Bakal Hancur! Brenton Tarrant Pelaku Penembakan Di Masjid Selandia Baru Jadi Target Mati Gangster Dalam Penjara


DARIRAKYAT.COM - Pelaku penembakan jamaah Salat Jumat di dua masjid Selandia Baru, Brenton Tarrant (28), diprediksi akan menjadi sasaran kemarahan narapidana di dalam penjara.
Dilansir New Zealand Herald Senin (18/3/2019), kriminolog dari Universitas Canterbury, Selandia Baru, Greg Newbold, memperingatkan, polisi harus mengantisipasi terjadi peristiwa tak diinginkan setelah Brenton Tarrant ada di dalam penjara.
Newbold sendiri pernah merasakan kehidupan penjara, sehingga tahu betul bagaimana kondisi di dalam sana.
"Aku melihat ancaman itu serius, dan aku meyakini, dia benar-benar ada dalam kondisi bahaya yang ekstrem," ujar Newbold.
"Ada sekelompok orang di penjara yang marah dengan peristiwa (penembakan) itu, ditambah fakta bila Brenton Tarrant adalah kelompok ekstrimis kulit putih," ujar Newbold.
Newbold mengingatkan, mayoritas narapidana di penjara Selandia Baru adalah kelompok non kulit putih.
Tarrant akan sulit menghimpun perlindungan dari para napi ekstrimis kulit putih, karena jumlah mereka kalah jauh.
Di penjara, menurut Newbold, orang-orang ekstrimis kulit putih selama ini lebih banyak 'menundukkan kepala', karena memang bukan mereka yang berkuasa di sana.
Newbold meyakini, Tarrant akan menerima isolasi penuh selama di penjara.
"Setidaknya untuk 5 atau 10 tahun, dia akan dikurung di sel secara sendirian,"
Anggota Geng
Newbold mengatakan, Tarrant akan sangat mudah terbunuh di penjara, bila dia tak diisolasi secara total.
Sedikit saja ada kontak dengan manusia, TYarrant bisa sewaktu-waktu dibunuh di dalam penjara.
"Saat ini, dia jelas menjadi orang yang paling diburu di dalam penjara. Tidak banyak orang yang punya simpati terhadap perbuatan keji yang dia lakukan, bahkan kelompok kulit putih sekali pun," kata Newbold.
"Sekali pun orang paling rasis di negara ini, mereka tak seperti Hitler. Mereka hanya tak suka orang Asia atau muslim, tapi mereka tak mau sampai membantai orang," tambah Newbold.
Menurut Newbold, kekejian Brenton Tarrant hanya akan membuat orang-orang bersatu, untuk mengutuk aksi menjijikkan tersebut.
Selain Newbold, seorang anggota geng sempat menyampaikan informasi kepada wartawan NZ Herald : "Ada anggota kami di dalam penjara,"
Meski tak secara eksplisit mengatakan hal itu sebagai ancaman untuk memburu Tarrant, tapi pernyataan itu dianggap sebagai pesan, bahwa mereka ingin melakukan 'perhitungan' tersendiri.
Sebelumnya, geng motor berpengaruh di Selandia Baru, Black Power, sempat menggelar aksi solidaritas dengan berkunjung ke rumah keluarga korban aksi Brenton Tarrant.
Pejabat di penjara, Neil Beales, sebelumnya juga membenarkan bila Tarrant saat ini ditahan di bawah pengawasan ketat selama 24 jam.
Tarrant dipenjara sampai menunggu persidangan terhadapnya di pengadilan.
Masih Berulah di Pengadilan
Pelaku pembunuhan terhadap 51 orang jamaah Salat Jumat di dua masjid Selanda Baru, Brenton Tarrant, langsung diseret ke Pengadilan oleh pemerintah Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019).
Pria asal Australia ini menggunakan baju tahanan berwarna putih, saat berada di Gedung Pengadilan Christchurch, Selandia Baru.

Tangannya diborgol.
Dua polisi berbadan tegap menjaganya.
Dia berada di ruang khusus, yang terpisah oleh kaca pembatas.
Tarrant diduga sudah menyadari ia dibidik oleh sejumlah kamera.
Dilansir The Daily Mail, Tarrant tersenyum di depan kamera.
Bahkan, Tarrant sempat memberi gerakan tangan 'O', sebuah gerakan tangan yang biasa dikenal sebagai 'Ok sign', atau biasa digunakan untuk mengucapkan kata Oke.

Ia beberapa saat membuat gestur itu, sebelum akhirnya mengatupkan kembali tangannya.
Gerakan tangan itu pun memunculkan kontroversi karena disebut-sebut punya makna khusus.
Brenton diyakini sengaja memberi gestur tangan itu.
Bukan untuk mengucap 'oke' atau 'saya baik-baik saja', tapi ada makna lain yang ingin ia kirimkan.
Tanda ok sign, selama ini memang dikenal sebagai salam di kalangan supremasi kulit putih atau white supremacy.
Media Inggris, The Guardian, sebagaimana dikutip dari Heavy.com, juga memastikan bahwa kode tangan itu adalah kode kalangan supremasi kulit putih. 
Digunakannya kode tangan ini di kalangan white supremacy bermula sejak 2017.
Dilansir The Boston Globe, pendukung gerakan white supremacy mencetuskan kesepakatan memakai gestur ini lewat forum internet bernama 4chan.
Kelompok white supremacy memakai tanda OK, sebagai plesetan dari gerakan yang mereka namakan 'Operation O-KKK'.
Ada juga yang mengartikan, tanda ini dipakai karena huruf yang dibentuk oleh gerakan tangan.
Kode Ok sign ini dilakukan dengan cara membentuk tiga jari ke arah atas membentuk huruf 'W'.
Lalu jari telunjuk dan ibu jari membentuk semacam lingkaran.
Sebenarnya bukan dimaksudkan membentuk lingkaran, tapi dimaksudkan membentuk huruf 'P'.
W adalah singkatan dari White.
Sementara P adalah singkatan dari Power.
White Power, adalah istilah pendukung white supremacy untuk menunjukkan dominasi kulit putih di dunia.
Gerakan tangan dari Brenton Tarrant ini juga memunculkan ruimor di media sosial.
Berkembang pertanyaan dari netizen, adakah hubungan antara Brenton Tarrant dan YouTuber populer dunia, Pewdiepie.
Sebelum memulai aksinya, Brenton, sempat meminta pendukungnya agar terus berlangganan kanal YouTube Pewdiepie.
Nah, secara kebetulan, Pewdiepie dikenal seringkali juga menunjukkan gestur tangan Ok sign di video yang dia buat.
Pewdiepie sendiri sudah tegas membantah dia merupakan pendukung gerakan supremasi kulit putih.
Dia juga mengutuk serangan yang dilakukan oleh Brenton Tarrant.
Makna Tulisan di Senjata
Brenton, sangat mengidolakan orang-orang kulit putih yang menyerang imigran maupun musuh-musuh bangsa Eropa di masa lampau.
Dalam senjata laras panjang milik Brenton juga tertulis banyak nama.
Empat nama yang tertulis dalam senjata tersebut adalah Anton Lundin Pettersson, Alexandre Bissonette, Charles Martel, dan Skanderberg.
Keempat nama tersebut adalah tokoh-tokoh yang pernah melakukan penyerangan dan perlawanan yang berkaitan dengan gerakan anti Islam dan anti imigran.
Tertulis dalam senjata pada gambar tersebut 'refugees, welcome to hell' yang berarti 'pengungsi, selamat datang'.
Pada senjata tersebut tertulis pula Tours 732 yang mengacu pada Battle of Tour yang terjadi pada 10 Oktober tahun 732.
Mengutip Wikipedia, menurut sumber-sumber Arab, Pertempuran Jalan Raya Para Martir menandai kemenangan pasukan Frank dan Burgundi.
Pasukan Frank dipimpin oleh Charles Martel, salah satu nama yang tertulis dalam senjata milik Brenton Tarrant.
Berikut adalah ulasan mengenai keempat nama yang tertulis dalam senjata milik Brenton Tarrant yang Tribunnews rangkum dari Wikipedia.
1. Anton Lundin Pettersson
Nama Anton Lundin Petterson terkait dalam kasus serangan di sekolah Kronan Trollhattan, Swedia yang terjadi pada 22 Oktober 2015.
Mengutip Wikipedia, Anton Lundin Pettersson yang saat itu berusia 21 tahun menyerang Sekolah Kronan di Trollhattan dengan pedang.
Dia membunuh seorang asisten pengajar dan seorang siswa laki-laki, menikam siswa laki-laki lain dan seorang guru.
Anton Lundin Petterson kemudian meninggal akibat luka tembak yang diterimanya selama penangkapannya.
Guru kedua yang terluka meninggal di rumah sakit pada 3 Desember 2015, enam minggu setelah serangan.
Serangan itu merupakan serangan paling mematikan terhadap sebuah sekolah dalam sejarah Swedia.
Penyelidikan awal polisi menyimpulkan bahwa Pettersson termotivasi oleh rasisme dan telah memilih sekolah sebagai sasarannya karena lokasinya di lingkungan dengan populasi imigran yang tinggi.
Menurut media Swedia Aftonbladet, ia telah mengunjungi kelompok ekstremis sayap kanan di situs media sosial yang mendukung Adolf Hitler dan Nazi Jerman.
Ia juga bergabung dengan grup di Facebook yang ingin menghentikan imigrasi ke Swedia.
Pettersson tidak memiliki catatan kriminal dan bukan anggota organisasi politik mana pun, tetapi mendukung petisi oleh Demokrat Swedia untuk memulai referendum imigrasi.
