Terungkap Wakil PM Turki Posting Foto Palsu Pembantaian Rohingya, Ini Faktanya
Sunday, 3 September 2017
Edit
Foto
dan video yang diklaim berasal dari konflik tersebut telah banyak beredar.
Sebagian besar foto-foto
itu sadis dan membuat marah, namun sebagian besarnya palsu.
Sebelumnya,
ketidakpercayaan dan rivalitas antara kelompok muslim Rohingya dan sebagian
besar penduduk Buddha di Rakhine telah memicu kekerasan antar-warga yang
menyebabkan korban tewas.
Selama
beberapa dekade, warga Rohingya mengalami perlakuan sewenang-wenang di Myanmar,
dan kewarganegaraan mereka tidak diakui.
Informasi
resmi sangat terbatas dan wartawan hanya punya akses yang terbatas ke wilayah
tersebut.
Bahkan
mereka yang bisa mencapai daerah tersebut juga masih kesulitan mengumpulkan
informasi karena situasi yang tidak pasti dan aksi kekerasan terhadap warga
etnis Rohingya.
Sejauh ini, berikut
apa yang kami ketahui terjadi di Rakhine:
· Pekan lalu, setelah
berminggu-minggu terjadi ketegangan, militan dari Tentara Penyelamatan Rohingya
Arakan atau ARSA menyerang sedikitnya 25 pos polisi
· Bentrokan terjadi di
banyak wilayah, kadang melibatkan penduduk desa Rohingya yang bergabung dengan
kelompok ARSA untuk melawan petugas keamanan
· Namun di banyak
kejadian, petugas keamanan, yang kadang didukung oleh warga Buddha bersenjata,
membakar desa-desa Rohingya dan menembaki penduduk, menurut beberapa laporan
· Komunitas Buddha juga
diserang dan sebagian warganya terbunuh
· PBB memperkirakan
sekitar 40.000 warga Rohingya telah menyeberangi perbatasan menuju Bangladesh,
dan mengisahkan soal kekerasan dan penyiksaan
Pada 29 Agustus, Wakil
Perdana Menteri Turki, Mehmet Simsek, mencuitkan empat foto, yang mmenuntut
komunitas internasional untuk menghentikan genosida etnis Rohingya.
Unggahannya itu
dicuitkan ulang lebih dari 1.600 kali dan disukai oleh lebih dari 1.200
pembaca.
Namun dia kemudian
dikritik akan keaslian foto-foto tersebut.
Tiga hari setelah
unggahan pertamanya, dan karena banyak orang yang mempertanyakan foto-foto
tersebut, Simsek menghapus cuitannya.
Foto
pertama memperlihatkan jasad yang sudah membusuk dan paling sulit untuk
diketahui sumbernya.
Sejumlah
warga Myanmar yang mempertanyakan Simsek akan cuitan tersebut menyebut bahwa
foto itu memperlihatkan korban badai Topan Nargis dari Mei 2008.
Yang
lainnya mengatakan bahwa foto tersebut adalah para korban kecelakaan perahu di
sungai di Myanmar.
Tak
ada foto lain yang ditemukan yang terkait dengan dua peristiwa tersebut.
Namun
foto itu muncul dalam beberapa situs dari tahun lalu (kami tidak menyediakan
tautan ke situs-situs tersebut karena isinya yang grafis).
Artinya,
foto tersebut bukan berasal dari aksi kekerasan terbaru di negara bagian
Rakhine.
BBC
telah memastikan bahwa foto kedua, yang memperlihatkan seorang perempuan yang
menangisi seorang pria yang tewas terikat di pohon, berasal dari Aceh,
Indonesia, pada Juni 2003, oleh seorang fotografer yang bekerja di Reuters.
Foto
ketiga, yang memperlihatkan dua bayi menangisi jasad ibunya, berasal dari
Rwanda pada Juli 1994.
Foto
tersebut diambil oleh Albert Facelly untuk Sipa, dan menjadi salah satu dari
serangkaian foto yang memenangkan World Press Award.
Foto
keempat, yang memperlihatkan orang-orang terendam di kanal, juga sulit untuk
dilacak sumbernya, namun foto tersebut ditemukan di sebuah situs yang meminta
dana untuk membantu korban banjir di Nepal, yang baru-baru ini terjadi.
Foto palsu?
Kini
ada perang media sosial tentang warga etnis Rohingya karena kisah dari masing-masing
pihak bersaing untuk saling mengalahkan.
BBC sendiri
dibombardir oleh berbagai foto yang menunjukkan kekejaman, yang diklaim
memperlihatkan korban pembunuhan massal, namun sebagian besar foto tersebut
sulit diverifikasi.
Namun
sebagian dari foto-foto tersebut jelas-jelas salah.
Satu
foto yang dikirim ke BBC (di bawah), yang dikatakan sedang memperlihatkan
orang-orang milisi Rohingya berlatih dengan senjata, ternyata adalah foto dari relawan Bangladesh
yang berjuang untuk kemerdekaan pada 1971.
Awal tahun ini, ketika
tim dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB melakukan penelitian terhadap dugaan
pelanggaran hak asasi di negara bagian Rakhine, mereka menolak menggunakan foto
atau video yang tidak mereka ambil sendiri, karena sulitnya menilai keaslian
materi tersebut.
Laporan mereka merinci
secara detail metodologi mereka dalam verifikasi.
Namun temuan Komisi
HAM PBB, akan adanya "kekejaman luar biasa" terhadap komunitas
Rohingya, dan aksi yang menurut mereka bisa terolong kejahatan kemanusiaan,
ditolak oleh pemerintah Myanmar, yang kemudian menolak mengeluarkan visa bagi
misi pencari fakta ke negara bagian Rakhine.
Informasi yang telah
dikumpulkan BBC, yang berasal dari berbagai sumber berbeda dalam situasi
terbaru di negara bagian Rakhine, memperlihatkan sebuah gambaran jelas akan
konflik serius dengan korban jiwa yang besar.
Tampaknya ada
kekejaman yang dilakukan oleh kedua belah pihak, namun situasinya tampak lebih
buruk bagi etnis Rohingya, yang kini diserang oleh tentara dan warga sipil
bersenjata.
Namun mendapatkan
gambaran akurat akan apa yang terjadi membutuhkan waktu lama, mengingat
minimnya akses yang diberikan bagi pengamat netral ke area tersebut.
Namun kampanye
disinformasi media sosial akan menyulitkan sikap kedua belah pihak, dan malah
bisa memperparah konflik.
Jonathan Head/Koresponden
Asia Tenggara
Artikel ini sudah tayang di
bbc indonesia berjudul: Foto-foto palsu kekerasan di Myanmar yang memperparah
ketegangan. (medan.tribunnews.com)