Miliarder Ini Rawat Istrinya Lumpuh 25 Tahun, Saat Diminta Nikah Lagi Jawabannya Bikin Istri Nangis, Simak Kisahnya
Thursday 12 October 2017
Edit
Darirakyat.com - Kekuatan cinta memang tak bisa menghalangi untuk tetap
menjaga kesetian terhadap pasangannya.
Banyak
kisah yang menceritakan kesetiaan seorang suami terhadap istri dan sebaliknya
yang rela menjaga meski dalam kondisi salah satunya sudah tak lagi sesehat
dulu.
Seperti
kisah sepasang suami istri yang dibagikan pengguna Facebook, Tommy Dyan Kurnia
Putra.
Tommy
membagikan kisah seorang suami, yakni Eko Pratomo Suyatno yang rela merawat istrinya yang sudah lumpuh selama
25 thaun.
Diceritakan,
Eko yang dikenal sebagai seorang miliader ini dengan penuh cinta merawat istrinya yang sakit.
Eko
pun tak mengizinkan anak-anaknya untuk merawat istrinya dengan alasan yang
mengharukan.
Berikut kisah lengkapnya:
"Kisah Nyata...
Sang Miliader, Merawat Sendiri Istri Selama 25 Tahun.
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja
ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan
keuangan.
Dialah salah seorang tokoh di balik kemajuan industri reksadana
di Indonesia sekarang ini, juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan
investasi reksa dana besar di negeri ini. Ia tergolong miliader.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita
beranggapan, pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat.
Tulisan ini, bukan hendak menyoroti kesuksesan beliau sebagai
eksekutif. Tetapi, kesehariannya yang luar biasa.
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang
sudah senja, bahkan sudah mendekati malam. Tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Cobaan menerpa, tatkala istrinya melahirkan anak yang ke empat.
Tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2
tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah, bahkan terasa
tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian
memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat
tidur. Dia gendong istrinya ke depan TV, agar tidak merasa kesepian. Istrinya sudah tidak dapat bicara, selalu
hanya terlihat senyum.
Untunglah kantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari
kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya untuk
makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa
saja yang dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi
lewat tatapan mata, namun bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan.
Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap
berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun.
Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa,
tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari…
Saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya –
karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga
masing-masing – Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia
inginkan hanya satu: Semua anaknya dapat berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, si anak sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. Bahkan bapak tidak
ijinkan kami menjaga ibu,” kata si sulung dengan air mata berlinang.
“Sudah ke empat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi,
kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak?
Dengan berkorban seperti ini, kami tidak tega melihat bapak, kami berjanji
akan merawat ibu
sebaik-baiknya secara bergantian,” tambah si sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku… Jika perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk
nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tetapi ketahuilah, dengan adanya ibu
kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan
kalian." Sejenak kerongkongannya tersekat.
"Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan
penuh cinta, tidak satu pun dapat dihargai dengan apa pun. Coba kalian tanya
ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini? Kalian
menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang
masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?” Pak Suyatno
menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak- anaknya.
Meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Mereka juga menyaksikan
butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno, yang dengan pilu
menatap mata suami yang sangat dicintainya.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta di Jakarta untuk menjadi narasumber. Host mengajukan pertanyaan
kepada Pak Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yang sudah tidak bisa
apa-apa? Di saat itulah meledak tangis Pak Suyatno, bersama tamu yang hadir di
studio yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru.
Pak Suyatno bercerita: “Jika manusia di dunia ini mengagungkan
sebuah cinta dalam perkawinan tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran,
perhatian, semua itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, yang sewaktu sehat dia dengan sabar merawat saya, mencintai saya
dengan hati dan bathinnya, bukan dengan mata.
Dia memberi saya empat anak yang lucu-lucu. Sekarang saat dia
sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintai dia apa adanya. Jika
dia sehat pun, saya belum tentu mau mencari penggantinya, apalagi dia sakit,”
katanya sembari berurai air mata.
Setiap malam saya bersujud dan menangis. Saya hanya dapat
bercerita kepada Allah di atas saja. Saya yakin hanya kepada Allah saya percaya
untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya. Cinta saya kepada istri saya,
sepenuhnya saya serahkan kepada Allah."
Kisah
mengharukan ini ternyata menyentuh para netizen yang membacanya.
Seperti
yang dituliskan pemilik akun Aprianti Kartati "kisah nyata yg menyentuh
hatiku membuat air mata jatuh tak tertahan,thanks punya Bapak yg luar biasa
mencintai seorang ibu.".
Belum
ada konfirmasi langsung kepada Eko Pratomo Suyatno terkait kebenaran dari kisah
itu.
Dari
kisah tersebut membuktikan kalau kekuatan cinta memang bisa mengalahkan
segalanya.
Semoga
dari kisah itu bisa menginspirasi banyak pasangan untuk bisa menerima satu sama
lain. (medan.tribunnews.com)