6 Kemunduran Jakarta di Era Anies-Sandi, Nomor 5 Paling Memalukan
Sunday, 10 December 2017
Edit
Darirakyat.com, -Pengamat tata kota Nirwono Joga menyoroti sejumlah kemunduran
pengembangan Jakarta pada era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dan Wakil
Gubernur Sandiaga Uno.
Inilah
deretan fakta langkah mundur Pemprov DKI berdasarkan catatan Wartakotalive.com dan
juga pengamatan sejumlah pakar:
1. Kawasan Tanah Abang semerawut lagi
Kawasan
Tanahabang kembali semerawut. PKL tumpah ke trotoar dan pejalan kalo tersingkir
ke bahu jalan.
Nirwono
Joga mengatakan, hal itu buah dari ketidaktegasan Anies-Sandi melibatkan preman
dalam penataan Tanahabang.
2. Pemimpin Tidak Kompak
Pengamat
Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menyebut Anies Baswedan dan Sandiaga Uno
memimpin Jakarta dengan tidak kompak.
http://wartakota.tribunnews.com/2017/12/11/5-kemunduran-jakarta-di-era-anies-sandi?page=all
Sandi
cenderung lebih dominan, menguasai aspek-aspek strategis seperti dirinya
seorang gubernur. Sedangkan Anies hanya diberi ruang mengurusi hal-hal non
strategis.
"Ini
buah perpecahan. Mungkin karena Sandi lebih banyak keluar dana saat kampanye.
Ini tinggal tunggu ributnya saja Anies-Sandi itu," kata Trubus.
3. Akses Informasi di Balai Kota Dipersempit
Anies-Sandi
mempersempit akses informasi publik dengan membatasi gerak media di Balaikota
DKI Jakarta.
Salah
satu caranya dengan menghilangkan satu ruangan untuk wartawan di dekat
ruang wakil gubernur.
Tadinya
dari ruangan itu wartawan bisa memantau semua rapat maupun tamu-tamu wakil
gubernur atau orang-orang yang rapat dengan gubernur.
Tapi
Sandi memilih menutup ruangan itu dan menjadikan tempat timnya bekerja.
4.
Keterbukaan Lewat Youtube Dihilangkan
Ini
kebijakan paling baru Anies-Sandi yang ditertawakan warga Jakarta dan dikritik
pengamat sebagai langkah mundur yang paling jauh.
Di
era sebelumnya, Ahok mengunggah video rapat pimpinan merupakan bentuk
keterbukaan agar masyarakat tahu apa yang sedang direncanakan dan akan
dikerjakan Pemprov DKI.
Tapi
rupanya Sandi gerah dengan bullying di medsos akibat unggahan video Rapim dan
tak membolehkan lagi.
Sandi
tak mau masyarakat memberi serangan lewat 'meme' di Medsos.
5. Tunduk pada Tekanan Preman
Ini
adalah kesalahan terbesar Anies-Sandi dan paling memalukan.
Keduanya
dinilai tunduk pada tekanan dan mengikuti kemauan preman seperti pada kasus
kesemerawutan Tanah Abang.
Bahkan
kebijakan mereka seperti mengamodasi para penguasa di kawasan ekonomi paling
strategis di Jakarta ini.
6. Mengeksklusifkan Diri
Trubus
Rahadiansyah menyebut Anies-Sandi cenderung lebih eksklusif dan memilih
memindahkan pengaduan warga ke kecamatan.
"Mereka
(Anies-Sandi) lebih eksklusif sifatnya. Balaikota saja dibuat eksklusif lagi
dengan cara memindahkan pengaduan warga ke kecamatan," kata Trubus,
beberapa waktu lalu.
Hal
itu membuat Anies-Sandi jauh dari keluhan warga dan mudah dikelabui bawahannya.
Keduanya tak bisa langsung mendengar dari keluhan warga yang datang ke Balai
Kota DKI.
Sumber: wartakota.tribunnews.com