Simak,,!! Begini Rangkaian Adat yang Akan Dilalui Bobby-Kahiyang...
Thursday, 23 November 2017
Edit
Darirakyat.com -
Seusai menjalani prosesi Haroan Boru dan Mangalehan Marga, Muhammad Bobby Afif
Nasution dan Kahiyang Ayu Siregar akan kembali menjalani rangkaian adat lain
yang dimulai pada Jumat (24/11/2017) pagi.
Manalpokkon
Lahan ni Horja atau memotong kerbau adalah prosesi pembukanya. Pemotongan
kerbau ini akan melewati upacara khusus yang diikuti para raja dan tetua adat.
Dilanjut
dengan Manyantan Gondang dan Gordang Sambilan (membunyikan gendang). Ini adalah
alat musik khas suku Mandailing, berperan penting dalam acara perkawinan,
upacara, dan ritual adat.
Fungsinya
mengiringi acara monortor atau menari adat. Gordang Sambilan terdiri dari
sembilan gendang berukuran besar, biasanya ditabuh oleh dua laki-laki yang
mengenakan baju adat.
Menurut
literatur, gendang ini menjadi alat perkusi dengan diameter terbesar kedua di
dunia. Untuk menabuhnya, harus melalui serangkaian acara adat supaya terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan. Namanya Manyantan Gondang. Pada acara
perkawinan, begitu gendang berbunyi, pertanda Horja Godang (ada kerja besar).
Upacara
Manyantan Gondang dan Gordang Sambilan berbarengan dengan berdirinya
bendera-bendera adat sebagai pertanda Horja Godang. Bendera yang akan berkibar
adalah bendera kebangsaan Merah Putih, bendera raja-raja Desa Na Walu, bendera
Harajaon, bendera Lipan-lipan, bendera Siararabe, dan bendera Alibutongan
(Pelangi).
Selanjutnya adalah prosesi Margalanggang atau Manortor. Sesudah
Manyantan Gondang, acara membuka gelanggang panortoran yang dilaksanakan oleh
Suhut, pengetua adat bermarga Nasution, Lubis, dan marga lain dari Mandailing.
Juga pengetua adat Tabagsel, Inanta Soripada yaitu ibunda Bobby, Ade Hanifah
Siregar, beserta ibu-ibu lainnya, dan Raja Panusunan.
"Raja
Panusunan adalah raja yang akan memimpin persidangan adat. Raja Panusunan pada
acara perkawinan adat Bobby dan Kahiyang adalah H Pandopotan Nasution bergelar
Patuan Kumala Pandapotan," kata Afifudin Lubis bergelar Mangaraja Ihutan
Soripada, Kamis (23/11/2017).
Kemudian
Mangalo-alo Mora atau menyambut kedatangan Mora. Saudara kandung laki-laki dari
Ibu Bobby adalah Mora yang akan disambut dengan rangkaian acara adat. Mora
adalah pihak yang sangat dihormati, apabila datang pada Horja, harus disambut
dengan gembira.
"Dulu
Mora tidak dibenarkan datang sebelum mebat. Seiring perkembangan adat dan kesepakatan
ditempuh, mora datang membawa indahan tompu robu. Setelah itu, Manarimo Tumpak.
Artinya, menerima kedatangan kahanggi, anak boru, dan kelompok masyarakat etnik
yang akan mengantarkan bantuan secara adat sebagai tanda ikut bergembira.
Perwujudan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan," ujar dia.
Afifudin melanjutkan, Sidang Kerapatan Adat atau Maralok-alok
Acara diawali dengan menyuguhkan sirih kepada empunya horja (suhut) kepada
semua pengetua-pengetua adat yang hadir. Kemudian suhut, diikuti kahanggi,
anakboru, dan namora natoras menyampaikan maksud dan tujuan acara hari itu,
yakni memberi tahu para pengetua adat bahwa Bobby dan Kahiyang sudah menikah
dan berharap acara pernikahannya dibesarkan secara adat.
Menyahuti
permintaan suhut, para pengetua adat yang hadir akan memberi pendapat dan
persetujuannya. Pimpinan sidang, Raja Panusunan, menyimpulkan bahwa acara adat
untuk pernikahan Bobby dan Kahiyang dapat dilaksanakan dan diminta semua ikut
berpartisipasi. Sidang ini ditutup dengan Margalanggang.
"Pada
acara ini, diharapkan semua pengetua adat dan kaum ibu ikut manortor. Juga
naposa dan nauli bulung (remaja) sebagai pertanda bergembira akan kedatangan
Kahiyang," ucap Afifudin.
Besoknya, acara dilanjutkan dengan Mata Ni Horja atau puncak acara
adat, yaitu menyambut Presiden Joko Widodo dan keluarganya. Suhut dan anak
borunya menyambut Jokowi di pintu gerbang sebagai tanda kebesaran hati dari
suhut dan anak borunya. Dibunyikanlah Gordang Sambilan dan disambut prosesi adat tortor mundur sampai
gelanggang tempat acara.
"Sampai
tempat acara, Pak Jokowi dan Ibu Iriana diulosi dengan ulos panggobak
ni tondi. Ulos adalah sehelai kain yang ditenun khusus dan bersifat
magis religius, diberikan kepada tamu yang dihormati dengan harapan yang
bersangkutan tetap tegar dan terhindar dari marabahaya," ungkap dia.
"Setelah
pemberian ulos, Pak Jokowi dan istrinya akan manortor. Pak Jokowi diayapi
raja-raja adat. Setelah dia, dilanjut Ibu Iriana manortor diayapi anak borunya,
yaitu Ibu Bobby, Ade Hanifah Siregar, dengan kahangginya," sambung
Afifudin.
Selesai
manortor, dilanjutkan dengan prosesi Membawa Penganten ke Tepian Raya Na
Martua. Di sini, acara khusus Marpangir dilakukan untuk menghanyutkan semua
kenangan masa remaja, lalu didoakan selamat menempuh hidup baru dan memperoleh
keturunan.
Setelahnya,
kedua pengantin diarak kembali dengan prosesi adat ke gelanggang tempat acara
dan dilanjutkan dengan acara penabaian gelar adat kepada Bobby dan Kahiyang.
"Selesai penabaian gelar adat, resmilah mereka memakai gelar
itu sebagai orang yang berumah tangga. Nama kecil tidak boleh dipanggil lagi.
Habis itu, dilanjutkan dengan upacara Mangupa atau Upa-upa atau memberi
restu," ucap dia.
Mangupa
adalah berisi doa, pesan-pesan, dan petunjuk kepada kedua pengantin.
Disampaikan dengan bahasa Mandailing dan dibawakan oleh seorang yang disebut
Datu Pangupa. Tujuannya untuk memperkuat tondi ke dalam tubuh. Dalam bahasa
adat disebut hobol tondi tu badan. Artinya, tondi bersemayam
dalam tubuh dengan aman dan nyaman.
"Dalam
bahasa pangupa digambarkan dengan telur yang direbus, kuning telur dilindungi
oleh putih telur dengan baik. Diharapkan orang yang diupa akan tegar menghadapi
segala tantangan," tambah Afifudin.
Sasaran
dari pangupa adalah tondi. Tondi tidak dapat dipisahkan dari pangupa. Tondi
adalah tenaga spiritual yang memelihara ketegaran jasmani dan rohani agar
serasi, selaras dan seimbang dalam kehidupan seseorang dalam bermasyarakat.
Dalam pandangan adat, Afifudin menjelaskan, manusia seutuhnya terdiri dari tiga
unsur, yaitu badan, jiwa (roh), dan tondi.
Badan
adalah jasad kasar yang terlihat dan dapat diraba. Jiwa (roh) adalah benda
abstrak yang menggerakkan badan kasar tadi. Tondi adalah benda abstrak yang
mengisi dan menuntun badan kasar dan jiwa tadi dengan tuah sehingga seseorang
kelihatan berwibawa dan punya marwah.
"Orang
gila atau rusak akal dianggap tidak martondi. Badannya sehat, jiwanya ada, tapi
karena tondinya tidak ada sebagai penuntun badan kasar dan jiwa tadi, maka dia
menjadi manusia yang tidak normal. Itulah sebabnya tondi itu harus tetap
bersatu dengan badan seseorang. Di sinilah pangupa memegang peranan," kata
dia.
Acara
terakhir adalah Ajar Poda. Ini adalah nasihat-nasihat yang diberikan kepada
mempelai sebagai bekal berumah tangga oleh kedua orangtuanya dan raja-raja
adat. Selesai Ajar Poda, dilanjutkan dengan Tor-Tor Somba. Pada tarian adat ini
nanti, Bobby dan Kahiyang manortor di hadapan kedua orangtuanya sebagai tanda
terima kasih dan penghormatan, juga kepada raja-raja adat.
"Acara
horja ditutup Raja Panusunan dengan Manyoda Gordang dan mengucapkan Horas
sebanyak tiga kali," tutur Afifudin.
Sumber: Kompas.com