Ia meninggalkan catatan tulisan tangan di rumahnya di mana ia menyatakan bahwa sesuatu harus dilakukan tentang imigrasi, dan bahwa ia tidak berharap untuk selamat dari keributannya.
2. Alexandre Bissonette
Nama Alexandre Bissonette di Wikipedia terkait dalam kasus penembakan masjid di Kota Quebec, Kanada.
Kasus itu termasuk serangan teroris dan penembakan massal yang terjadi pada malam tanggal 29 Januari 2017 di sebuah masjid di Sainte-Foy lingkungan Kota Quebec, Kanada.
Kawasan tersebut merupakan pusat kebudayaan Islam di Kota Quebec.
Enam jamaah terbunuh dan sembilan belas lainnya terluka ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan tepat sebelum jam 8:00 malam, tak lama setelah shalat subuh berakhir.
Lima puluh tiga orang dilaporkan hadir pada saat penembakan.
Pelaku, Alexandre Bissonnette, didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama.
Perdana Menteri Justin Trudeau dan Perdana Menteri Philippe Couillard menyebut penembakan itu sebagai serangan teroris, tetapi Bissonnette tidak didakwa dengan ketentuan terorisme dari KUHP.
Pada 8 Februari 2019, Alexandre Bissonnette dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat selama 40 tahun.
Pada 8 Maret 2019, dilaporkan bahwa Bissonnette mengajukan banding atas hukuman ini.
3. Skanderbeg
Mengutip Skanderbeg adalah seorang bangsawan dan komandan militer Albania.
Skanderbeg melayani Kekaisaran Ottoman di 1423-1443, dengan Republik Venesia di 1443-1447, dan terakhir Kerajaan Naples sampai kematiannya.
Setelah meninggalkan dinas Ottoman, ia memimpin pemberontakan melawan Kekaisaran Ottomandi tempat yang sekarang bernama Albania dan Makedonia Utara.
Skanderbeg selalu menandatangani sendiri dalam bahasa Latin : Dominus Albaniae ('Lord of Albania'), dan tidak mengklaim gelar lain selain dari dokumen.
Skanderbeg melakukan pemberontakan yang tidak umum bagi orang Albania.
Karena ia tidak mendapatkan dukungan di utara yang dikuasai Venesia atau di selatan yang dikontrol Ottoman.
Terlepas dari keberanian militer ini, ia tidak dapat berbuat lebih dari sekadar menyimpan harta miliknya sendiri di daerah yang sangat kecil di Albania utara saat ini di mana hampir semua kemenangannya melawan Ottoman terjadi.
Pemberontakannya adalah pemberontakan nasional.
Perlawanan yang dipimpinnya menyatukan orang-orang Albania dari berbagai daerah dan dialek dalam satu tujuan bersama, membantu mendefinisikan identitas etnis orang Albania.
Keterampilan militer Skanderbeg menghadirkan hambatan besar bagi ekspansi Ottoman, dan ia dianggap oleh banyak orang di Eropa Barat sebagai model perlawanan Kristen terhadap Muslim
4. Charles Martel
Charles Martel adalah seorang negarawan dan pemimpin militer Frank sebagai Duke and Prince of the Franks dan wali kota istana.
Charles berhasil menyatakan klaimnya akan kekuasaan sebagai penerus ayahnya sebagai kekuatan di belakang takhta dalam politik Frank.
Melanjutkan dan membangun pekerjaan ayahnya, ia memulihkan pemerintahan terpusat di Francia dan memulai serangkaian kampanye militer yang membangun kembali kaum Frank sebagai penguasa yang tak perlu dari semua Gaul .
Setelah membangun persatuan di Gaul, perhatian Charles terpanggil untuk konflik asing dengan kemajuan Islam ke Eropa Barat yang menjadi perhatian utama.
Pasukan Arab dan Berber Islam telah menaklukkan Spanyol (711), menyeberangi Pyrenees (720) dan menyita Narbonensis , utama ketergantungan dari Visigoth (721-725).
Setelah tantangan yang terputus-putus, pasukan Arab dan Berber Islam di bawah Abdul Rahman Al Ghafiqi , Gubernur Arab al-Andalus , maju menuju Gaul dan kemudian ke Tours , 'kota suci Gaul'.
Pada Oktober 732, pasukan Khilafah Umayyah dipimpin oleh Al Ghafiqi bertemu pasukan Frank dan Burgundi di bawah Charles antara kota-kota Tours dan Poitiers (Perancis utara-tengah modern).
Perang tersebut mengarah ke kemenangan Frank yang menentukan dan penting secara historis yang dikenal sebagai The Battle of Tour. 
Pertempuran ini mengakhiri invasi Arab terakhir ke Prancis, kemenangan militer yang disebut brilian oleh Charles. (*)
(tribunnews)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel