom di Bareskrim, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (28/10/2020).

Gus Nur menyebut ada orang yang mengenyam pendidikan agama di pesantren dan hafal ratusan kitab, tapi tak bisa memahami ilmu kehidupan. Sementara dia mengklaim dirinya meski tak pernah menjadi santri namun mampu membangun pesantren.

"Hidup ini relatif. Banyak orang dari kecil mondok, hafal ratusan kitab, tapi dia tidak menguasai ilmu kehidupan. Contoh begitu dapat tanah, dapat pesantren, nggak berkembang itu kan," ujar Gus Nur.

"Saya nggak mondok, tapi saya dikasih Allah skill pintar cari uang. Makanya saya bisa bangun pesantren 3 lantai, 300 santri gratis semua, saya tanggung semua biayanya, ustaz-ustaznya juga itu. Ini belum tentu kiai yang mondok puluhan tahun tuh belum bisa, hidup itu kan begitu melihatnya," sambung dia tanpa menjelaskan lebih rinci di mana pesantren yang dimaksud.

5. Merasa Benar soal Analogi NU-Bus, Tak Akan Jera Dipolisikan

Gus Nur tetap merasa benar dan tak mau menarik ucapannya soal analogi NU seperti bus yang disopiri orang mabuk, kondekturnya teler dan kernetnya ugaln-ugalan. Kenapa?

"Kalau orang NU kritik NU itu namanya sayang, nggak mungkinlah menjatuhkan. Benci apalagi, ndak. Karena sayang," kata Gus Nur.

Menurutnya, jika videonya dengan Refly Harun ditonton utuh dengan pikiran jernih, dia menyebut tidak ada ujaran kebencian di situ.

"Justru di situ saya menunjukkan darah ke-NU-an saya yang masih khitah, masih suci, saya ini NU yang kecewa dengan ormas yang sekarang ini. Kurang-lebihnya begitu," ujarnya.

"Jadi ini hanya persoalan sepele, internal. Dan NU itu dari dulu sudah biasa dikritik, sudah biasa dibangun, dibenahi, sudah biasa, dan saya pertanggungjawabkan itu ujaran saya dunia-akhirat, tidak saya cabut itu," sambung Gus Nur.

6. Raup Belasan hingga Puluhan Juta dengan 500 Ribu Subscribers Youtube

Gus Nur mengaku keaktifannya mengunggah video di YouTube mampu menghasilkan uang hingga puluhan juta rupiah.

"Boleh dibilang gitu, penghasilan dari YouTube Rp 30 juta, Rp 15 juta, Rp 20 juta. Tapi kan saya nggak ikut makan (uang hasil YouTube-red) itu. Udah admin saja, kadang untuk sosialnya itu, nggak sempat itu saya ngurusin uang-uang itu," kata Gus Nur.

Gus Nur menuturkan penghasilan dari akun Munjiat Channel tak tentu. Dia pun mengaku bukan Youtuber.

"Pernah dapat Rp 30-an juta, sekali. Sekarang naik turun lah, Rp 15-20 juta, Rp 15-20 juta, Rp 11 juta. Kalau di bawah Rp 10 jarang. Tapi bukan berarti saya YouTuber, cari uang di YouTube, nggak. Saya bukan YouTuber," tutur dia.

Gus Nur menuturkan admin Munjiat Channel adalah anaknya sendiri yang bernama Munjiat. Gus Nur sendiri tak ingat betul kapan Munjiat Channel dibuat.

"Kalau Munjiat sudah 4 atau 5 tahun ya, itu admin yang tahu. (Admin Munjiat Channel-red) anak saya sendiri, Munjiat namanya," ucap Gus Nur.

7. Ditawari, Tapi Tolak Gabung dengan KAMI demi Independensi

Gus Nur, mengaku ditawari bergabung di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Namun tawaran itu ditolaknya.

"Kalau KAMI kan sudah mengharap, berapa banyak orang KAMI mengajak saya juga. Tapi kan saya belum masuk dan saya belum tertarik," kata Gus Nur.

Gus Nur menyebut orang-orang yang mengajaknya bergabung adalah simpatisan KAMI di Jawa Timur (Jatim). Namun Gus Nur mengaku ingin independen saja.

"Orang Jawa Timur (yang mengajak bergabung di KAMI). Tapi kan saya belum tertarik. Karena sudah lah saya kalau politik independen saja, nggak usah ada label apa-apa. Tapi kalau agama, harus saya bergelambir di situ," ujar dia.

"Buruh, rakyat, omnibus law, kan saya tampil di Patung Kuda (Jakarta Pusat). Saya orasi di situ," imbuh dia.

Gus Nur juga menyampaikan dirinya bukan bagian dari Hizbut Thahir Indonesia (HTI). 

"Nggak ada, nggak ada KAMI, HTI, Syiah, nggak ada. Saya independen," tandas Gus Nur.

8. Diperlakukan Baik oleh Polisi dan Tahanan di Rutan Bareskrim Polri

Gus Nur kini menjalani hari-harinya di Rutan Bareskrim, Mabes Polri Dia mengaku dalam keadaan baik.

"Alhamdulillah baik, sehat," kata Gus Nur.

Dia mengaku dimuliakan oleh tahanan lainnya. Dia juga tak mengeluarkan biaya sepeserpun selama di dalam rutan.

"Saya sekarang di sel, saya dengar-dengar sembilan meter dari permukaan tanah itu tempat saya sekarang di sel. Tapi saya di sana baik, dimuliakan sama napi yang di sana. (Diperlakukan baik, red) oleh polisi, oleh napi," ucap Gus Nur.

"Sampai detik ini saya nggak keluar biaya," imbuh Gus Nur.

Gus Nur menuturkan dirinya berteman dengan tahanan dari berbagai kasus di tahanan. Para tahanan lain, sebut Gus Nur, juga memperlakukannya dengan baik.

"Padahal di situ ada (tahanan, red) narkoba, ada illegal logging, macam-macam. Semua menyambut saya seperti pahlawan. Saya jadi imam salat," jelas dia. (detik.com)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel