Lagi, Acara ILC Akan Ngomporin Soal “UU Pemilu: DPR Terbelah, Rakyat Bingung”
Friday, 28 July 2017
Edit
Darirakyat.com -- Kalau DPR
terbelah seperti kapal yang pecah di lautan tidak bertuan, ya terserah, itu
urusan mereka. Tapi kalau isu yang dimunculkan berupa pernyataan bahwa rakyat
bingung soal Undang-Undang Pemilu, maka pertanyaan saya dimana bingungnya?
Bingung soal Presidential Threshold yang minimal 20 persen itu? Sini saya
ajarin.
Presidential
Threshold adalah ambang batas pencalonan presiden untuk Pilpres. Ambang batas
ini yang menjadi syarat untuk mengajukan calon Presiden pada Pilpres 2019. Jadi
kalau jumlah yang coblos Gerindra hanya 1 persen, maka Prabowo Subianto tidak
bisa diajukan jadi calon Presiden Republik Indonesia, minimal harus 20%.
Jadi
sudah jelas kan? Tidak ada lagi yang perlu dibingungkan seperti pernyataan
bombastisnya Karni Ilyas dengan acara andalannya itu, ILC.
Lihat saja status Twitternya Karni Ilyas itu. Ya beginilah tipikal TV milik Aburilizal Bakrie yang bisanya hanya ngompor-ngomporin untuk menjatuhkan kewibawaan pemerintah. TV tidak mendidik, memicu perdebatan sehingga membuat kegaduhan. Para narasumbernya yang diundang itu-itu melulu, Yusril Ihza Mahendra and the gang, gerombolan pembangkang pemerintah.Dear Pencinta ILC: Diskusi ILC Selasa pkl 19.30 Wib berjudul, "UU Pemilu: DPR Terbelah, Rakyat Bingung". Selamat menyaksikan.— Karni ilyas (@karniilyas) July 24, 2017
Topik-topik
yang diangkat juga tidak mendidik dan tidak ada manfaatnya sama sekali bagi
mayarakat yang menontonnya. Tema yang diangkat seputaran Jokowi dan Ahok, kalau
bukan Jokowi, maka Ahok, kalau bukan Ahok, maka Jokowi. Begitu Ahok dipenjara,
sasaran tembakmereka kini Jokowi.
Yang
jelas, acara ini merupakan ancaman bagi pemerintah. Secara tidak langsung,
negara dirugikan dengan adanya acara seperti ILC ini. Selain itu, fitrah acara
tersebut juga sudah tidak sesuai lagi dengan judul acara. Judulnya ILC, yaitu
Indonesia Lawyer Club, yang artinya membahas secara khusus seputaran dunia
pengacara Indonesia.
Tapi
coba simak isi acara itu, bertolak-belakang dan lebih cenderung bermain dalam
ranah politik praktis dengan tujuan untuk mendiskreditkan pemerintah dan
menggerus kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Tak ubahnya sinetron
percintaan yang penuh dengan intrik dan konflik.
Risiko
kerugian negara akibat acara yang tidak bermutu ini sangat besar, salah satunya
yaitu potensi hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi serta
rentan terhadap keberlangsungan program-program yang digagas oleh pemerintah.
Akibat
yang ditimbulkan pun sangat fatal, yaitu menggiring masyarakat agar tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk menganalisa dengan baik kondisi politik regional
dalam negeri akibat racun doktrin yang diterbarkan oleh para narasumber
gerombolan pembangkang pemerintah.
Bagi
para gerombolan pembangkang tersebut, semakin digoreng, semakin nikmat untuk
menggiring masyarakat ke arah ketidakpastian. Artinya akurasi dan tingkat
kerusakan sel-sel kewarasan juga akan semakin tidak terukur.
Perbedaan
acara ILC ini dan acara-acara lainnya, contohnya seperti Mata Najwa yaitu
terletak pada kewarasan topik yang dibahas. Sama-sama bahas tetang politik,
namun ILC lebih vulgar dalam mebombastis tema acara.
Ini
tugas KPI untuk memfilter acara-acara yang tidak mendidik masyarakat. Pihak Kepolisan
juga tidak perlu mengirim narasumber dari Polri untuk menghadiri acar tersebut.
Karena saya melihat selalu hadir dari Divisi Humas Polri. Ini sebetulnya tidak
perlu dilakukan oleh Polri.
KPI
harusnya proaktif dengan perencanaan pengelolaan risiko berupa protap atau
prosedur untuk menghadapi dampak dan akibat dari penayangan acara-acara
televisi yang tidak mendidik yang menyerang pemerintah sehingga timbulnya
kegaduhan-kegaduhan dalam masyarakat.
Serangkaian
isu dan topik yangmereka desain selama ini dalam acara ILC tersebut tidak ada
satupun topik yang mendukung pemerintah. Semuanya bertentangan dan berlawanan
demi rating serta politisasi Aburizal Bakrie terhadap pemerintah.
Acara
ILC ini tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat pada umumnya
dan pemerintah pada khususnya. Oleh karena itu, penertiban oleh KPI harus
dilakukan sejak dini oleh KPI sebagai Komisi Penyiaran sebelum bencana yang
sesungguhnya terjadi, bukan pada saat dan setelah bencana menimpa.
Melalui
artikel ini, saya sarankan kepada para pembaca untuk tidak menonton acara ILC
nanti malam karena sama sekali tidak memberikan manfat yang signifikan dalam
upaya mecerdaskan bangsa, kecuali konflik yang ditimbulkan.
Ini
bukan ajakan boikot memboikot seperti yang sering dilakukan oleh para bani
boikot dari tetangga sebelah. Akan tetapi saya ingin tahu dengan tidak
dtontonnya acara ILC, apakah ratingnya tetap tinggi atau ambruk tidak berdaya.
Dengan
demikian Aburizal Bakrie dan TvOne akan berpikir seribu kali untuk bikin acara
yang menyerang pemerintah dengan cara licik yang dibungkus dengan halus. (seword.com)