Simak,,!! Begini Rangkaian Adat yang Akan Dilalui Bobby-Kahiyang...


Darirakyat.com - Seusai menjalani prosesi Haroan Boru dan Mangalehan Marga, Muhammad Bobby Afif Nasution dan Kahiyang Ayu Siregar akan kembali menjalani rangkaian adat lain yang dimulai pada Jumat (24/11/2017) pagi.

Manalpokkon Lahan ni Horja atau memotong kerbau adalah prosesi pembukanya. Pemotongan kerbau ini akan melewati upacara khusus yang diikuti para raja dan tetua adat.
Dilanjut dengan Manyantan Gondang dan Gordang Sambilan (membunyikan gendang). Ini adalah alat musik khas suku Mandailing, berperan penting dalam acara perkawinan, upacara, dan ritual adat.

Fungsinya mengiringi acara monortor atau menari adat. Gordang Sambilan terdiri dari sembilan gendang berukuran besar, biasanya ditabuh oleh dua laki-laki yang mengenakan baju adat.

Menurut literatur, gendang ini menjadi alat perkusi dengan diameter terbesar kedua di dunia. Untuk menabuhnya, harus melalui serangkaian acara adat supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Namanya Manyantan Gondang. Pada acara perkawinan, begitu gendang berbunyi, pertanda Horja Godang (ada kerja besar).

Upacara Manyantan Gondang dan Gordang Sambilan berbarengan dengan berdirinya bendera-bendera adat sebagai pertanda Horja Godang. Bendera yang akan berkibar adalah bendera kebangsaan Merah Putih, bendera raja-raja Desa Na Walu, bendera Harajaon, bendera Lipan-lipan, bendera Siararabe, dan bendera Alibutongan (Pelangi).

Selanjutnya adalah prosesi Margalanggang atau Manortor. Sesudah Manyantan Gondang, acara membuka gelanggang panortoran yang dilaksanakan oleh Suhut, pengetua adat bermarga Nasution, Lubis, dan marga lain dari Mandailing. Juga pengetua adat Tabagsel, Inanta Soripada yaitu ibunda Bobby, Ade Hanifah Siregar, beserta ibu-ibu lainnya, dan Raja Panusunan.

"Raja Panusunan adalah raja yang akan memimpin persidangan adat. Raja Panusunan pada acara perkawinan adat Bobby dan Kahiyang adalah H Pandopotan Nasution bergelar Patuan Kumala Pandapotan," kata Afifudin Lubis bergelar Mangaraja Ihutan Soripada, Kamis (23/11/2017).

Kemudian Mangalo-alo Mora atau menyambut kedatangan Mora. Saudara kandung laki-laki dari Ibu Bobby adalah Mora yang akan disambut dengan rangkaian acara adat. Mora adalah pihak yang sangat dihormati, apabila datang pada Horja, harus disambut dengan gembira.

"Dulu Mora tidak dibenarkan datang sebelum mebat. Seiring perkembangan adat dan kesepakatan ditempuh, mora datang membawa indahan tompu robu. Setelah itu, Manarimo Tumpak. Artinya, menerima kedatangan kahanggi, anak boru, dan kelompok masyarakat etnik yang akan mengantarkan bantuan secara adat sebagai tanda ikut bergembira. Perwujudan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan," ujar dia.

Afifudin melanjutkan, Sidang Kerapatan Adat atau Maralok-alok Acara diawali dengan menyuguhkan sirih kepada empunya horja (suhut) kepada semua pengetua-pengetua adat yang hadir. Kemudian suhut, diikuti kahanggi, anakboru, dan namora natoras menyampaikan maksud dan tujuan acara hari itu, yakni memberi tahu para pengetua adat bahwa Bobby dan Kahiyang sudah menikah dan berharap acara pernikahannya dibesarkan secara adat.

Menyahuti permintaan suhut, para pengetua adat yang hadir akan memberi pendapat dan persetujuannya. Pimpinan sidang, Raja Panusunan, menyimpulkan bahwa acara adat untuk pernikahan Bobby dan Kahiyang dapat dilaksanakan dan diminta semua ikut berpartisipasi. Sidang ini ditutup dengan Margalanggang.

"Pada acara ini, diharapkan semua pengetua adat dan kaum ibu ikut manortor. Juga naposa dan nauli bulung (remaja) sebagai pertanda bergembira akan kedatangan Kahiyang," ucap Afifudin.

Besoknya, acara dilanjutkan dengan Mata Ni Horja atau puncak acara adat, yaitu menyambut Presiden Joko Widodo dan keluarganya. Suhut dan anak borunya menyambut Jokowi di pintu gerbang sebagai tanda kebesaran hati dari suhut dan anak borunya. Dibunyikanlah Gordang Sambilan dan disambut prosesi adat tortor mundur sampai gelanggang tempat acara.

"Sampai tempat acara, Pak Jokowi dan Ibu Iriana diulosi dengan ulos panggobak ni tondi. Ulos adalah sehelai kain yang ditenun khusus dan bersifat magis religius, diberikan kepada tamu yang dihormati dengan harapan yang bersangkutan tetap tegar dan terhindar dari marabahaya," ungkap dia.

"Setelah pemberian ulos, Pak Jokowi dan istrinya akan manortor. Pak Jokowi diayapi raja-raja adat. Setelah dia, dilanjut Ibu Iriana manortor diayapi anak borunya, yaitu Ibu Bobby, Ade Hanifah Siregar, dengan kahangginya," sambung Afifudin.

Selesai manortor, dilanjutkan dengan prosesi Membawa Penganten ke Tepian Raya Na Martua. Di sini, acara khusus Marpangir dilakukan untuk menghanyutkan semua kenangan masa remaja, lalu didoakan selamat menempuh hidup baru dan memperoleh keturunan.

Setelahnya, kedua pengantin diarak kembali dengan prosesi adat ke gelanggang tempat acara dan dilanjutkan dengan acara penabaian gelar adat kepada Bobby dan Kahiyang.

"Selesai penabaian gelar adat, resmilah mereka memakai gelar itu sebagai orang yang berumah tangga. Nama kecil tidak boleh dipanggil lagi. Habis itu, dilanjutkan dengan upacara Mangupa atau Upa-upa atau memberi restu," ucap dia.

Mangupa adalah berisi doa, pesan-pesan, dan petunjuk kepada kedua pengantin. Disampaikan dengan bahasa Mandailing dan dibawakan oleh seorang yang disebut Datu Pangupa. Tujuannya untuk memperkuat tondi ke dalam tubuh. Dalam bahasa adat disebut hobol tondi tu badan. Artinya, tondi bersemayam dalam tubuh dengan aman dan nyaman.

"Dalam bahasa pangupa digambarkan dengan telur yang direbus, kuning telur dilindungi oleh putih telur dengan baik. Diharapkan orang yang diupa akan tegar menghadapi segala tantangan," tambah Afifudin.

Sasaran dari pangupa adalah tondi. Tondi tidak dapat dipisahkan dari pangupa. Tondi adalah tenaga spiritual yang memelihara ketegaran jasmani dan rohani agar serasi, selaras dan seimbang dalam kehidupan seseorang dalam bermasyarakat. Dalam pandangan adat, Afifudin menjelaskan, manusia seutuhnya terdiri dari tiga unsur, yaitu badan, jiwa (roh), dan tondi.

Badan adalah jasad kasar yang terlihat dan dapat diraba. Jiwa (roh) adalah benda abstrak yang menggerakkan badan kasar tadi. Tondi adalah benda abstrak yang mengisi dan menuntun badan kasar dan jiwa tadi dengan tuah sehingga seseorang kelihatan berwibawa dan punya marwah.

"Orang gila atau rusak akal dianggap tidak martondi. Badannya sehat, jiwanya ada, tapi karena tondinya tidak ada sebagai penuntun badan kasar dan jiwa tadi, maka dia menjadi manusia yang tidak normal. Itulah sebabnya tondi itu harus tetap bersatu dengan badan seseorang. Di sinilah pangupa memegang peranan," kata dia.

Acara terakhir adalah Ajar Poda. Ini adalah nasihat-nasihat yang diberikan kepada mempelai sebagai bekal berumah tangga oleh kedua orangtuanya dan raja-raja adat. Selesai Ajar Poda, dilanjutkan dengan Tor-Tor Somba. Pada tarian adat ini nanti, Bobby dan Kahiyang manortor di hadapan kedua orangtuanya sebagai tanda terima kasih dan penghormatan, juga kepada raja-raja adat.

"Acara horja ditutup Raja Panusunan dengan Manyoda Gordang dan mengucapkan Horas sebanyak tiga kali," tutur Afifudin.


Sumber: Kompas.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel