Pelarian Habib Rizieq Adalah Investasi Politik Bagi Prabowo Untuk Menyerang Jokowi di Pilpres 2019, Simak,,!!
Sunday 21 May 2017
Edit
Darirakyat.com -- Sudah
satu bulan lebih perhelatan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua berlalu, yang
dimenangkan secarah sah oleh pasangan kandidat jagoan Prabowo, Keluarga
Cendana, Jusuf Kalla dan Habib Rizieq, yaitu Anies R. Baswedan dan Sandiaga S.
Uno.
Kita
semua telah dapat menyaksikan secara gamblang, siapa-siapa saja para
pemain-pemain politik dan pemain-pemain penjual gerakan agama yang tergabung
dalam kubu Anies-Sandi. Dugaan atau analisis banyak teman-teman penulis,
termasuk saya telah banyak yang terkonfirmasi melalui pemberitaan-pemberitaan
media pasca Pilkada DKI Jakarta selesai.
Katakanlah seperti Prabowo yang secara terbuka di depan umum
mengumbar puja dan puji setinggi langit kepada Habib Rizieq yang dinilai
sebagai sosok ulama pemberani dan berperan sangat penting dalam menyumbang
kemenangan terhadap pasangan Anies dan Sandi di mesjid Istiqlal Jakarta sesaat
setelah beberapa lembaga survey hitung cepat Quick Count melaporkan siapa pemenang dan sesaat setelah
Ahok-Djarot dengan jiwa kesatria mengakui kekalahannya dalam konfrensi pers di
Hotel Pullman, Jakarta Pusat.
Bayangkan
tanpa ada rasa malu dan ragu, ternyata sekelas Prabowo mengakui menjadi
pemberani dan tak gentar jika orang-orang seperti Habib Rizieq beserta
kelompoknya FPI berada di belakangnya. Kenyataan ini jelas sekali tidak
menggambarkan wajah Prabowo yang selama ini dicitrakan para pendukungnya
sebagai sosok yang tegas dan pemberani, atau mereka sebut Macan Asia. Ditambah
lagi, orang yang dipuji junjungannya tersebut ternyata juga bukan seorang
pemberani, karena mendatangi kantor polisi saja ketakutan.
Disisi
lain, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional, Julkifli Hasan turut membebarkan
keterlibatan seorang Jusuf Kalla dalam memenangkan pasangan Anies-Sandi. Orang
nomor 2 RI yang sebelumnya kita harapkan bersikap netral justru berpihak dan
mendapat peran yang sangat penting dalam pencalonan sampai pemenangan pasangan
Anies-Sandi. Tentu kenyataan yang seperti ini membuat banyak masyarakay yang
merasa kecewa. Bagaimana mungkin orang yang selalu diperintahkan atasannya
presiden Joko Widodo agar bersikap netral lalu membangkang begitu saja?
Dari
sikap keberpihakan JK tersebut, banyak orang yang kemudia berasumsi bahwa JK
selama ini tidak loyal kepada Joko Widido beserta kebijakan-kebijakannya. Ada
yang berkesimpulan bahwa Joko Widodo dan JK telah pecah kongsi. Hal ini tentu saja
tidak baik untuk pencapaian visi pembangunan pemerintahan era Presiden Joko
Widodo.
Setelah
itu, keluarga Cendana atau keluarga penguasa Orde Baru turut juga berperan
penting untuk memengkan Anies-Sandi melalui gerakan-gerakan massa yang
ditenggarai didanai oleh Tommy Soeharto dan berujung pada kasus makar.
Semua
asumsi diatas kini tidak lagi sebagai misteri, melainkan sudah menjadi
kebenaran dan terkonfirmasi melalui pemberitaan-pemberitaan di media massa.
Jika
misteri diatas sudah terungkap hari ini ke publik, maka dengan sendirinya juga
memunculkan misteri baru yang lebih menarik untuk kita bahas, yaitu tentang
maksud dibalik prlarian seorang Habib Rizieq keluar negeri serta hubungannya
dengan Pilpres Tahun 2019.
Anda
mungkin sependapat dengan saya jika saya katakan bahwa pertarungan Pilkada DKI
Jakarta Tahun 2017 merupakan simulasi pertarungan Pilpres Tahun 2019. Artinya,
saya melihat bahwa gambaran pertarungan Pilpres Tahun 2019 tidak akan jauh-jauh
dari permainan isu-isu agama, PKI dan SARA seperti di Pilkada DKI Jakarta yang
lalu.
