Simak,,!! Ternyata Ahok Masuk Daftar Global reThinkers 2017
Tuesday, 5 December 2017
Edit
Darirakyat.com, Washington, DC - Mantan Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok masuk
dalam daftar Global reThinkers 2017.
Nama-nama yang masuk dalam daftar 'Pemikir Ulang Global' 2017
tersebut adalah para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia hasil pilihan
majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat.
"Tahun ini, Foreign Policy dengan bangga mempersembahkan
Global reThinkers -- para legislator, teknokrat, komedian, advokat, pengusaha,
pembuat film, presiden, provokator, tahanan politik, periset, ahli strategi,
dan visioner -- yang secara bersama-sama menemukan cara yang luar biasa, tak
hanya untuk memikirkan kembali dunia kita yang baru dan aneh ini, tapi juga
membentuknya kembali. Mereka adalah orang-orang yang bertindak, yang
mendefinisikan 2017," demikian dikutip dari situs Foreign
Policy.
Selain Ahok sejumlah nama-nama besar dunia masuk dalam daftar.
Ada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Prancis Emmanuel Macron,
Presiden Gambia Adama Barrow, juga Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley.
Ada pula dalam daftar mantan tangan kanan Donald Trump, Steve
Bannon; prajurit transgender yang membocorkan rahasia AS, Chelsea Manning;
seniman Ai Wei Wei; juga Leila de Lima, senator Filipina yang menjadi
pengkritik terdepan Presiden Rodrigo Duterte.
"Untuk tetap berdiri di tengah fundamentalisme yang sedang
bertumbuh di Indonesia," demikian alasan Foreign Policy memilih Ahok.
Dalam narasinya, associate editor di
Foreign Policy, Benjamin Soloway menyebut, saat terjun ke dunia politik di
Jakarta pada 2012, Ahok tak sesuai dengan profil politikus pada umumnya.
"Ia bermulut tajam, keturunan Tionghoa, dan seorang
Protestan di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia," kata
Soloway.
Pada awalnya, dia menambahkan, latar belakang Ahok tak menjadi
masalah. Namun, situasi berbalik pada 2017.
Gara-gara sebuah pidatonya, Ahok dinyatakan bersalah dalam kasus
penistaan agama, kalah dalam pilkada, dan akhirnya dipenjara.
Di sisi lain, Soloway menyoroti apa yang dilakukan dalam tiga
tahun Ahok memerintah di Jakarta. Ia melawan korupsi, memperluas akses warga
pada layanan kesehatan dan sosial lainnya, mengeruk kanal, memperbaiki
transportasi publik, dan melakukan kampanye untuk membersihkan birokrasi yang
membuatnya mendapatkan tingkat penerimaan publik yang tinggi.
Meski prestasinya diakui, kebiasaan memarahi birokrat yang tidak
kompeten mendapat pujian luas, di sisi lain ia punya banyak musuh. Terutama
mereka yang digusur untuk membuka jalan bagi reklamasi dan proyek pembangunan
lain.
Soloway menambahkan, saat Ahok divonis pidana, para pendukungnya
menggelar aksi protes, tak hanya di seluruh Indonesia, tapi juga di sejumlah
titik dunia. PBB dan organisasi HAM Human Rights Watch juga mengutuk pemidanaan
tersebut.
Mengutip perkataan Andreas Harsono dari Human Rights Watch,
pemenjaraan Ahok dianggap sebagai seruan yang membangunkan (wakeup
call) bagi rakyat Indonesia: bahwa ada masalah serius soal
kebebasan beragama dan diskriminasi terhadap kaum minoritas di Tanah Air.
Dengan kehilangan kebebasannya, Ahok mungkin mendorong orang
lain untuk mengarahkan negara kembali ke 'jalan tengah'.
Sebelumnya, pada 2013, Joko Widodo alias Jokowi juga masuk ke
dalam daftar The Leading Global Thinkers of 2013 versi Foreign Policy.
Kala itu, Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok menjadi
wakilnya.
Sumber: m.liputan6.com