Perbedaan Hasil Kerja Era Jokowi dan Era SBY Terkuak, Begini Kata Pengamat
Sunday 18 September 2022
Edit
Foto udara Tol Pekanbaru-Dumai di Riau, Sabtu (26/9/2020). Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,5 Kilometer ini yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 26 September 2020 |
Darirakyat.com - Pengamat sekaligus Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pembangunan infrastruktur Presiden Joko Widodo, jelas jauh lebih baik dibanding era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Adi mengajak publik supaya jernih mempelajari fakta perbandingan keduanya untuk menghindari klaim sepihak.
"Infrastruktur misalnya, dalam dua periode pemerintahan Jokowi ini, pembangunan jalan tol sepanjang 1.540,1 km di seluruh Indonesia bisa diselesaikan dengan kurun waktu tujuh tahun. Pembangunan infrastruktur Jokowi jelas jauh lebih baik," kata Adi.
Adi menjelaskan, perkembangan pembanguan jalan tol itu sangat pesat dibanding pada masa kepemimpinan SBY. Adi menyebut, pada pemerintahan SBY pembangunan jalan tol tidak semasif itu.
"Pembangunan ini sangat mencolok perkembangannya karena pada periode sebelumnya, pada masa presiden SBY sepanjang 189,2 km jalan tol baru rampung setelah pembangunan 10 tahun," tuturnya.
Dari sisi pembangunan atau konstruksi bandara juga mencolok perbedaannya. Pada masa SBY, sebanyak 24 pembangunan bandara rampung dalam kurun waktu 10 tahun. Sedangkan pada pemerintahan sekarang, raihannya lebih dari itu.
"Kemudian pada masa kepemimpinan Jokowi sebanyak 29 konstruksi bandara telah selesai dilakukan dan infonya menargetkan 9 konstruksi bandara lagi akan selesai pada 2023, sebelum periode kepemimpinan berakhir,” sambung Adi.
Bahkan, jika melihat hasil survei kepuasan publik kepada pemerintah, pembangunan infrastruktur menempati rangking pertama kepuasaan publik kepada Jokowi.
Adi juga menyinggung pernyataan SBY yang menyebut Pilpres 2024 telah di-setting dua pasangan calon presiden. Menurutnya, hal tersebut merupakan pernyataan politik biasa menjelang pemilu.
"Saat ini situasinya memang sedang hangat jelang tahun politik. Tapi kita semua harus tahu bahwa dua paslon terjadi sejak pilpres 2014 dan 2019 lalu. Tapi tak ada yang menuding itu hasil setting-an," sebut Adi. (wartaekonomi.co.id)