Gak Kuat Denger Cerita Ini Dari Tito Karnavian, Najwa Shihab Terkejut & Sampai Bilang Ini…



Darirakyat.com, Jakarta - Rangkaian teror yang terjadi di Tanah Air beberapa waktu belakangan ini tentu saja menjadi perhatian banyak pihak.


Masyarakat jadi was-was, sementara itu pemerintah dan polisi berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi situasi tersebut.


Bermula ketika terjadinya kerusuhan di Mako Brimob yang menyebabkan beberapa anggota polisi meninggal dunia.

Belum reda soal Mako Brimob, terjadi ledakan di Kota Surabaya. Sebanyak tiga gereja jadi sasaran para terduga teroris dalam melakukan aksi bom bunuh diri, Minggu (13/5/2018) pagi.


Pihak kepolisian menduga, insiden ledakan bom bunuh diri di tiga gereja masih berkaitan dengan kerusuhan mako Brimob.

Malah, bomber di gereja itu masih satu keluarga dan ada anak kecil yang diikutsertakan.

Situasi menegangkan di Surabaya belum selesai sampai di situ. Masih di hari yang sama, terjadi ledakan di sebuah rumah rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.

Pelakunya ternyata masih satu keluarga dan diketahui punya kedekatan dengan keluarga bomber tiga gereja.

Terduga teroris bomber gereja, Dita ternyata punya guru yang sama dengan terduga teroris Sidoarjo, Anton. Guru keduanya bernama Abu Bakar.

Keesokan harinya, teror di Surabaya kembali terjadi.

Bom bunuh diri meledak di Mapolrestabes Surabaya dan dilakukan oleh satu keluarga.

Mereka menyerbu markas Polrestabes Surabaya mengendarai dua sepeda motor.

Tiba di depan gerbang Mapolrestabes, mereka ditahan petugas untuk diperiksa. Tetapi tiba-tiba, blaar... bom yang dibawa oleh pengendara di belakang meledak dan melemparkan pengemudi dua motor tersebut.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan sederetan aksi teror di Surabaya dilakukan oleh Jamaah Ansarud Daulah (JAD) Cabang Surabaya.

Motif serangan ini karena ada instruksi dari ISIS Sentral yang keberadaannya saat ini terdesak dan memerintahkan sel dunianya untuk bergerak.

Selain alasan ini, pelaku juga marah setelah Ketua JAD Iodonesia, Aman Abdurrahman ditangkap beberapa waktu lalu.

Setelah ditangkap, pucuk pimpinan JAD diserahkan ke Jainal Ansari. Namun belum lama ini Jainal juga ditangkap.

Hal ini membuat kelompoknya memanas hingga nekat melakukan pembalasan.

"Kerusuhan di Mako Brimob tidak hanya makanan tidak boleh masuk dan keluarga. Tetapi karena kejadian internasional serta upaya untuk melakukan pembalasan pasca ditangkapnya pimpinan mereka," tegasnya.

Tito memastikan serangan ini tidak ada kaitannya dengan masalah keagamaan, namun pemikiran-pemikiran yang menyalahgunakan ajaran.

Lebih lanjut, dalam acara Mata Najwa, Tito juga menjelaskan mengenai motif para teroris tersebut.

Menurut Tito, kelompok-kelompok teroris mempunyai pemikiran sendiri mengenai cara cepat masuk surga.

"Mereka hanya berpikir didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol expres way menuju surga adalah dengan operasi amaliyah (jihad melawan musuh)", ujar Tito.

Ada dua cara untuk mewujudkan operasi amaliyah itu. Pertama, dengan cara terbunuh.

"Yang pertama yakni jika mereka terbunuh, maka mereka langsung masuk ke Surga," ujar Tito.

Kapolri menjelaskan, para terduga teroris bisa saja menaruh bom di tempat ramai lalu mereka pergi menyelamatkan diri.

Namun, hal itu tidak sesuai dengan doktrin yang diberikan terkait terbunuh adalah jalan cepat masuk surga.

Tito mencontohkan, dalam insiden teror bom bunuh diri di Surabaya, para pelaku membawa Kartu Keluarga (KK) dan KTP.

"(Bom) dipakai di badan bahkan diikat di tubuh anak kecil. Membawa Kartu Keluarga dan KTP mereka. Ini berarti mereka memang mencari mati karena mereka yakin bahwa mereka itu akan masuk surga", ujarnya.

Adapun cara kedua, tambah Tito, adalah dengan kontak langsung dengan polisi.

"Pada saat konfrontasi (tembak-menembak kontak dengan petugas) terjadi, mereka bisa membunuh dan mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, langsung masuk surga," kata Tito.

"Seperti yang di Polda Riau, 5 orang naik Avanza membunuh petugas. Mereka tahu polisinya bersenjata. Mereka lalu mengeluarkan samurai berapa pun yang bisa mereka serang dan bunuh bisa mendapat pahala, namun jika gagal akan tetap masuk surga. Itu yang dipikiran mereka," tambahnya.

Tito menjelaskan, kini pihaknya tengah menghindari konfrontasi atau kontak terbuka untuk menangkap teroris dalam keadaan hidup.

"Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah. Kalau seandainya konfrontasi terbuka, itu jaga jarak. Saya berpesan jangan gunakan langkah-langkah penyerbuan karena mereka juga siap mati," ujar Tito.

Dalam acara yang dipandu Najwa Shihab itu, Tito menceritakan pengalaman saat ia menangkap seorang terduga teroris.

Menurut Tito, teroris yang ditangkapnya itu tiba-tiba menangis di dalam kendaraan.

"Saya pernah menangkap kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor, begitu kami tangkap hidup-hidup mereka menangis di kendaraan," kata Tito.

Saat Tito menanyakan alasan mengapa mereka menangis, para terduga teroris itu justru memberi jawaban di luar dugaan.

"Kenapa kita tidak kontak? Kenapa saya nggak bisa membunuh bapak? Kenapa bapak nggak bunuh saya? Saya kehilangan golden momentum untuk masuk surga," ujar Tito menirukan ucapan terduga teroris yang ditangkapnya.

Tito pun menyarankan terduga teroris itu agar bunuh diri, namun mereka menolak. Menurut mereka, bunuh diri adalah jalan ke neraka, beda dengan terbunuh yang dianggap jalan masuk surga.

"Saya sampaikan, ya sudah kamu bunuh diri saja setelah ini. Terduga menjawab, saya neraka pak, kalau sudah begitu", cerita Tito.

Najwa lantas memastikan kesimpulan dari cerita Tito dan terdengar istighfar.

"Jadi bunuh diri buat mereka adalah neraka, namun jika dalam kontak itu surga? Astaghfirullahalazim", ujar Najwa.

Simak videonya:


sumber: tribunnews.com


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel