Surat Terbuka Dari Pembenci Jokowi Di Lombok Bacanya Bikin Nyesek!
Monday, 20 August 2018
Edit
Darirakyat.com, Lombok Utara - Untuk
kita renungkan, membaca tulisan kawan ini. Semoga tetap kuat
Kepada bpk presiden RI
Saya bukan pendukungmu, bahkan sy pembencimu. Sy
tak rela engkau kembali jadi presiden.
Bukan karna harga2 pada
mahal spt kata orang, toh kami masih pada mampu untuk belanja, padahal kami
bukan orang mampu.
Sy menolakmu karna masalah idiologi, masalah kapasitasmu dan
semua predikat tentangmu spt yg sy yakini selama ini.
Maka ketika gempa menimpa kami, dan engkau datang berkunjung.
Sy tetap tdk respek. Toh itu tugasmu pak presiden.
Maka ketika engkau datang ke Lombok Utara dan masyarakat pada
menyambutmu, sy diam saja dan hanya melihatmu dari jauh dgn rasa sinis.
Bahkan sy melarang anak istri untuk ikut larut dlm euforia
kegembiraan menyambutmu. Padahal sy lihat istri sy pengen juga mendekat, ikut
salaman bahkan berfoto2 spt yg dilakukan masyarakat lainnya.
Sampai datang waktu sholat. Kulihat bapak presiden tetap
ingin sholat jamaah bersama kami walau diingatkan sarana yg tdk memungkinkan.
Dgn tenang bpk presiden menuju gentong biru tempat
penampungan air untuk berwudhu.
Sangat hati2 dan memakai air sedikit sekali, mungkin karna
tahu air bersih sulit kami dapatkan. Dan agar jamaah lainnya tetap kebagian air
untuk berwudhu. Lalu menyilahkan orang lain berwudhu di tempat itu.
Sampai pada saat sholat sy masih mencari2 kesalahannya.
Bacaannya standar2 saja spt imam lainnya.
Orang2pun bersalaman dgn bpk presiden tanpa canggung.
Tapi sy tetap menjauh dan tdk peduli.
Ketika bapak presiden ikut tidur di tenda, sy diam2 mulai
memperhatikannya.
Sosok yg mungkin sudah letih malam itu, tetap tampil penuh
perhatian, menyapa rakyatnya dan berdiskusi pendek entah apa yg ditanyakan.
Tubuh pemimpin itu rela merebahkan tubuhnya di bawa tenda
beralaskan karpet di lapangan sepak bola ini dgn kondisi yg sangat
memprihatinkan.
Sejak tidur ditenda ini. Sy tdk pernah pulas, selalu was was
dan terbangun begitu mendengar bunyi apapun. Khawatir dgn gempa susulan,
khawatir dgn semua kemungkinan buruk yg siap menimpa kami.
Tapi malam ini, alampun seperti diam memberi kenyamanan
untuk kami beristirahat. Begitu syahdu, begitu damai perasaan keluarga sy.
Baru kali ini sy pulas tertidur seperti ada seseorang yg
melindungi kami, menjaga istirahat kami, berada ditengah2 kami seperti rakyat
lainnya.
Sebelum tertidur, sy masih melihat dari jauh sosok pemimpin
itu terbangun duduk. Mengitari pandangannya melihat dgn seksama pada rakyatnya
yg bergelimpangan diatas tikar.
Bapak presiden ikut merebahkan badannya, ikut bersama kami
merasakan dinginnya malam,.
Malam ini begitu damai dan tenang.
Bahkan suara tangis anak2 yg biasanya berisik malam ini tdk
terdengar. Anak sy juga tidak rewel. Malam yg begitu tenang.
Seakan tidur kami di nina bobokkan oleh seorang ayah pada
anak2nya.
Ya, seorang presiden pada rakyatnya.
Sewaktu bapak presiden pamit untuk melanjutkan perjalanannya,
barulah sy mendekat untuk ikut menjabat tangan itu.
Dgn lirih sy ucapkan terimakasih dan kata maaf yg mungkin tdk
dimengerti oleh bapak presiden.
Dalam hati sy memohon pada sang khalik, maafkan hambamu yg
sangat kejam membenci pemimpinnya ini.
Kulihat ketulusan pada wajah kurusnya, kulihat keteduhan pada
matanya.
Kulihat senyum tipisnya yg ikhlas sambil menjabat tangan sy.
Ingin rasanya memeluk tubuh kurus yg keletihan itu sambil memohon maaf, ampun
atas kesalahan2 yg kulakukan.
Tapi sy hanya bisa berkata pelan " maafkan sy pak."
Hanya itu yg keluar dari mulut sy, karna bapak presiden dgn
cepat menjabat tangan2 yg lain.
Sy melihat punggung itu menjauh ditemani bapak gubernur kami
TGB.
Sosok pemimpin2 yg baru saja memperlihatkan jatidirinya,
tabiat dan karakternya, bukan pencitraan spt yg selama ini sy tuduhkan...
Maafkan sy bapak presiden. Maafkan rakyatmu yg tdk tahu diri,
yg hanya mengenalmu dari opini2 dan sosial media.
Walau sy masih bersyukur, masih sempat meminta maaf sebelum
ajal menjemput dan mempertanggung jawabkan semua dosa2 sy terhadap sang ulil
amry kepada sang Khalik Allah SWT...
Tanjung, Lombok Utara. Agustus 2018
Muh. K. Anwar