Semua
orang di negeri ini tau bahwa Joko Widodo hanya bisa dikalahkan dengan isu-isu
diatas, karena dalam segi pencapaian kinerja semasa menjabat Presiden sejak
tahun 2014 sampai hari ini sudah terbilang sukses, dan yang paling penting
masyarakat puas. Jauh melampaui kinerja SBY selama 10 tahun.
Disinilah
letak peran pentingnya lagi seorang Habib Rizieq, yaitu dalam rangka menimbun
isu negatif untuk dijadikan amunisi menyerang Joko Widido pada Pilpres tahun
2019 mendatang.
Habib
Rizieq melaluin pengakuan pengacaranya mungkin tidak akan kembali ke tanah air
sampai Joko Widodo tak lagi menjadi Presiden RI, itu berarti pelariannya di
luar negeri akan memakan waktu yang lama, kalau tidak 2 tahun, bisa jadi 7
tahun kalau Joko Widodo berkuasa lagi. Mungkin uangnya sudah cukup banyak untuk
dihabiskan di luar negeri dari hasil demo kemarin, ditambah lagi bahwa beliau
bisa belajar banyak secara gratis dari Prabowo dalam hal pelarian ke luar
negeri untuk waktu yang lama.
Tetapi,
saya punya analisis berbeda dari alinea diatas. Menurut saya, kemungkinan
diatas hanyalah untuk mengalihlan perhatian kita dari maksud yang sebenarnya.
Mereka punya cara yang licik, jadi kita harus paham betul permainan mereka.
Oke, kita
tau betul bahwa orang-orang seperti JK, Prabowo, Tommy Soeharto, Habib Rizieq
dan banyak lagi yang lainnya merasa tidak nyaman dan sangat terusik dengan
keberadaan pak Joko Widodo, sama seperti mereka yang terusik karena keberadaan
Ahok di Jakarta. Jadi, keduanya harus disingkirkan, apapun caranya pasti akan
mereka lakukan. Jika hari ini Ahok disingkirkan ke penjara dengan isu penodaan
agama, maka Joko Widodo akan disingkirkan dengan perpaduan antara kekuatan
politik dan fitnah-fitnah keji.
Fitnah
soal PKI sudah usang dan tidak akan berlaku lagi, sementara kegagalan dalam
pemerintahan nyaris tidak ada ditemukan. Lalu apa isu yang akan menjadi andalan
mereka kedepan? Menurt hemat saya, isunya tidak jauh-jauh dari agama, akan
tetapi perlu dimodifikasi dengan bungkus dan tampilan yang baru.
Disinilah
letak pentingnya peran seorang Habib Rizieq, yang memiliki banyak pengikut
fanatik yang miskin akal dan miskin moral itu.
Habib
Rizieq akan bersembunyi untuk beberapa saat ini, sampai waktunya tiba, yaitu
saat pelaksanaan Pilpres 2019 sudah di depan mata. Mungkin kita nanti sudah
mulai melupakannya, namun disitu pulalah keuntungannya yang muncul secara
tiba-tiba dengan sedikit sntuhan dramatisir. Pada saat itu, polisi akan
bertindan dan menangkap beliau, lalu membawanya kepengadilan untuk diadili atas
beberapa kasus yang sekarang telah sampai di meja kepolisian.
Dengan
terstruktur, mereka dan beberapa tokoh-tokoh yang haus kekuasaan dan yang tidak
menginginkan Joko Widodo berkuasa lagi akan mendisain penangkapan ini sebagai
upaya kriminalisasi ulama, dan tuduhannya akan diarahkan kepada Joko Widodo
sebagai Presiden yang berkuasa.
Merekapun
akan menurunkan massa lagi ke jalan-jalan seperti yang menimpa Ahok. Dengan
dana dan rencana yang lebih matang, tentu aksi ini akan jauh lebih bringas dan jumlahnya
lebih besar lagi.
Teriakan
mereka juga akan lantang!
JANGAN
PILIH PRESIDEN YANG MENGKRIMINALISASI ULAMA ISLAM!
Maka
dengan begitu, akan banyak orang yang terpengaruh, terlebih yang pemahaman dan
pendidikan spritualnya rendah, dan terlebih lagi mereka yang fanatik.
Terakhir,
mereka akan berteriak lebih lantang lagi!
PILIHLAH
YANG MEMUJA MUJI ULAMA HABIB RIZIEQ!
Pilihan
merekapun akan jatuh kepada Prabowo Subianto. ( seword.com)