Hasil Investigasi Menteri Basuki Menjadi Bukti Ketidakbecusan Anies Urus Jakarta

 Image result for basuki pupr


Darirakyat.com - Banjir besar yang melanda DKI Jakarta membuat kita semua bertanya-tanya, apakah penyebabnya bisa diterima oleh masyarakat karena memang tak dapat dihindari, atau apakah penyebab banjir tersebut disebabkan oleh ketidakbecusan Anies Baswedan mengurus Jakarta?

Menteri Basuki sebagai kaki tangan pusat melakukan investigasi terkait penyebab banjir dengan menganalisa dan melihat permasalahan langsung, bukan hanya berkata dan berasumsi, tetapi mencari data yang mencerminkan fakta di lapangan. Cek fakta lapangan menjadi penting untuk sebuah kepastian data sebagai dasar pengambilan keputusan meskipun banyak warga Jakarta yang sudah teriak terkait masalah-masalah penyebab banjir tetapi verifikasi sangatlah penting dilakukan

Hasil dari investigasi dibawah komando menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang telah menurunkan tim semenjak tanggal 1 Januari menemukan fakta-fakta mengejutkan dan hal itu bisa menjadi tamparan keras terhadap Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan. Bukti-bukti yang membawa asumsi bahwa penyebab banjir adalah ketidakbecusan Anies atau kelalaian atau bahkan ketidakperduliaannya terhadap tanggung jawab atau amanah yang telah diberikan warga Jakarta terhadap dirinya. Kang Emil dan walikota Jabodetabek pun harus koreksi diri terkait hal ini.

Hasil investigasi penyebab banjir Jabodetabek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Banyak drainase tersumbat 2. Pintu air rusak sebanyak 11 titik 3. Pompa air yang tidak berfungsi 2 titik 4. Tanggul jebol berada di 44 titik 5. Terjadi luapan air sungai dan saluran 62 titik 6. Genangan air di jalan tol 6 titik




"Kami pun sudah melakukan survei secara cepat dan gerakkan 225 orang PUPR di 180 titik yang direkomendasikan BNPB," jelas Basuk di Istana, Rabu (8/1).

"Semua sarana sudah bergerak untuk perbaiki satu demi satu dalam rangka menghadapi. Insya Allah tidak terjadi yang lebih besar," kata Basuki.

Untuk masalah temuan yang pertama, drainase tersumbat menjadi bukti ketidakbecusan pemprov Jakarta menggerakkan pasukan orange yang ketika zaman Ahok menjadi pahlawan saat musim penghujan tiba. Dan juga masyarakat berkontribusi terkait sampah yang menyumbat.

Sedangkan untuk temuan ke dua, kerusakan pintu air hingga 11 titik pun bisa dijadikan bukti bahwa maintenance kurang atau mungkin tidak dilakukan oleh pemprov baik itu Jakarta atau Jawa Barat tergantung letak pintu air tersebut. Jika 1 titik mungkin masih dimaklumi, tapi ini 11 titik, sungguh sulit untuk dimaklumi.

Lalu soal pompa air yang mengalirkan air ke aliran utama pun ternyata ada dua yang tak berfungsi, hal ini pun menjadi bukti kurang siapnya pemprov DKI Jakarta terkait musim hujan yangsudah diprediksi oleh BMKG. Kepekaan terhadap kepentingan warga saya rasa sangat kurang.

Jebolnya tanggul sebanyak 44 titik merupakan hal yang luar biasa, dan sekaligus ini menjadi bukti bahwa sikap anti betonisasi Anies untuk penanggulangan banjir adalah hal yang salah, karena tanggul jebol pun berkontribusi menjadi penyebab banjir parah di Jakarta.

Lalu luapan air yang menjadi penyebab banjir pun menguliti sikap arogansi Anies yang menolak normalisasi dan bersikukuh terhadap naturalisasi, karena bagaimana air gak meluap kalau sungai yang seharusnya 25 meter tetapi tidak dinormalisasi dan lebarnya hanya 5 meter? Luapan air di 62 titik apakah ini bukan fakta bahwa normalisasi itu harus diteruskan?

Jika sebuah musibah akibat hal-hal yang tidak bisa dihindari atau sudah berusaha dihindari tetapi tetap saja terjadi, mungkin tak bijak jika kita menyalahkan orang lain, tetapi jika mekanisme yang sudah ada untuk mencegah musibah tersebut tetapi tidak dilakukan dengan baik, maka hal tersebut yang perlu kita protes terhadap orang-orang yang bertanggung jawab terhadap hal itu.

Kalaupun seorang Anies ingin mentereng dengan tak mengikuti jejak Ahok, tetapi paling tidak dia jangan mengorbankan warga Jakarta. Tak perlu malu mengikuti jejak Ahok dalam memimpin kalau itu untuk kepentingan warga Jakarta. Toh katanya Anies gak memperdulikan nyinyiran orang di media sosial?



Kita memang harus berempati terhadap korban Banjir, tetapi sebagai orang beriman, kita pun harus mengambil hikmah dari ini semua. Sebagai orang beriman pun kita wajib hanya beriman kepada Tuhan, bukan kepada manusia, misalnya beriman pada perkataan Anies yang bisa menanggulangi banjir dengan naturalisasi, beriman pada perkataan Anies yang hendak menyediakan rumah tapak DP 0 rupiah untuk warga miskin, atau beriman pada anggapan bahwa Gubernur seiman itu anugerah Tuhan yang mesti dipuja hingga titik darah penghabisan. Ingatlah beriman itu kepada Tuhan bukan kepada manusia. Udah ah, itu aja… 
(Cak Anton, seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel