Ribuan Muslim Gagal Umroh, Laskar Diam, Satu Ahok Umrahkan Ratusan Muslim, Triggered!


Darirakyat.com -- Ketika saya sedang menelusuri timeline facebook untuk mencari beberapa ide-ide artikel, saya menemukan salah satu timeline rekan penulis Seword, Gusti Yusuf yang memberikan sebuah status yang cukup membuat saya terkejut.

Seorang muslim taat, bisa melakukan sebuah refleksi yang sangat mendalam. Saya sangat salut dengan karakter rekan-rekan penulis muslim yang tanpa mengkompromikan iman mereka, mereka masih bisa mengkritik apa yang menjadi kelemahan rekan-rekan seiman mereka yang menyeleweng.
Alangkah indahnya jika hal tersebut bisa saya lakukan juga untuk agama saya. Banyak sekali rekan seiman yang seringkali kepanasan ketika saya melakukan autokritik terhadap para penyeleweng-penyeleweng yang seagama dengan saya.
Seharusnya sebagai orang Kristen, sangat lumrah jikalau kita harus melakukan autokritik sebagai bentuk pembelajaran. Sungguh hidup sebagai penulis, membuat saya semakin kaya. Tentu bukan kekayaan materi yang dikejar, melainkan kekayaan pengetahuan dan memperluas pandangan. Saya yakin, rekan-rekan penulis yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, bersatu di dalam visi.
Pembahasan artikel kali ini adalah sebuah inkonsistensi yang dilakukan oleh para laskar aksi demo nomor togel. Tanggal nomor togel tersebut ternyata hanya hal yang terlihat sekilas indah, namun ternyata dalamnya sangat busuk. Dimulai dari demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan dengan menggadang-gadang nama agama besar, ternyata semua terbongkar.
Ternyata agama dan Tuhan yang begitu tinggi, dibanting dan direndahkan sedemikian rupa, sehingga Mereka harus taat kepada penguasa dunia. Aspek spiritual yang agung, mendadak menjadi seperti sampah, hanya karena keinginan untuk berkuasa. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa semua demo nomor togel tersebut, ternyata hanya menunggangi ‘seekor kuda’ yang ditempelkan label ‘Tuhan’ untuk menakut-nakuti orang banyak.
Inilah yang terjadi di Indonesia, suka atau tidak suka, terima atau tidak terima, ini adalah sebuah fakta. Indonesia yang sedang darurat radikalisme, ternyata tidak muncul entah berantah. Darurat radikalisme muncul karena ada penguasa-penguasa kuno (ancient leader) yang mulai terbangun karena mengalami kekeringan ‘supply’.

Untuk mendompleng pemerintahan yang sah, sangat sulit, karena pemerintahan yang sah kali ini sangat dicintai oleh rakyat mayoritas. Maka satu-satunya cara untuk mendompleng pemerintahan yang sah adalah dengan cara ‘menunggangi’ agama dan ‘tuhan’.
Tidak pernah dapat dibayangkan jika ada satu gubernur yang memberangkatkan puluhan marbot masjid, bahkan ada yang mengatakan ratusan calon haji untuk umrah, harus didemo dan berakhir tragis di penjara. Sedangkan baru-baru ini kejadian ribuan muslim calon umrah yang gagal diberangkatkan oleh bos travel umrah yang sangat besar, ternyata tidak didemo. Alangkah sulit kita membandingkan kedua orang ini. Sebenarnya jika kita ingin berpikir secara sehat, siapa yang menistakan agama? 

Kalian membela yang benar atau yang bayar? Ada yang berkata: calon jamaah haji adalah sasaran empuk, karena merekalah orang yang sedang belajar untuk ‘rela’, bahkan rela dibohongi.

Sebetulnya aksi nomor togel merupakan sebuah aksi yang cukup mulia, pada awalnya. Umat-umat Muslim yang tersinggung sebenarnya lumrah terjadi. Karena saya pun secara pribadi sangat panas ketika ada seorang ulama yang berani-beraninya mengkritik Tuhan saya.
Namun yang menjadi kegagalan berpikir, mengapa mereka tidak mendemo mereka yang jelas-jelas merugikan para calon jamaah haji yang gagal diberangkatkan? Mengapa tidak ada demo? Jika mereka bisa mengklaim ada 7 juta laskar untuk mendemo satu orang, kalian harus siapkan 7 juta x 2 orang pemilik travel untuk melakukan demonstrasi. Jika kalian tidak bisa mengundang 14 juta orang untuk melakukan demonstrasi, kalian sesungguhnya gagal membawa nama besar agama kalian. Jangan ngeles, ini fakta.
Ketidak adilan kepada seorang mantan gubernur, harus menjadi sebuah ketidak adilan yang harus ditangisi. Kita harus benar-benar menangisi Indonesia. Indonesia masih butuh orang-orang seperti Ahok dan Jokowi. Setelah Ahok Tumbang, jangan biarkan Jokowi ikut tumbang.
Kita harus bersama orang baik. Karena orang baik tidak akan bisa berteman dengan seluruh orang. Jika ingin mendapatkan dukungan semua orang, di Indonesia harus gunakan cara bayar-membayar. Ini fakta. Coba saja lihat ke kelurahan kalian masing-masing, siapa yang bayar, dia yang menang. Lagi-lagi saya tidak bosan untuk mengatakan “Ini fakta”.

Betul kan yang saya katakan?

(seword.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel