Aksi Anies Makan di Pinggir Jalan Agak Janggal, Pengamat Bilang Begini




Darirakyat.com - Belakangan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sering kedapatan makan di warung pinggiran, mulai dari makan di warteg hingga warung gudeg.

Banyak komentar yang dilontarkan warganet dari gambar yang diposting orang nomor satu di DKI Jakarta di akun sosial pribadinya.

Melihat fenomena itu, pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI) Lisman Manurung berpendapat, dalam hal ini cukup dirasa janggal. Pasalnya, Anies bukan orang yang memiliki kebiasaan makan di warung pinggiran sejak dulu.

"Ini kan tiba-tiba. Kenapa enggak dari dulu. Ya agak janggal saja sih," kata Lisman sebagaimana dikutip dari SINDOnews di Jakarta, Rabu (24/3/2021).

Berbeda jika sejak dulu Anies memang memiliki kebiasaan makan di warung pinggir jalan maka ketika dia menjadi pejabat dan melakukan hal yang sama sehingga tidak akan menjadi pertanyaan. Lisman menduga, Anies sedang menarik perhatian publik dan masyarakat dengan berbagai upaya, termasuk dengan makan di warung pinggir jalan.

"Iya bisa jadi menarik perhatian. Dengan begitu (makan di warung pinggir jalan) bisa dipersepsikan beliau adalah orang yang merakyat," tukasnya.



Hal yang dilihat Lisman adalah kemungkinan juga ini menjadi upayanya dalam menampik pro kontra proyek sirkuit balapan Formula E. Dengan berbagai opini terhadap proyek tersebut, kata dia, maka Anies merasa ada yang harus dialihkan.

"Di tengah tudingan perhatian terhadap industri kecil itu tersisih dengan proyek balap mobil, mungkin beliau merasa ada yang harus dialihkan. Hanya ingin menunjukkan bahwa proyek besar tidak menunjukkan apa-apa," tambahnya.

Menjadikan kawasan Monas sebagai sirkuit itu memang belum pernah dilakukan oleh gubernur-gubernur terdahulu. Terlebih kawasan Monas dianggap "sakral" oleh banyak orang sehingga tidak ada yang berani mengubahnya secara total.

"Sekarang kalau ditanya itu kan tidak populer punya satu balap. Ini agak beda. Menerabas banyak hal yang sebelumnya dianggap itu jangan diutak-atik Monas lah. Kan orang merasa itu keramat. Dia (Anies) berhasil membawa yang diharapkan berubah tapi bukan perubahan tapi ketidakpahaman publik," pungkasnya.

Terkait ajang Formula E, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan perlombaan mobil balap listrik tersebut tetap jalan terus sebab Pemprov DKI tak dapat memutus secara sepihak.

"Tidak ada program yang diputus secara sepihak," kata Riza.

Sementara ketika ditanya perihal anggaran Formula E yang besarannya hampir Rp1 triliun itu, dia menyatakan proses penganggaran telah disetujui oleh DPRD DKI Jakarta.

"Proses penganggaran juga dapat persetujuan DPRD. Artinya, sudah melalui proses baik dan benar," ucap dia.

Hal senada disampaikan oleh Project Director Sportainment PT Jakarta Propertindo (Jakpro), M. Maulana. Ia mengatakan Pemprov DKI Jakarta dipastikan tetap menggelar Formula E atau Eprix dan tidak akan menarik uang commitment fee yang sudah dibayar pada Federation Otomotif International (FIA).

"Kita tidak mau membatalkan Formula E di Jakarta, hanya menunda saja. Karena itu, commitment fee yang sudah dibayarkan akan digunakan untuk pelaksanaan event ini 2022 nanti," ujar Project Director Sportainment PT Jakarta Propertindo (Jakpro), M. Maulana.

Kata dia, Formula E masih memberikan keuntungan materil dan immateril bagi Ibu Kota. Secara materil, lanjutnya, akan jadi salah satu pemicu bangkitnya kembali ekonomi Jakarta dan Tanah Air buntut pandemi Covid-19.

Sebab, buntut gelaran Formula, diyakini banyak orang dari dalam dan luar negeri datang ke Ibu Kota. Di saat bersamaan, mereka mengeluarkan uang guna belanja maupun menginap di Jakarta.

"Bayangkan, jutaan orang akan menikmati perhelatan ini, termasuk warga negara dunia lainnya yang menonton melalui siaran televisi internasional. Formula E akan sangat menguntungkan bagi Jakarta dan warganya," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya memastikan uang commitment fee yang telah dibayar nantinya tidak akan hangus.

"Dana tersebut tidak hangus karena Jakarta Eprix ditunda hingga tahun 2022, maka uang yang sudah dibayarkan akan digunakan untuk event di tahun 2022," katanya lagi

Perlu diketahui, Gubernur Anies Baswedan beserta jajaran Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan hampir Rp1 triliun dalam dua tahun, yakni di tahun 2019 dan 2020 untuk penyelenggaraan balap mobil listrik Formula E di Jakarta.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan DKI Jakarta mencatat, berdasar transaksi keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Tahun Anggaran 2019 hingga 2020, Anies telah membayar Rp983,31 miliar kepada Formula E Operations (FEO).

"Berdasarkan penelitian transaksi keuangan terkait penyelenggaraan Formula E diketahui bahwa pembayaran yang telah dilakukan kepada FEO adalah senilai 53 juta pound Inggris atau setara Rp983,31 miliar," tulis laporan BPK Perwakilan DKI Jakarta yang dilihat di Jakarta.

Pembayaran total tersebut memiliki rincian fee yang dibayarkan pada tahun 2019 senilai 20 juta pound Inggris atau setara Rp360 miliar. Selanjutnya, pada tahun 2020 fee yang dibayarkan senilai 11 juta pound Inggris atau setara Rp200,31 miliar. Sementara, bank garansi yang dibayarkan senilai 22 juta pound Inggris atau setara Rp423 miliar. (sindonews.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel