Dahlan Iskan Bela Vaksin Nusantara yang Dituding Berbahaya: Bukan Urusan BPOM
Thursday, 15 April 2021
Edit
Darirakyat.com - Vaksin Nusantara yang sedang dikembangkan mantan Menteri Kesehatan RI, Dokter Terawan Agus Putranto, terus mendapat serangan dari BPOM dan para epidemolog.
Sebelumnya Vaksin Nusantara disebut punya dampak negatif dan berbahaya oleh BPOM, seperti tidak memenuhi aturan penelitian, dan berefek negatif hingga 70 persen terhadap para relawan.
Selain itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapjan, Vaksin Nusantara tidak dikembangkan di Indonesia, melainkan di Amerika Serikat.
Menurut Wiku, Indonesia hanya menjadi tempat uji klinis bagi Vaksin Nusantara yang didominasi oleh peneliti asing.
“Vaksin Nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika Serikat, dan diujicobakan di Indonesia,” kata Wiku dalam jumpa pers virtual, Kamis 14 April 2021.
Terkait tudingan tudingan tersebut, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah beberapa kali menyampaikan dukungannya lewat beberapa tulisan yang diterbitkan lewat situs disway.id.
Salah satunya terkait vaksin Nusantara yang buatan Amerika. Dahlan Iskan menulis begini:
“Kan ini teknologi Amerika. Mengapa disebut Vaksin Nusantara?” Tanya saya.
“Karena di Amerika sendiri belum dikembangkan. Pengembangan pertamanya dilakukan di Indonesia. Dengan peralatan sepenuhnya buatan Indonesia,” ujar Haryono Winarta
Saya kenal Haryono itu. Saya selalu memanggilnya Ming. Nama Tionghoanya memang.
Ling Ming Ming. Arek Suroboyo asli. Ming-lah yang mendampingi dokter Terawan. Mertua Ming memang punya pabrik obat besar di Surabaya. Yang selama ini juga memproduksi obat-obat resep dokter untuk pasien Covid-19.
Ming lulusan SD YPPI Kapasari, Surabaya. Lalu disekolahkan ke Singapura.
Ayahnya adalah kontraktor drilling minyak mentah. Maka Ming bisa langsung meneruskan kuliah di Amerika. Ia ambil ekonomi dan Marketing. Sampai S-3 (PhD).
Teman-teman sekolahnya di Amerika, kita sudah kenal semua: Erick Thohir, Sandiaga Uno, Moh Luthfi, dan Rosan Roeslani Semua sedang menjadi menteri-mungkin rosan menyusul entah jadi apa.
Jaringan Amerikanya itulah yang membuat Ming bisa dipercaya mengembangkan vaksin itu di Indonesia.
Amerika juga sangat percaya dengan kemampuan dokter terawan. Apalagi Terawan sendiri yang memimpin tim Vaksin Nusantara ini…
Kalau vaksin Nusantara bisa menjadi kenyataan saya pun berani bilang: Terawan memang hanya sebentar menjadi menteri kesehatan tapi jejak yang ditinggalkannya sangat panjang dan dalam. Bagi bangsa ini.
Tentu ada nama lain yang disebut: Prof Dr Taruna Ikrar. Beliau orang Indonesia. Tapi menjadi dosen di Universty of California Irvine. Kampusnya sekitar 1,5 jam dari Los Angeles.
Aslinya Prof Ikrar dari Makassar. Masih kerabat dengan Kapolda Metro Jaya sekarang: Moh Fadil Imran. Setelah menjadi dokter dari Universitas Indonesia Ikrar pernah bertugas di Puskesmas Jakarta Selatan. Juga di beberapa daerah lainnya. Lalu ke Amerika Serikat.
Ketika Dokter Terawan menjadi menteri kesehatan, Prof Ikrar diangkat menjadi ketua Konsil Kedokteran Indonesia. Itulah badan yang sangat menentukan dalam meregristasi dokter. Baik lulusan dalam maupun luar negeri. Lalu memperbarui regristasi itu tiap lima tahun…
Bukan cuma terkait tudingan vaksin Nusantara berasal dari Amerika. Dahlan Iskan juga memberi pendapat soal serangan serangan BPOM ke vaksin nusantara.
Menurut dia, keputusan tim vaksin Nusantara untuk tetap melanjutkan penelitian hingga ke tahap II sudah tidak perlu dicampuri lagi oleh BPOM. Karena tidak ada hubungan apa apa lagi.
Jika misalnya penelitian tersebut terbukti, barulah diserahkan ke pihak berwenang apakah diterima atau tetap ditolak.
“Mengapa BPOM menyerang VakNus?
Memang salah satu tugasnya adalah itu. BPOM harus begitu. Mungkin VakNus dianggap menantang-nantang. Dengan cara tetap melakukan uji coba lanjutan Vaksin Nusantara. Padahal izin uji coba fase II tidak ada. Sudah ditolak. Bahkan, kalau mau, VakNus harus memulai lagi dari 0. Dari uji coba di binatang.
Dengan demikian bisa saja apa yang dilakukan tim VakNus di RS Gatot Subroto itu dianggap ilegal. Bahkan itu tadi: menantang.
Saya mencoba berkepala dingin. Saya ambil pikiran positif dulu. Mengapa dokter Letnan Jenderal Terawan tetap melakukan uji coba VakNus?
Kalau tidak bocor ke media sebenarnya tidak ada kesan menantang itu. Terawan melakukan itu dengan sunyi. Tapi medsos langsung ramai. Mereka, para relawan itu, yang memasang foto diri saat dilakukan pengambilan darah. Dengan rasa bangga. Nasionalis. Bela bangsa.
Lalu ramai. Keluarlah balasan yang sangat keras dari BPOM itu.
Saya menduga begini: dengan ditolaknya permintaan izin uji coba fase II oleh BPOM, tim VakNus menganggap urusan tim itu dengan BPOM sudah selesai. Tidak ada hubungan apa-apa lagi: tim VakNus sudah di luar BPOM dan BPOM sudah di luar tim VakNus.
Kecuali tim VakNus menyatakan akan menuruti keinginan BPOM tersebut. Maka tim VakNus harus terus berada di jalur BPOM,” tulis Dahlan Iskan.
Menurut dia, vaksin yang dikembangkan di RSPAD Gatot Subroto itu, ibarat bayi yang bapaknya adalah Ilmuwan dari Amerika.
“Kini sang ”ayah” sudah pulang ke Amerika. Tidak ada lagi uji coba fase II –ala BPOM. Bayi itu harus digugurkan.
Tapi sang ibu tidak mau menggugurkannya. Dia mencari sendiri tempat melahirkan.
Tentu tidak bisa lagi melahirkan di rumah sakit umum. Di situ akan ditanya: mana izin melahirkannya.
Sang ibu punya rumah sakit sendiri: RSPAD. Di situlah dia bisa melahirkan. Izinnya tentu datang dari pimpinan RSPAD itu sendiri –dan itu adalah dokter Terawan sendiri,” tulisnya lagi.
Dahlan Iskan pun yakin uji coba vaksin Nusantara itu akan terus berlanjut karena mendapat izin dari pimpinan TNI AD.
“Dari surat itu saya yakin uji coba lanjutan VakNus akan berlanjut di RSPAD. Di luar birokrasi BPOM. Targetnya bukan lagi untuk masuk program vaksinasi nasional. Targetnya adalah ”Purwodadi kuthane….”.
Setelah terbukti kelak, barulah terserah, mau diapakan bayi yang terbukti bisa tumbuh baik itu –kalau terbukti bisa tumbuh.
Perkiraan saya: TNI AD berkepentingan dengan penelitian ini. Itu menyangkut ketahanan nasional yang sangat mendasar.
Di banyak negara militer turun tangan. Pun di Tiongkok. Vaksin Sinovac dan CanSino lahir dari militer. Yang prosedurnya dipercepat. Yang relawan awalnya adalah anggota tentara.
Pimpinan tertinggi laboratorium militer di Wuhan, Mayor Jenderal Chen Wei, wanita, ahli virus, menjadi relawan pertama –disuntik beneran. Dia sampai pamit ke putri tunggalnya untuk menerima risiko terberat. Tapi sang putri percaya ibunyi adalah ahli virus. Dan lagi ibunyi itu tentara –begitulah cara harus mengabdi ke negeri,” tulisnya lagi.
Karenai itu, menurut Dahlan, uji coba fase II Vaksin Nusantara di RSPAD sekarang ini, mestinya, bukanlah uji coba fase II di bawah BPOM. Itu adalah fase II uji coba Vaksin Nusantara di luar jangkauan BPOM. Atau apalah namanya.
“Kata ”vaksin” di situ jangan-jangan juga bukan ”vaksin” dalam pengertian definisi BPOM. Mestinya sikap BPOM, maksimal, adalah ”tidak tahu menahu uji coba” tersebut. Selesai. Tidak harus serang sana-sini.
VakNus sendiri kelihatannya akan tetap lahir dari kandungan ibunya –tanpa ditunggui ayahnya. Tentu sepanjang ada relawan yang sama-sama ikut berjuang.
Jangan-jangan, berkat jasa relawan, VakNus pada saatnya nanti akan melanjutkan lagi uji coba fase III. Dengan relawan sampai 6.000. Lalu uji coba lagi fase IV, dengan relawan 30.000. Lalu fase V, 120.000. Dan seterusnya: 1.500.000,” ungkapnya. (makassar.terkini.id)