Terungkap Wakil PM Turki Posting Foto Palsu Pembantaian Rohingya, Ini Faktanya


Darirakyat.com - Berbarengan dengan terjadinya lagi berbagai tindak kekerasan di negara bagian Rakhine di utara Myanmar, berbagai foto menyesatkan juga dibagikan di media sosial.

Foto dan video yang diklaim berasal dari konflik tersebut telah banyak beredar.

Sebagian besar foto-foto itu sadis dan membuat marah, namun sebagian besarnya palsu.
Sebelumnya, ketidakpercayaan dan rivalitas antara kelompok muslim Rohingya dan sebagian besar penduduk Buddha di Rakhine telah memicu kekerasan antar-warga yang menyebabkan korban tewas.

Selama beberapa dekade, warga Rohingya mengalami perlakuan sewenang-wenang di Myanmar, dan kewarganegaraan mereka tidak diakui.

Informasi resmi sangat terbatas dan wartawan hanya punya akses yang terbatas ke wilayah tersebut.

Bahkan mereka yang bisa mencapai daerah tersebut juga masih kesulitan mengumpulkan informasi karena situasi yang tidak pasti dan aksi kekerasan terhadap warga etnis Rohingya.

Sejauh ini, berikut apa yang kami ketahui terjadi di Rakhine:

· Pekan lalu, setelah berminggu-minggu terjadi ketegangan, militan dari Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan atau ARSA menyerang sedikitnya 25 pos polisi

·    Bentrokan terjadi di banyak wilayah, kadang melibatkan penduduk desa Rohingya yang bergabung dengan kelompok ARSA untuk melawan petugas keamanan

·  Namun di banyak kejadian, petugas keamanan, yang kadang didukung oleh warga Buddha bersenjata, membakar desa-desa Rohingya dan menembaki penduduk, menurut beberapa laporan

·    Komunitas Buddha juga diserang dan sebagian warganya terbunuh
·  PBB memperkirakan sekitar 40.000 warga Rohingya telah menyeberangi perbatasan menuju Bangladesh, dan mengisahkan soal kekerasan dan penyiksaan

Pada 29 Agustus, Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Simsek, mencuitkan empat foto, yang mmenuntut komunitas internasional untuk menghentikan genosida etnis Rohingya.

Unggahannya itu dicuitkan ulang lebih dari 1.600 kali dan disukai oleh lebih dari 1.200 pembaca.

Namun dia kemudian dikritik akan keaslian foto-foto tersebut.

Tiga hari setelah unggahan pertamanya, dan karena banyak orang yang mempertanyakan foto-foto tersebut, Simsek menghapus cuitannya.



Foto pertama memperlihatkan jasad yang sudah membusuk dan paling sulit untuk diketahui sumbernya.

Sejumlah warga Myanmar yang mempertanyakan Simsek akan cuitan tersebut menyebut bahwa foto itu memperlihatkan korban badai Topan Nargis dari Mei 2008.

Yang lainnya mengatakan bahwa foto tersebut adalah para korban kecelakaan perahu di sungai di Myanmar.

Tak ada foto lain yang ditemukan yang terkait dengan dua peristiwa tersebut.

Namun foto itu muncul dalam beberapa situs dari tahun lalu (kami tidak menyediakan tautan ke situs-situs tersebut karena isinya yang grafis).

Artinya, foto tersebut bukan berasal dari aksi kekerasan terbaru di negara bagian Rakhine.

BBC telah memastikan bahwa foto kedua, yang memperlihatkan seorang perempuan yang menangisi seorang pria yang tewas terikat di pohon, berasal dari Aceh, Indonesia, pada Juni 2003, oleh seorang fotografer yang bekerja di Reuters.

Foto ketiga, yang memperlihatkan dua bayi menangisi jasad ibunya, berasal dari Rwanda pada Juli 1994.

Foto tersebut diambil oleh Albert Facelly untuk Sipa, dan menjadi salah satu dari serangkaian foto yang memenangkan World Press Award.

Foto keempat, yang memperlihatkan orang-orang terendam di kanal, juga sulit untuk dilacak sumbernya, namun foto tersebut ditemukan di sebuah situs yang meminta dana untuk membantu korban banjir di Nepal, yang baru-baru ini terjadi.

Foto palsu?

Kini ada perang media sosial tentang warga etnis Rohingya karena kisah dari masing-masing pihak bersaing untuk saling mengalahkan.

BBC sendiri dibombardir oleh berbagai foto yang menunjukkan kekejaman, yang diklaim memperlihatkan korban pembunuhan massal, namun sebagian besar foto tersebut sulit diverifikasi.

Namun sebagian dari foto-foto tersebut jelas-jelas salah.

Satu foto yang dikirim ke BBC (di bawah), yang dikatakan sedang memperlihatkan orang-orang milisi Rohingya berlatih dengan senjata, ternyata adalah foto dari relawan Bangladesh yang berjuang untuk kemerdekaan pada 1971.

Awal tahun ini, ketika tim dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB melakukan penelitian terhadap dugaan pelanggaran hak asasi di negara bagian Rakhine, mereka menolak menggunakan foto atau video yang tidak mereka ambil sendiri, karena sulitnya menilai keaslian materi tersebut.

Laporan mereka merinci secara detail metodologi mereka dalam verifikasi.

Namun temuan Komisi HAM PBB, akan adanya "kekejaman luar biasa" terhadap komunitas Rohingya, dan aksi yang menurut mereka bisa terolong kejahatan kemanusiaan, ditolak oleh pemerintah Myanmar, yang kemudian menolak mengeluarkan visa bagi misi pencari fakta ke negara bagian Rakhine.

Informasi yang telah dikumpulkan BBC, yang berasal dari berbagai sumber berbeda dalam situasi terbaru di negara bagian Rakhine, memperlihatkan sebuah gambaran jelas akan konflik serius dengan korban jiwa yang besar.

Tampaknya ada kekejaman yang dilakukan oleh kedua belah pihak, namun situasinya tampak lebih buruk bagi etnis Rohingya, yang kini diserang oleh tentara dan warga sipil bersenjata.

Namun mendapatkan gambaran akurat akan apa yang terjadi membutuhkan waktu lama, mengingat minimnya akses yang diberikan bagi pengamat netral ke area tersebut.

Namun kampanye disinformasi media sosial akan menyulitkan sikap kedua belah pihak, dan malah bisa memperparah konflik.

Jonathan Head/Koresponden Asia Tenggara

Artikel ini sudah tayang di bbc indonesia berjudul: Foto-foto palsu kekerasan di Myanmar yang memperparah ketegangan. (medan.tribunnews.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel