Warga Biasa Rasa Gubernur Dielukan Di MRT, Bukti BTP Masih Di Hati Masyarakat. Sedangkan Gubernur Asli Malah...

Warga Biasa Rasa Gubernur Dielukan Di MRT, Gubernur Asli  Dicuekin

Darirakyat.com - Menarik melihat penampakan warga secara spontan mengelukan BTP yang menjajal MRT di Jakarta pada hari ini. Respon warga tak disangka mengelukan sang mantan yang kini hanya warga biasa tapi bercita rasa Gubernur. Belum asuk MRT saja dan dipisahkan pagar pembatas tapi warga antusias menyerbu untuk berswafoto ria.

Dari foto dan video beredar menampilkan sosok BTP yang ternyata masih ada di hati warganya. Adas yang mengatakan bahwa seruan warga memanggil Pak Ahok itu adalah seruan dan kerinduan mereka melihat sosok yang pernah membuat terobosan itu kembali memimpin.

Mustahil memang mengharapkan kembalinya beliau di arena politik baik di Jakarta dan Indonesia. Tapi kehadirannya dan kedekatannya dengan Pak Jokowi menunjukkan bahwa dua sosok ini telah menjejakkan jejak pembangunan yang berkelas dan sudah menjadi icon di Jakarta.

Dua sosok ini menenggelamkan pamor dan pencitraan Gubernur Jakarta zaman now yang hanya hadir menginformasikan kemajuan Jakarta itu adalah warisan pendahulunya. BTP atau Ahok makin menjadi icon di Jakarta dan Pak Jokowi menjadi icon di Indonesia dan juga makin populer di dunia internasional.

Sementara yang asli Gubernur bahkan dipuja sebagai Gubernur Indonesia malah dalam beberapa momen atau kesempatan dicuekin habis oleh warga.

Lihat saja perbandingan nyata ketika dalam sebuah momen saat naik MRT, warga melihat dengan pandangan tak bersahabat ke Gubernur. Sang Gubernur pun yang ditatapi demikian ikut manyun dan mengalihkan pandangan. Perih dan pedih.

Koplak dan salam keberkwkwkwkan dari warga yang seolah tak menginginkan kehadirannya, hanya merusak suasana dan pemandangan. Seharusnya sih nggak boleh sedemikian juga tapi hati warga jelas tak bisa ditipu.

Jelas momen yang tak Instagramable itu viral dan tak akan masuk medsos Gubernur tapi reaksi warga dalam beberapa kesempatan ditambah saat Jokowi bersama Anies itu sangat menyolok dan memperlihatkan pamor Jokowi menenggelamkan Anies sedalam-dalamnya.

Tapi penulis berpikir, jangan-jangan saking saktinya Anies, sampai kehadirannya itu tak terlihat oleh warga. Jadi antara ada dan tiada, penampakan dong. Tapi itulah realita pahit respon warga yang tak diharapkannya.

Jelas beda dengan Presiden. Pak Jokowi disambut hangat dan diserbu selfie sementara Anies berharap ada yang mau selfie tapi tak satupun mendekat. Ketika dia hnedak ikutan selfie eh terlambat pula.



Dalam video, sampai tertangkap si Pak Gubernur DKI tampak sendirian saja. Ketika Pak Jokowi turun, warga tetap berfokus pada Pak Jokowi. Samapi masuk MRT tak ada yang mendekatinya untuk mengajak berfoto.

Benar-benar dicuekin oleh warga. Padahal dia pernah ngomong dalam Instagram yaitu ajakan untuk naik MRT, siapa tahu katanya segerbong. Eh Pak Jokowi tanpa pakai ngajak-ngajak langsung diserbu. Inilah bukti langsung betapa warga mencintai permimpin yang sejati.

Anies kepingin mengalami euforia pemimpin yang dikerubutin warga dengan berebutan minta swafoto. Dia pasti pernah melihat dan kepengen meniru Ahok dan Jokowi yang naik kereta dan dikerubuti rakyat.

Masih ingat kejadian viral saat Pak Jokowi naik KRL. Karena greget, Jokowo menjadi magnet warga untuk berfoto dan berselfie ria. Di KRL Pak Jokowi menjadi bak seleb yang tiada henti diserbu dengan cekrekan dan dikerumuni warga di dalam dan di luar gerbong KRL itu viral.



Si Gubernur DKI ingin menjajal pengalaman itu dan mau menikmati bagaimana rasanya dikerubuti warga kayak Pak Jokowi atau Pak Ahok dulu. Maka dia membuat pengumuman dan ajakan yang sifatnya formal dan settingan.

"Siapa tahu kita akan satu gerbong," ujar Anies.

Nyatanya warga tak ada yang tertarik dan kepengen berswafoto dan menyambut beliau. Pernah ada kejadian anak SD yang berfoto bersama Anies tapi sudah dikondisikan dan anak-anak itu dibiarkan menginjak kursi MRT.

Terpaksalah, yang penting ada foto eksis buat majang dan mejeng di media. Inilah pemimpin karbitan yang tak berdaya dan hanya bisa planga-plongo dan membuat balutan program sana-sini.

Pada akhirnya warga akan terus membandingkan pembangunan pada zaman sekarang dengan pembangunan sebelumnya. Gaya memimpin Gubernurn Jakarta yang penuh kata dan memang sangat informatif itu membuat Jakarta jadi mangkrak.

Tapi berkat pembangunan yang sudah digeber sebelumnya paling tidak membuat warga Jakarta masih bangga ada jejak pembangunan yang masif dan berfaedah serta kini dinikmati warga Jakarta. (ronindo/seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel