Ternyata Menag Jenderal (Purn) Fachrul Razi Sebelumnya Sering Beri Ceramah di Masjid, Tugas dari Jokowi Minta Urus Radikalisme. Begini Tekadnya



Jenderal (Purn) Fachrul Razi datang ke Istana memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo

Darirakyat.com  - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Jenderal (Purn) Fachrul Razi menjadi Menteri Agama (Menag) di Kabinet Indonesia Maju. Jokowi meminta Fachrul berfokus mengurusi radikalisme di Indonesia.

"Ke-9 Bapak Jenderal Fachrul Razi sebagai menteri agama. Ini urusan (Menag) berkaitan dengan radikalisme, ekonomi umat, industri halal saya kira, dan terutama haji berada di bawah beliau," ujar Jokowi saat mengenalkan Menteri Indonesia Maju di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Dengan badan tegak dan memberikan hormat, Fachrul siap mengemban jabatan Menag. Ia juga sempat memberi salam saat setelah memberi hormat.

"Assalamualaikum," sebut Fachrul saat dikenalkan sebagai menteri.

"Waalaikumsalam," jawab Jokowi.

Seperti diketahui, hari ini Presiden Jokowi bersama Wapres Ma'ruf Amin mengenalkan Menteri Kabinet Indonesia Maju pada pukul 08.30 WIB tadi. Pukul 10.30 Presiden Jokowi akan melanjutkan agenda dengan melantik menteri-menteri baru yang telah diumumkannya. 

Berlatar Belakang Militer, Menteri Agama Fachrul Razi Bertekad Berantas Radikalisme

Wajah baru dalam Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf cukup banyak. Salah satunya Menteri Agama, Fachrul Razi. Berbeda dengan Menteri Agama (Menag) sebelumnya, Lukman Hakim Saifuddin yang berlatar belakang parpol dan ormas NU, Fachrul berlatar belakang militer dan merupakan mantan Wakil Panglima TNI.

Dalam acara serah terima jabatan (Sertijab) di Kantor Kementerian Agama, Jalan Lapangan Banteng Barat, Jakarta Pusat, Fakhrul menegaskan komitmennya untuk memberantas radikalisme. Meskipun bukan seorang kiai dan lulusan pesantren, dia kerap memberikan ceramah dan khutbah di masjid yang temanya seputar radikalisme dan Islam yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Saat menjabat sebagai Dandim di Samarinda, setiap Jumat, jadwal ceramahnya selalu penuh.

"Kalau ada orang yang suka ngikutin saya, pasti bilang 'ah temanya Pak Fachrul itu selalu enggak banyak-banyak, cuma Islam yang damai, Islam yang rahmatan lil 'alamin, Islam yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, Islam yang anti radikalisme, Islam yang toleran, itu-itu saja'. Ya memang itu. Dan tema itu menurut saya sangat relevan sampai kapan pun, apalagi di bangsa Indonesia yang penuh kemajemukan ini," jelasnya, Rabu (23/10).

Dia mengatakan, banyak orang yang tak suka ceramah yang berisi pesan kedamaian. Karena itulah menjadi tugasnya di Kementerian Agama membuat orang tertarik dengan pesan semacam itu karena pesan-pesan kedamaian beragama sangat penting di tengah semakin menguatnya ancaman radikalisme agama belakangan ini.

"Kalau ada tanya ke saya, di mana kok bisa muncul radikalisme? Menurut saya karena ada pemikiran yang salah tentang ayat-ayat Alquran, tentang hadis-hadis atau mengangkat hadis-hadis atau ayat-ayat Alquran itu yang dijuruskan pada satu hal yang negatif," jelasnya.

"Saya bukan orang pesantren. Tapi saya paling tidak punya tekad yang sama, pemahaman yang sama, bahwa Islam pasti damai, semua agama pasti rahmat bagi alam semesta. Kalau ada yang salah, berarti kita yang salah menafsirkan. Itu prinsip saya," lanjutnya.

Heran Ditunjuk Jadi Menteri Agama

Fachrul mengaku awalnya heran dan kaget ditunjuk menjadi Menteri Agama. Berdasarkan isu yang beredar, dia sempat mendapat kabar bakal menggantikan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).

Dia bertanya-tanya hal apa yang membuat Presiden Joko Widodo menunjuknya menjadi Menteri Agama.

"Saya mencoba menggali apa yang ada di pikiran Pak Jokowi, walaupun saya bertanya-tanya, meskipun tadinya isu yang saya dengar Pak Fachrul akan diangkat menjadi Menkopolhukam, pengganti Pak Wiranto. Itu isu yang saya dengar. Tiba-tiba jadi Menteri Agama. Saya coba pikir-pikir, kenapa ya? Apa ya yang ada di pikiran Pak Jokowi?" ujarnya.

Menurutnya posisi Menteri Agama bisa jadi karena aktivitasnya yang kerap memberi ceramah terkait cara menangkal radikalisme dan mengajak masyarakat mengedepankan Islam yang damai. Kekhawatiran terkait radikalisme pernah disampaikan Jokowi kepadanya.

"Tapi memang beliau pernah bilang saya, 'Pak Fachrul, kalau radikalisme ini tidak segera bisa kita sisir, saya tidak bisa bayangkan bagaimana bangsa ini ke depan'. Apalagi saat kita berpikir untuk mengutamakan pembangunan sumber daya manusia," jelasnya.

Kendati bukan seorang kiai dan tidak berlatar belakang pendidikan agama dan pesantren, Fachrul mengatakan salah satu kelebihannya adalah dia dibesarkan di wilayah yang Islamnya sangat ketat, yaitu Aceh. Dia mengaku mendapat didikan agama cukup ketat dari orang tuanya sebelum masuk Akademi Militer. Saat masuk Akmil, dia masuk dalam kelompok taruna yang bertugas membina taruna muslim lainnya seperti mengajar membaca Alquran dan tata cara salat.

"Setelah tamat akademi saya berlanjut dengan teman-teman mantan pembina masjid di akademi itu lanjut untuk berdakwah. Jangkauan kami tidak jauh yaitu dalam pembinaan teritorial. Di manapun saya berada saat itu pasti saya sudah punya jadwal khotbah di masjid-masjid, meskipun pembahasan ayat-ayat saya tidak banyak," jelasnya.

"Tapi sangat penting dalam membangun sederhana saja, bagaimana membuat daerah itu menjadi damai. Bagaimana membuat daerah itu bertoleransi tinggi, karena setiap kita tugas di manapun agama-agama bermacam-macam. Bagaimana mereka mengutamakan juga persatuan dan kesatuan bangsa, mengokohkan teritorial di daerah dan itu terus berlanjut," tutupnya.(detik.com dan merdeka.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel