PKL Menanti Anies-Sandi Menata Kota Tua, Simak Begini Konsep Penataannya…
Monday, 1 January 2018
Edit
Darirakyat.com - Kesemrawutan
sudah menjadi wajah sehari-hari Kota Tua di Jakarta Barat. Trotoar dan jalan
diokupasi pedagang kaki lima (PKL) sudah bukan perkara mengangkut satu-dua
gerobak lagi. Pembiaran yang berlarut-larut telah membuat setiap sudut kawasan
Kota Tua diduduki PKL.
Di
Jalan Lada yang memiliki tujuh lajur misalnya, tiga dari tujuh lajur diokupasi
PKL. Trotoar di kanan kiri juga sama sesaknya oleh gerobak PKL. Akibatnya,
pejalan kaki tumpah ke jalan dan menghambat laju kendaraan.
Kemacetan
lalu lintas ada akhirnya berimbas pada perjalanan bus transjakarta. Di hari
libur seperti Senin (1/1/2017) kemarin, dampak kesemrawutan itu sangat terasa
sebab akses ke halte sampai dibatasi karena bus harus bergantian menembus
kemacetan.
Seperti Tanah Abang
Fahrial,
seorang pengunjung, mengeluhkan kondisi itu. Ia mengatakan seharusnya pedagang
ditertibkan karena sudah sangat mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu
lintas orang dan kendaraan.
"Kalau
pedagang satu-dua mungkin enggak apa-apa. Tapi kalau sudah nutupuin begini
sampai susah lewat ya nggak bisalah, harus ditertibkan," kata dia.
Tak hanya pejalan kaki dan pengendara yang terdampak kesemrawutan
PKL itu. Sesama pedagang pun kesal dengan kegiatan liar tersebut.
Waryani,
pedagang nasi goreng di Lokbin Kota Intan misalnya. Sejak 2001, Waryani
berjualan nasi goreng di depan Museum Wayang dan sekitar Kota Tua secara liar.
Namun akhirnya ia ditempatkan di Lokbin Kota Intan di Jalan Cengkeh. Sayangnya,
Lokbin Kota Intan sepi pengunjung. Waryani menuding hal itu disebabkan akses
yang buruk serta masih adanya PKL liar.
"Itu
harus ditertibkan, supaya penglaris ke sini. Kalau yang di luar masih jualan ya
pengunjung pasti lebih pilih yang sana," ujar Waryani.
Ketika
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengunjungi Lokbin Kota Intan pada
Minggu (31/12/2017), ia mendengar langsung keluhan dan permintaan itu. Namun
Sandiaga mengatakan, pendekatan yang ia dan Anies terapkan terhadap PKL adalah
penataan, bukan penertiban. Ia meminta waktu untuk memikirkan konsep
penataannya.
"Kami mohon tentunya teman-teman para pedagang kecil
untuk beri waktu kami. Karena di luar sana kami tata lebih dari 1.000. Di sini
hanya 456, jadi gimana coba nanti kami ciptakan solusi," ujar Sandiaga
saat itu.
Ia sebelumnya sudah menyatakan akan menata Kota Tua sesaat setelah
dirinya dan Anies meluncurkan konsep penataan Tanah Abang. Namun keduanya tak
pernah mengungkap apakah Kota Tua akan dibuat seperti Tanah Abang yang jalannya
ditutup sehingga PKL bebas berjualan. Sandiaga hanya mengisyaratkan ia akan melakukan
pendataan, sama seperti Tanah Abang.
"Ini
Tanah Abang sudah jalan, harus benar nih jangan sampai begitu didata banyak
lagi yang datang bilang nggak dapat. Kami nggak mau seperti itu, kami mau data
yang akurat," ujar Sandiaga.
Kepala
Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Novriandi S Husodo mengatakan penutupan
jalan mungkin saja terjadi. Namun ia menyarankan agar PKL ditampung di lokasi
binaan seperti Lokbin Kota Intan.
"Diperlukan
lokasi lain untuk PKL yang tidak tertampung di Lokbin Cengkeh. Tapi sebaiknya
tidak di Taman Fatahillah. Bisa juga melakukan pentupan salah satu ruas jalan,
ada jam-jam tertentu dengan kesepakatan bersama dari Dinas UMKM, Dishub, Satpol
PP, dan lainnya," ujar Novriandi.
Sumber: Kompas.com